Pages

Monday, January 20, 2014

Exploring Melaka & Kuala Lumpur, Day 1 (Kuala Lumpur - Melaka)

Kamis, 9 Januari 2014
  • CGK – KUL QZ 8190 ETD 06.25 ETA 09.25 (IDR 1.245.000 incl 20 kg bagasi KUL-CGK)
  • Direct to Malacca by bus Transnasional MYR 24.10
  • konter penjualan Transnasional ada di paling ujung setelah kedatangan domestik (jadi kalau dari LCCTkedatangan internasional akan melewati kedatangan domestik setelah itu konter bis dalam dan luar kota).
  • A public buses no 17 or panorama buses to come red house building/clock tower building
  • Taming Sari Tower (RM 20)
  • Melaka Duck Tour (RM 45)
  • Melaka River Cruise (RM 15) 45 mins tour --> near Maritime Museum
  • Maritime Museum (RM 3)
  • The Baba House Hotel IDR 625,864 (2 nights)
  • Geographer Café 83 Hang Jebat (Jonker) --> Sweet Malacca & Yoghurt Cheesecake
  • Taste Better 96 Hang Jebat --> one bite durian puffs
Jakarta

Setelah drama jadwal penerbangan diganti sepihak sama si maskapai loreng yang berakhir dengan refund dan beralih ke maskapai merah di saat2 terkahir, akhirnya hari ini terbang ke Kuala Lumpur untuk berlibur ke Melaka.

Dari rumah berangkat menuju Gambir jam 03.00 untuk ke bandara dengan bis Damri. Enaknya terbang dengan penerbangan paling pagi tuh waktu tempuh dari rumah dapat diprediksi alias gak kena macet parah dan juga (biasanya sih) pesawat terbang tepat waktu

Kurang lebih 45 menit dari rumah sampai terminal 3 bandara Soekarno-Hatta. Walaupun sudah menggunakan web check-in tapi kalau penerbangan ke luar negeri tetep kudu ngantri di counter check in untuk cek passport dan bayar airport tax. Anehnya di counter check in kog semua barang bawaan gak ditimbang ya? Walaupun itu barang bawaan ke kabin.

Kuala Lumpur

Pesawat berangkat tepat waktu bahkan mendarat di LCCT Kuala Lumpur lebih cepat 15 menit. Ternyata kalo badan gak terlalu sehat, naik pesawat rada gak nyaman yah. Ini kuping yang gak biasa2nya bermasalah, jadi agak2 pengeng. Walaupun gak sampe bikin pusing. Turun dari pesawat gak pake bis menuju terminal melainkan jalan kaki. Rada jauh juga tuh. Agak bingung dengan terminal LCCT ini secara petunjuk arah kurang jelas. Terhibur dengan motto di pos polisi di terminal kedatangan internasion: "Anda Ceria Kami Gembira" mungkin kalo dalam bahasa Indonesia artinya "Anda Puas Kami Senang" kali ye... :D

Sempat mampir di 2 money changer selepas imigrasi. Ebuset ternyata nilai tukar disini bagus banget! Di Jakarta MYR 1 = IDR 3.775 sementara di Kuala Lumpur MYR 1 = IDR 2.800! Nyesel deh beli Ringgit di Jakarta. Tadinya mau nukerin sisa VND ke MYR tapi rate-nya belum keluar.

Langsung menuju terminal kedatangan domestik LCCT untuk beli tiket bus ke Melaka. Ini keamanan di bandara LCCT sepertinya kurang deh. Masa' counter tiket bus antar kota berada di dalam terminal kedatangan domestik. Saya aja tadinya ragu karena ada 2 petugas yang berjaga di pintu masuk. Setelah saya tanya tempat membeli tiket bus antar kota, ditunjukkan dan dibolehkan masuk.

Saya kira bakalan nunggu bus keberangkatan berikutnya secara informasi yang didapat bus berikutnya berangkat jam 11.30. Alhamdulillah... ternyata bus Tansnasional akan berangkat jam 10.30. langsung saya beli tiketnya seharga MYR 24.10/orang. Eh di tiket tercantum no tempat duduknya loh.

Tidak jauh dari terminal kedatangan ada semacam tempat ngetem bus2. Di masing2 platform terdapat tujuan dari bus2 tersebut jadi calon penumpang gak bingung harus nunggu di platform mana. Gak sampe numpuk sih, jadi masing2 bus akan datang 30 menit sebelum keberangkatan. Dan tepat jam 10.30 bus Transnasional berangkat menuju Melaka

Kota Melaka

Bus langsung ke Kota Melaka tanpa singgah/berhenti di tempat lain. Cukup penuh juga bus ini. Mayoritas penumpangnya adalah wisatawan. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, bus sampai di Sentral Melaka yang merupakan teminal pusat untuk semua bus; baik antar kota maupun bis lokal kota Melaka. Informasi dari hasil browsing dan tanya sana sini, untuk menuju ke pusat wisata harus menggunakan bus Panorama warna merah no 17.

Dengan membayar MYR 1,5 bus berangkat menuju Clock Tower. Tempat pemberhentian di daerah wisata. Jadi bus ini dari Melaka Sentral akan melewati Tan Kim Hock Product Center. Ini adalah toko yang menjual aneka makanan khas Melaka. Kemudian lewat gereja Katolik St Francis Xavier yang dibangun pada tahun 1849. Jalan2 di Kota melaka ini tidak terlalu lebar hanya cukup untuk 2 mobil dan kebanyakan 1 arah.

Bus melaju melewati deretan bangunan toko2 berwarna merah yang mengapit jalanan. Baru kemudian sampai di Clock Tower. Saya nyaris bablas dan nyasar. Untungnya langsung sadar begitu melihat banyak penumpang turun dan tanya ke sopir bus-nya. Selain clock tower di tempat ini juga terdapat Chris Church dan Stadhuys. Ketiga tempat ini bercat merah dan adalah icon dari kota Melaka.



Di sekitar sini banyak terdapat becak wisata. Iya, becak! Jadi penumpangnya lewat samping karena bagian depan becak dihias dengan bunga2 artifisial dan ada 1 boneka di tengahnya. Bunga & bonekanya bersih loh... Kebanyakan sih bonekanya Hello Kitty. Seperti becak di Indonesia, tukang becaknya gowes dari belakang dan ada tambahan sound sytemnya juga. Tinggal pilih deh mau lagu jaman si Elvis Presley atau brondong Justin Bieber lengkap dengan speaker yang membahana :D. Eh samar2 terdengar beberapa lagu yang dinyanyikan penyanyi Indonesia tuh.



Nah... pe er berikutnya adalah mancari rute menuju penginapan. Okeh... daripada nanti nyasar jauh, mending cari info ke tempat/orang yang bisa dipercaya. Terlihat tepat lurus dari clock tower adalah tourist Information center; tempat yang tepat untuk bertanya. Sayangnya tempat ini tutup namun seorang penjaga menunjuk mobil polisi yang mengarahkan saya untuk bertanya kesana.

Info dari Bu Polisi, lewatin jembatan belok iri kemudian belok kanan. Nah... itu udah jalan Tun Tan Cheng Lock. Oh... ternyata nama lain dari jalan Tun Tan Cheng Lock tuh Heeren Street. Takjub dengan pemandangan di jalan ini. Sepanjang jalan ini berdiri bangunan yang berfungsi sebagai toko, rumah ataupun penginapan tapi sebagian besar rumah2 tersebut bergaya rumah China tempo dulu. Lengkap dengan pintu kayu berwarna gelap dan ada tulisan China. Berasa kelempar ke jaman para kaisar China kayak di film2 silat deh :D.

Takut nyasar, setengah perjalanan di Heeren Street tanya ke salah satu rumah yang kebetulan penghuninya ada di luar. Eh... ternyata Ibu itu orang Indonesia. The Baba House masih lurus lagi.

The Baba House

Voila... akhirnya sampai juga di depan bangunan dengan papan nama khas China "The Baba House" lengkap dengan aksara China. Tepat di seberangkan ada bangunan lebih China lagi, sepertinya tempat perkumpulan salah satu marga.

Masuk ke kedalam serasa masuk ke rumah. Setelah registrasi ulang dan memberikan deposit MYR 500, kita dapat kunci kamar dan kupon breakfast. Oiya WiFi gratis bisa digunakan hanya di area lobby. Sayang ya...

Menuju ke kamar melewati tempat makan yang berlokasi di courtyard. Seperti tradisi di rumah2 China, selalu ada courtyard, ruang terbuka di tengah rumah. Walaupun sekarang tidak 100% terbuka karena pada masa sekarang diatas courtyard/atap diberi genteng transparan/bening. Sehingga sinar matahari masih tetap bisa masuk. Dari courtyard ini bisa terlihat jendela2 lantai diatasnya.



Hotel ini tidak menyediakan pemesanan makanan ataupun restoran. Tempat makan yang disediakan hanya untuk sarapan. Tersedia kedai kopi yang sudah tutup sekitar jam 9 malam. Juga ada butik yang menjual aneka baju dan kebaya encim.

Ternyata hotel ini punya pintu belakang yang entah kemana. Tapi sempat melongok, nampaknya jalan di belakang hotel relatif sepi.

Masuk ke kamar, suasana tempo dulu makin terasa. Wastafel yang berbentuk mangkok besar terbuat dari keramik dengan gambar bunga kecil berwarna merah. Cangkir untuk membuat teh/kopi pun bergambar bunga kecil berwarna hijau muda. Selain tersedia 2 botel air minum juga disediakan 2 sachet kopi buatan lokal Aik Cheong.

Oiya, di kamar mandi pun disediakan tali untuk menjemur pakaian loh. Bentuknya seperti tombol, nah... benangnya bisa ditarik dari tombol ini dan dikaitkan di tempat yang sudah disediakan di seberang tombol tersebut. Ih... norak ya, baru tau.

Setelah beberes dan makan siang dengan bekal dari rumah, kita mulai keliling kota Melaka berbekal dengan peta yang diberikan oleh resepsionis.

Keliling Kota Melaka

Tujuan pertama adalah Duck Tours. Ini adalah tour dengan amphibi dengan rute keliling pesisir kota Melaka kemudian nyebur ke selat Melaka lanjut ke pulau Melaka dan balik ke kota Melaka.

Tanya di resepsionis, menuju counter Duck Tours dapat berjalan kaki; yang berlokasi di dekat Taming Sari. Daripada salah, sebelum jalan lebih jauh, tanya lagi ke Pak Polisi di mobil patroli deket pusat informasi wisata. Terus ditunjukin jalan ke Taming Sari. Dia bilang ada 2 jalan tapi dia kasi usul jalan yang lebih adem secara saat itu cuaca di Melaka panas banget.

Oiya, tadi saat jalan menuju pusat informasi wisata sempat ngelewatin Jl Hang Jebat alias Jonker Street. Pulang nya mampir kesini ah...

Menuju Taming Sari melewati beberapa museum; museum UMNO, museum SETAM (Stamp/pos), museum Pemuda dll. Mayoritas bangunan museum2 itu berwarna merah seperti warna clock tower.

Sampai di Taming Sari harus menerima kekecewaan karena baik menara Tmaing Sari maupun Duck Tour tutup karena sedang dalam perawatan (maintenance). Katanya sih Duck Tour baru beroperasi kembali besok sementara Taming Sari lusa.

Ternyata jalan sedikit dari Taming Sari ada 2 mall besar; Dataran Pahlawan dan Mahkota Parade. Dataran Pahlawan lebih kecil dan relatif lebih sepi tapi didominasi oleh toko2 produk terkenal sementara Mahkota Parade terlihat lebih besar, lebih ramai dengan produk bervariasi.

Sebelum ke mall, saya dan Mama pergi ke pertokoan seberang Taming Sari. Ternyata toko2 disini menjual oleh2 khas Melaka. Ada gula Melaka (gula merah), Cincaluk (aduh, gak tau deh kalo ini), terasi, aneka dodol dll. Oiya, disini juga ada foodcourt yang dalam bahasa Malay disebut Medan Selera. Agak susah ya cari tempelan kulkas yang bahannya dari karet dengan icon Melaka. Semuanya terbuat dari keramik. Ada cuma 1 gambarnya dan gak tertarik.

Nah... dari kedua mall kita memutuskan untuk kembali ke arah hotel. Entah kenapa gak tertarik untuk masuk ke museum2 yang ada di Melaka ini. Bahkan ke museum Babah Nyonya pun gak berminat. Penasaran untuk naik ke bukit St. Paul dimana terdapat reruntuhan gereja St. Paul. Si Mama sih nunggu di bawah aja. Gak sanggup kalo harus naik tangga yang lumayan tinggi dan terjal gitu.

Setelah terengah2, sampai juga di bekas gereja St. Paul. Gereja ini sudah tidak dipakai lagi karena bagian tengahnya sudah rusak. Terdapat beberapa nisan yang bentuknya sama seperti yang ada di museum prasasti, Jakarta. Banyak turis yang datang ke tempat ini.



Keliling di luar gereja St. Paul ya ampun... ternyata ada tangga yang gak terlalu tinggi pun gak terjal. Lewat dekat Stadhuys lebih nyaman tuh. Tapi karena Mama nunggu di tempat lain, terpaksa deh turun lewat tangga yang tinggi dan curam. Dari atas bukit St. Paul terlihat sekeliling kota Melaka. Samar2 juga terlihat laut. Iya, itu kan selat Melaka yang kondang itu...

Dari bukit St. Paul kita pengen nyobain river cruise di sungai Melaka. Tapi kog sepi2 aja ya. Akhirnya ajak Mama ke dermaga tempat kapal2 sandar. Eh ternyata beroperasi kog. Tapi emang sih nunggu penumpang agak banyak. Langsung beli tiket MYR 15/orang. Di ruang tunggu penumpang, kita bisa foto2 dengan latar belakang kota Melaka. Tentunya hasil foto tersebut nantinya harus dibayar.

Sungai Melaka ini gak terlalu lebar tapi bersih. Seru juga sih nyusurin sungai Melaka. Di kiri kanan banyak guest house dan cafe. Kayaknya yang ini tipe penginapan untuk backpacker deh. Sampai ke Kampung Morten, dimana banyak berdiri rumah asli penduduk Melaka. Juga ada Kampung Jawa dan Kampung Kling.

Kelar nyusurin sungai Melaka, jalan kaki pulang via Jonker Street. Sepanjang jalan Jonker ini udah dihias meriah untuk menyambut Imlek. Toko2 di sepanjang Jonker adalah menjual makanan/restoran, toko suvenir, toko barang dan toko barang antik. Oiya butik2/toko pakaian di Melaka ini sebagian besar menjual kebaya Encim. Tau gitu saya bawa beberapa koleksi kebaya Encim saya trus pake disini deh :D.

Yah... Jonker 88 dan Taste Betternya udah tutup, padahal masih jam 5an loh. Akhirnya mampir ke resto Geographer yang dengan jelas menyatakan makanan disana tanpa MSG dan tanpa pengawet. Pesan Yoghurt Cheese Cake, Sweet Malacca Ice Cream dan Mama pesan Vegetable Ramen. Pas mau pulang eh... ujan lumayan deras. Untungnya gak terlalu lama. Langsung jalan ke hotel tapi mampir sebentar ke toko serba ada dekat hotel untuk beli air minum. Oiya, disini agak susah cari convenience store/minimarket yang terkenal, ada tapi jauh banget. Yang terdekat cuma toko serba ada ala rumahan.

Rasanya capek banget hari ini. Jadi ya selesai mandi udah gak kepengen jalan2. Sempet update2 status pake WiFi gretongan tapi kudu ngejogrok di deket lobby hotel :D

Itinerary hari ini jadi:
  • CGK – KUL QZ 8190 ETD 06.25 ETA 09.25 (IDR 1.245.000 incl 20 kg bagasi KUL-CGK)
  • Direct to Malacca by bus Transnasional MYR 24.10
  • konter penjualan Transnasional ada di paling ujung setelah kedatangan domestik (jadi kalau dari LCCT kedatangan internasional akan melewati kedatangan domestik setelah itu konter bis dalam dan luar kota).
  • A public buses no 17 or panorama buses to come red house building/clock tower building
  • Melaka River Cruise (RM 15) 45 mins tour
  • The Baba House Hotel IDR 625,864 (2 nights)
  • Geographer Café 83 Hang Jebat (Jonker) --> Sweet Malacca & Yoghurt Cheesecake

No comments:

Post a Comment