Pages

Thursday, January 23, 2014

Exploring Melaka & Kuala Lumpur, Day 4 (Kuala Lumpur - Jakarta)

Minggu, 12 Januari 2014
  • City tour by KL Hop On Hop Off Bus 08.30 – 20.30 RM 45/pax
  • Petronas Twin Tower/KLCC – 23 (hop on ho off)
  • KL Tower (RM 47) – 2 (hop on ho off)
  • Central Market – 9 (hop on ho off)
  • Berjaya Times Square – 6 (hop on hop off)
  • Sultan Abdul Samad Bld – 17 (hop on hop off)
  • Masjid Jameek – 17 (hop on hop off)
  • The Heritage Center/Rumah Penghulu Abu Seman – 5 (hop on hop off)
  • Nasi Kandar Pelita
  • No. 149, Jalan Ampang, 50450 Kuala Lumpur. Tel/Fax : 603-2162 5532
  • Located in a corner bungalow, opposite Hotel Corus and a short walking distance from KLCC Twin Towers.
  • Grandmama’s Pavilion level 6 --> Air Batu Campur
  • Little Penang Café Suria KLCC level 4 --> Asam Laksa, Rojak Air Batu Campur
  • KL Sentral for bus to LCCT (hati2 ada bis ke KLIA dan ke LCCT) – hop on hop of
  • Air Asia QZ 8197 ETD 22.20 ETA 23.20
Seperti biasa, pagi2 sudah bangun sementara Mama menguasai kamar mandi, saya berkeliling sekitar Jalan Alor. Walaupun tidak seramai waktu malam, namun di pagi hari ada beberapa kedai makanan yang buka. Sepertinya menyediakan menu sarapan dan di ujung jalan Alor saya lihat ada Ibu2 berkerudung berjualan nasi lemak yang banyak fans-nya alias antrian pembeli.

Di sekitar jalan ini juga banyak penginapan2 berupa guest house juga terlihat beberapa hotel. Buat saya sih cocok lah menginap di daerah sini. Tempatnya strategis. Sayangnya saat ini sedang ada pengerjaan MRT jadi berdebu dan macet plus rada susah kalo mau menyeberang karena harus memutar karena di tengah jalan ditutup untuk pekerjaan MRT.

Jalan di sekitar Bukit Bintang tidak terlalu luas hanya memuat 2 mobi/bus malah di jalan Alor hanya cukup untuk 1 mobil. Jadi kebayang kan gimana macetnya kalau sore sampai malam karena di kiri kanannya banyak lapak makanan.

Puas keliling jalan Alor, balik ke penginapan dan cerita ke Mama suasana di luar. Tanpa mandi dulu saya dan Mama sarapan. Menu-nya sih sederhana; prasmanan roti dengan selai dan nasi goreng serta kopi dan teh. Eh susunya pake merk Dutch Lady loh... *norak. Sepertinya tamu2 di penginapan ini tipe keluarga deh. Ada ibu & anak juga terlihat Ibu2 kakak beradik. Bagus deh. Berarti ini penginapan masuk dalam kategori "bersih" :D

Setelah mandi dan beres2, kita check out tapi nitipin koper di penginapan. Oh... ternyata tempat tempat kita semalam check in/registrasi tuh penginapan untuk tipe dormitory.  Suasana sarapan disini lebih rame dan berisi generasi muda. Ya iyalah namanya juga dormitory.

Setelah mengembalikan remote AC dan remote TV, uang deposit dikembalikan.

Saya dan Mama menuju Bukit Bintang tempat pemberhentian Hop On Hop Off tourist bus yang terletak di samping mall Lot 10. Bukan berupa counter khusus loh, cuma plang bergambar bus wisata ini dan meja kecil untuk petugasnya. Langsung beli tiket disini RM 45/orang dan berlaku untuk 24 jam. Beruntung gak lama kemudian bus yang dinanti2 datang. Bus wisata ini berbentuk double dekker alias bus tingkat. Ada yang bagian atasnya tertutup semua, ada juga yang sebagian tertutup dan sebagian lagi terbuka. Asli terbuka, jadi bisa kepanasan, keujanan bahkan keanginan. Lah kan kalo di jalan yg lengang itu bus ngebut loh. Untuk saya sih duduk diatas lebih seru. Noh... bule2 pada menguasai ruangan terbuka.

Bahasa pengantar dalam bus wisata ini dalam bahasa Inggris yang disampaikan dalam bentuk recorded. Walaupun kedepannya akan ada audio phone dalam bahasa Melayu dan Mandarin. Penjelasan yang disampaikan pada tiap tempat pemberhentian cukup lengkap terlebih pada tempat2 bersejarah.

Saya dan Mama sepakat untuk putaran pertama, kita keliling semua rute bus ini. Putaran kedua baru deh naik turun di objek wisata. Nah, dengan keliling semua rute bus wisata, kita jadi tau mau turun di mana aja. Saya tandai mau turun di China Town, Central Market, KL Tower dan Petronas Twin Tower.

Bus berhenti cukup lama di National Palace dan Sultan Abdul Samad Building; jadi bisa turun dan foto2 dulu. Saya nyaris ditinggal bus di National Palace karena salah denger lama waktu berhenti. Si Mama udah teriak2 manggil saya dan saya terkepot2 lari ngejar bus.

Putaran kedua bus wisata, saya turun di China Town. Cuma pengen foto gerbang di depan China Town aja :D. Dari situ jalan menuju Central Market. Ah... disana gak ada yang menarik untuk dibeli. Tadinya Mama mau beli kaftan sutera, tapi gak ada sreg warna dan motifnya. Akhirnya beli teh tarik Halia (teh tarik dengan rasa jahe), teh tarik original dan kopi tarik. Yah, sekedar untuk oleh2. Ternyata barang2 tersebut lebih murah jika beli di Melaka. Di Melaka harganya RM 13 sementara di Central Market RM 15. Tapi... kalo beli di Melaka kan lumayan gempor bawanya :D.

Dari Central Market menutu halte bus wisata untuk ke tempat berikutnya yaitu Petronas Twin Tower! Sebetulnya sih tujuan utama ke pemberhentian Petronas tuh mau makan siang di Nasi Kandar Pelita yang lokasinya berdekatan dengan KLCC/Petronas Twin Tower.

Nyaris semua menu disini berasa pedas. Campuran India gitu. Tapi sumpah, martabaknya endang bambang (enak bingits) loh. Eh itu martabak gak dimakan di tempat tapi dibawa buat bekal ntar malem :D. Kelar makan, jalan lagi ke KLCC cuma pengen ngerasain masuk mall-nya doang. Gak pengen ikut tour dan naik ke menara kembar. Udah pernah sih...

Dari situ naik bus wisata menuju KL Tower. Nah... disini baru naik. Yah biasa aja sih seperti observation deck lainnya dan Monas gitu. Disediakan beberapa teropong. Eh bisa terlihat Batu Caves juga loh. Oiya, sama kayak di Melaka, disini juga sebelum menuju lift, ada tempat untuk foto2 yang bisa dibeli setelah tour ke observation deck.

Sebelum masuk ke KL Tower di halaman depannya juga terdapat miniatur rumah adat dari masing-masing wilayah persekutuan/kesultanan yang berjumlah 13.

Selesai menikmati kota Kuala Lumpur dari ketinggian langsung menuju ke halte bus wisata. Untungnya ada bus yang lagi berhenti menurunkan penumpang. Asik nih gak perlu nunggu lama untuk berangkat.

Agak2 mepet nih waktunya. Naik bus wisata untuk sampai ke Bukit Bintang dan kita turun. Mama nunggu di halte bus wisata dan saya ke penginapan untuk ambil koper. Mana lumayan macet lagi. Setengah lari langsung menuju penginapan etapi masih sempet mampir ke toko serba ada di samping penginapan untuk beli jeruk :D.

Cuma ambil koper langsung balik lagi ke Bukit Bintang untuk naik bus wisata untuk yang terakhir kalinya menuju KL Sentral. Kita kayak orang norak deh, seharian ini udah 3x keliling dengan bus wisata. Dan kalo tadi pagi pas lewat China Town itu masih enggak terlalu ramai, sore ini saat kita lewat sana udah macet; orang tumpah ruah.

Di KL Sentral agak2 bingung untuk transport ke LCCT ditambah lagi si Mama rada bawel ngatur2. Mana banyak PO bus dengan rute ke bandara LCCT/KLIA. Mau naik bus langsung eh disuruh beli tiketnya dulu di loket. Harga tiket sama untuk semua PO bus yaitu RM 10.

Akhirnya naik bus lah kita menuju bandara. Jauh banget loh ternyata dari KL Sentral ke bandara. Padahal itupun tanpa kena macet. Etapi.... oh no! Ternyata kita salah naik bus! Bus itu berhenti KLIA. Waduh... udah mulai deg2an nih secara waktunya udah mepet. Ada sih bus khusus yang bolak balik dari KLIA ke LCCT tapi kan gak tau jam brapa datangnya, trus berangkat laginya kapan dan entah berapa lama perjalanannya.

Duuuhhh.... kalo udah gini cuma bisa berdoa aja deh. Beli tiket bus RM 2,5. Tanya sama sopir busnya berapa lama ke LCCT dibilang paling cuma 10 menit. Padahal.... ada kali nyaris 1 jam! Jauh banget loh KLIA ke LCCT.

Agak bete pas mau check in karena dioper2 ke counter-nya. Untung masih ada waktu. Mestinya sih ngepas banget sampe waktu boarding tapi... pesawatnya delay bo! Jadi aja deh lebih dari jam 11 malem baru boarding.

Sampe di SHIA udah nyaris jam 1 dini hari. Kayaknya banyak pesawat delay deh. Karena di tempat pengambilan bagasi banyak banget penumpang. Biasanya kalo landing jam segini tuh paling 1 pesawat aja.

Yang pasti udah gak ada bus DAMRI yang lewat. Akhirnya kita naik taxi dari SHIA ke rumah. Jarang2 loh kayak gini :P.
  • City tour by KL Hop On Hop Off Bus 08.30 – 20.30 RM 45/pax
  • National Palace (hop on ho off)
  • Sultan Abu Samad Building (hop on ho off)
  • China Town/Petaling Street (hop on ho off)
  • Central Market (hop on ho off)
  • Petronas Twin Tower/KLCC – 23 (hop on ho off)
  • Nasi Kandar Pelita
  • No. 149, Jalan Ampang, 50450 Kuala Lumpur. Tel/Fax : 603-2162 5532
  • Located in a corner bungalow, opposite Hotel Corus and a short walking distance from KLCC Twin Towers.
  • KL Tower (RM 47) – 2 (hop on ho off)
  • KL Sentral for bus to LCCT (hati2 ada bis ke KLIA dan ke LCCT) – hop on ho of
  • Airport bus to KLIA (salah naik bus) RM 10
  • Airport bus KLIA - LCCT RM 2.50
  • Air Asia QZ 8197 ETD 22.20 ETA 23.20

Wednesday, January 22, 2014

Exploring Melaka & Kuala Lumpur, Day 3 (Melaka - Kuala Lumpur)

Sabtu, 11 Januari 2014
  • Transfer from Malacca to KUL by bus
  • Delima Express 06.30, 10.00, 12.00, 14.00 17.00, 19.00 (RM 13)
  • Melaka Central Bus Terminal counter 2B/3/20 – Terminal Bersepadu Selatan
  • Bandar Tasik Selatan – KL Sentral
  • KL Sentral – Batu Caves
  • Keliling Batu Caves
  • Bukit Bintang
  • Hotel Budget Inn – Jalan Alor Food Street IDR 277.632
  • Walking around jalan Alor
Melaka

Selesai mandi pagi, langsung beberes dan packing untuk check out. Tapi seperti hari sebelumnya, hari ini pun saya dan mama mau jalan pagi di sekitaran Jonker di hari terakhir di Melaka.

Eh ternyata ada papan pengumuman yang di tempel di tempok arah menuju Jonker, jalan di sekitar Jonker akan ditutup untuk kendaran setiap Jumat, Sabbtu dan Minggu jam 18.00 - 24.00 untuk kegiatan pasar malam.

Dan yang lebih menakjubkan adalah... sepanjang jalan Jonker yang semalam dibuat lapak berjualan yang tentunya pasti ada sampah yang tercecer, pagi ini seperti disulap jalanan tersebut langsung bersih! Tidak tampak tumpukan sampah. Terlihat 1-2 orang petugas kebersihan sedang menyapu jalan, tapi tetap tidak terlihat tumpukan sampah yang sudah dikumpulkan. Eh saat kita melewati seorang perempuan petugas kebersihan, dia mengucapkan salam ke kita loh.

Toko dan restoran masih pada tutup. Ya iyallah secara masih pagi banget. Terlihat Ibu penjual makanan di Jonker 88 sedang membersihkan kiosnya. Padahal dia kemarin jualan dari pagi sampai malam loh. Hebat...

Jalan pagi dilanjutkan tadinya mau menuju awal jalan Jonker di depan dekat jembatan karena mau foto2 di papan nama Jonker tapi... eh belok dulu deh karena ternya setelah liat peta itu adalah arah ke mesjid tertua di Melaka. Terlihat beberapa kedai sudah menyiapkan makanan untuk sarapan. Sepertinya kedai yang dikunjungi oleh mayoritas warga Chinese.

Akhirnya sampai di Jalan Tukang Emas (Goldsmith Street/Jalan Tokong). Terlihat mesjid Kampong Kling yang merupakan mejid tertua di Melaka setelah itu baru mesjid yang di Tengkera. Pantes aja setiap waktu shalat di luar terdengar sama2 orang adzan lah gak terlalu jauh dari penginapan ada mesjid ini.







Unik sekali kampung ini. Namanya Kampong Kling yang saya yakin karena dulu merupakan kampung bagi warga keturunan India tapi disini banyak juga warga Chinese. Dan memang kampung ini unik karena tidak jauh dari mesjid terdapat klenteng Cheng Hoon Teng yang merupakan klenteng tertua. Sebetulnya di dekat situ juga ada juil India tapi kita gak sempat kesana karena waktu yang mepet.






Jalan tukang Emas juga disebut jalan Harmoni karena terdapat 3 rumah ibadah dari 3 ras terbesar di Malaysia; China, Melayu dan India.

Kelar dari sini langsung menuju depan jalan Jonker untuk sekedar foto2. Hihihi... Balik ke hotel lewat belakang. Terlihat pasar lebih ramai dari kemarin. Pastinya.... kan hari ini hari Sabtu yang mungkin hari libur juga di Melaka. Tapi walaupun ini pasar basar, yang dateng ibu2 keren loh. Dandan lah trus pake mobil lagi. Gak ngeliat tuh yang pake daster dan tampang bantal :P

Sampai hotel sarapan sudah siap. Sepertinya setiap weekend hotel ini menyediakan makananannya berbentuk buffet/prasmanan deh. Tamu boleh bolak balik nambah makanan :D. Menunya sih masih sama seperti hari biasa.

Setelah cek terakhir kali, akhirnya kita harus meninggalkan kota Melaka untuk menuju Kuala Lumpur. Jalan sampai Clock Tower untuk menunggu bus no 17 yang akan menuju Melaka Sentral. Agak lama juga nunggu bis ini.

Turun mendadak di depan counter Duck Tours karena saya lihat loketnya buka. akibat dari kejadian mendadak turun, tas berisi makanan yang tadi dibawa Mama ketinggalan. Pelajaran dari hal ini; harus selalu memegang barang bawaan, jangan pernah sekali-kali meletakkan di suatu tempat karena pada saat turun atau malah mendadak turun pasti akan tertinggal. Untungnya itu tas cuma berisi makanan, gak ada barang lain.


Loket Duck Tours memang sudah buka tapi tour-nya baru akan dimulai pada jam 11, sementara saat kita sampai baru jam 10. Ya sudah kita tunggu aja. tanggung udah di Melaka dan penasaran dengan tour ini. Sepertinya banyak warga lokal yang juga menantikan beroperasinya duck tours ini. Terlihat banyak orang datang menanyakan kapan akan mulai.

Tapi... ternyata cuma berharap saja karena Duck Tours menunda keberangkatannya menjadi jam 13.00. Waduh kelamaan tuh. Lagian belum tentu jam 13.00 berangkat. Nah kalo gagal lagi, mau sampe di Kuala Lumpur jam berapa tuh.

Akhirnya kita putuskan untuk benar2 meninggalkan Melaka dan nunggu bus no 17 di depan loket. Puanase puolll....

Untungnya gak berapa lama bisa datang. Sumpah... naik ini bis berasa kayak lagi city tour! Keliling kota Melaka sampe ke awal Jalan Tengkera, belakang Jonker terus lewat depan Mahkota Medical Center dan hotel Holiday Inn yang sudah dekat ke pantai. Ini lah untungnya kalo naik bus umum. Bisa blusukan tanpa bayar semahal ikut city tour :P.

Sampai Melaka Sentral langsung mencari loket bis antar kota/propinsi. Walaupun ini terminal tapi tertiba banget loh. Gak ada tuh calo yang seret2 calon penumpang. Tiket dibeli di loket. Tadinya mau naik bis Delima seperti yang banyak direkomendasikan tapi ternyata harus menunggu dan waktu saya tanya gak ada yang sekarang berangkat eh malah oleh penjaga loketnya disarankan ke loket sebelah aja yang busnya akan berangkat sebentar lagi. Gilak! Gak ada tuh persaingan, malah yang ada saling membantu. Akhirnya kita beli tiket bus Metrobus Express dan gak berapa lama bus datang dan berangkat.

Jarak tempuh perjalanan Melaka-Kuala Lumpur kurang lebih sama seperti LCCT-Melaka yaitu sekitar 2 jam. Sama seperti kota2 besar lainnya, keluar tol dan kenuju kota terjadi kemacetan. Bis sampai di pemberhentian terakhir di Terminal Bersepadu Selatan. Ini merupakan terminal bus antar kota/propinsi yang terintegrasi dengan transportasi ke tengah kota. Ada kereta yang menuju tengah kota. Dari situ kita jalan menuju Bandar Tasik Selatan untuk naik kereta ke Batu Caves.

Batu Caves & Dark Caves

Betul! Kita mau mengunjungi patung Dewa Murugan raksasa di Batu Caves. Jadi dari stasiun kereta Batu Caves tinggal jalan aja ke sana. Deket kog. 

Kuil Batu Caves terletak di bukit kapur. Namun demikian, bukit kapur tersebut terlihat hijau karena ditanamai pohon. Kuilnya sendiri terletak diatas. sebelum naik keatas Terdapat patung dewa Murugan yang sangat besar. Sepertinya akan ada acara keagamaan di kuil ini. Terlihat ada persiapan2. Saya memutuskan untuk keatai dengan menaiki 272 anak tangga. Sementara Mama sih seperti biasa, nunggu dibawah aja :D.



Baru setengah perjalanan, sudah berasa gempor dan betis berasa kenceng. Tapi pemandangan keren loh. Bisa lihat sekeliling kota Kuala Lumpur. Sebelum melanjutkan naik sampai tempat tertinggi, saya melihan papan penunjuk menuju Dark Caves. Penasaran, saya ikutin tanda tersebut. Ternyata ini adalah wisata menelusuri gua. Tiket untuk wisata ini sebesar RM 35 untuk tour selama  sekitar 45 menit. 

Akhirnya saya ikut tour ini. Keberangkatan diatur dalam group. Uniknya siapapun dapat ikut tour ini. Tua, muda bahkan anak2. Gak perlu berpakaian khusus. Turis yang datang dengan sandal bahkan wedges bisa ikut. Bahkan bagi perempuan yang pakai rok pun bisa loh! Ini yang harus dicontoh Indonesia. Wisata menyusuri gua dibuat semenarik mungkin. dan bisa diikuti oleh siapapun

Sebelum berangkat, guide-nya memberikan informasi2 dalam tour ini. Juga para peserta dilengkapi dengan helm dan senter yang harus dikembalikan saat tour berakhir. Helm harus selalu digunakan karena akan masuk ke gua yang didiami oleh kelelawar. Siapa tau aja, guano-nya jatuh :D. Senter digunakan untuk p[enunjuk arah karena pastinya di dalam gua gelap sekali. Namun si pemandu sudah mengingatkan agar jangan mengarahkan senter keatas/ke langit2 karena akan mengganggu para kelelawar penghuni gua.

Dalam rombongan ini, hanya saya sendiri yang berasal dari ras Melayu sementara peserta lainnya bule2. Ada 2 orang anak kecil kakak beradik yang berasal dari Denmark bersama kedua orangtuanya. Beberapa peserta perempuan memakai rok panjang, ada juga yang bercelana pendek juga ada yang memakai sandal.

Jalan untuk wisatawan menyusuri gua memang sudah dibuat untuk layak dilewati. Jadi bukan jalan asli yang berlumpur dan licin. Setiap beberapa meter, kami berhenti untuk mendengarkan pemandu memberikan informasi mengenai sejarah ditemukannya gua ini juga fauna yang menghuni didalamnya.

Walaupun sudah dibatasi pengunjung yang masuk gua dan diharuskan dalam suatu kelompok, tetapi di beberapa tempat terlihat coretan vadalisme.

Di salah satu area, pengunjung dapat merasakan dinginnya semilir angin. Padahal gelap sekali tidak terlihat celah. Diujung perjalanan kami berhenti di sebuah ruang terbuka dengan tebing yang menjulang. Cahaya matahari yang masuk membuat kita dapat melihat sekeliling yang ternyata batu2an di sekitar berwarna hijau karena lumut. Disini sempat foto2 sebentar sebelum kembali ke tempat awal perjalanan.

Gak rugi deh ikut tour ini. Keluar dari Dark Caves, saya memandangi anak tangga yang haris dinaiki demi menuju kuil di tempat tertinggi. Dengan naik pelan2 akhirnya saya sampai di kuil tersebut. Horeee.... 272 anak tangga berhasil didaki.

Duuh... bagus banget deh kuil yang terdapat diatas. Jadi ternyata di tengah ada ruang terbuka dengan dinding batu kapur. Juga masih terasa tetesan air dari stalagmit. Sepertinya sedang ada acara keagamaan di sini. Karena di samping kuil ada seperti pendeta melantunkan doa2 dan banyak umat yang mendatanginya.



Selesai berkeliling disini, langsung turun untuk jemput Mama. Huffft... ngebayangin nurunin 272 anak tangga itu bukan sesuatu yang menyenangkan loh yg ada malah ngebayangin betapa gempornya nanti.

Kampung Baru

Dari Batu Caves saya dan Mama mau nyicipin nasi lemak di Kampung Baru. Dari informasi yang saya dapat ada 2 nasi lemak yang direferensikan disana; nasi lemak Antara Bangsa dan nasi lemak Mak Wanjor. Pengen coba dua2nya, mana yang leboh cocok di lidah saya. Hehehe...

Agak ribet juga nih transport di KUL.Karena kereta jalurnya gak sampe keliling kota sementara monorail juga rutenya pendek. Walhasil gw kudu pindah dari kereta ke monorail dengan geret2 koper.

Nyasar di Kampung Baru! Tapi gak pa2 lah, namanya juga jalan2 :D. Kalo mau wisata kuliner dengan makanan yang (sepertinya) terjamin halal, datanglah ke Kampung Baru. Selain terdapat beberapa kedai nasi lemak juga terlihat ada restoran seafood juga ada kedai yang jual gorengan.

Pertama ketemu Nasi Lemak Antara Bangsa. Banyak yang membeli di kedai ini.  Variasi lauk cukup banyak, harga overpriced! Mungkin karena nasi lemak ini namanya sudah kondang kemana2. Untuk mengurangi haus dan agak2 capek, saya dan Mama membeli es kelapa yang ada di depan kios Antara Bangsa.

Nasi lemak Mak Wanjor agak sulit ditemui karena tidak ada plang nama. Pantes aja gak ketemua, lah... di depan dia pake nama "Nasi Lemak Wanjo" segede gaban gitu. Baru di plang menu ditulis nasi lemak Mak Wanjor. Harga jauh lebih bersahabat tapi pilihan lauk terbatas.

Saya membeli masing2 1 bungkus nasi lemak di antara Bangsa dan Mak Wanjor dengan lauk yang berbeda2.

Bukit Bintang dan Jalan Alor

Kaki udah gempor, muka udah lecek plus tangan udah pegel geret2 koper, sekarang waktunya ke Bukit Bintang/Jalan Alor untuk mencapai penginapan.

Seandainya di KUL ini ada program kartu transportasi seperti Singapore Tourist Pass (STP). tinggal beli mau yang berlaku berapa hari, terus tempel2 deh di MRT dan bus umum. Unlimited... Nah ini, kita harus nuker2 duit koin, trus mesinnya kadang2 ngambek gak mau ngeluarin kartu. Hiy... gemesnya.

Akhirnya sampalilah kita di stasiun MRT Bukit Bintang. Udah malem bo... Daripada nysar jauh, belum lama jalan langsung tanya sama Pak Polisi arah ke Jalan Alor.

OMG! Ruamenya jalan ini. Sepanjang jalan lapak makanan digelar. Seafood, mie goreng, aneka buah dan jus dan masih banyak lagi. Diantara kerumunan lapak makanan mencuat papan nama Hotel Budget Inn. Ahay... ketemu juga nih hotel. Setelah registrasi, ternyata kamarnya bukan di gedung tempat registrasi tapi beda sekitar 100 meter.



Walaupun di luar di sekitaran Jalan Alor riuh rame tapi di dalam hotel ini sepi2 aja. Kamarnya jauh lebih kecil; hanya terdiri dari dua tempat tidur kaca tertempel di dinding dan TV tergantung diatas tanpa meja tulis. Kamar mandinya pun kecil tapi masih mending dibanding dengan Fragrance Hotel di Belastier Singapur yang kecilnya keterlaluan.

Sementara Mama beberes, saya keluar sebentar untuk membeli minum. Ternyata di sebelah hotel ada semacam toko serba ada, bukan berbentuk seperti minimarket tapi kios sederhana yang lengkap. Ada aneka minuma, dan makanan lain seperti di minimarket juga buah2an dan terlihat samar dipojok belakang dari kios ini ada sayuran!

Kelar bersih... mari kita coba rasa dari kedua nasi lemak yang tadi dibeli. Hasilnya... Nasi Lemak Mak Wanjor lebih enak dan lebih wangi. Lauknyapun berasa bumbunya. Sedang Nasi lemak Antara Bangsa, yah gitu deh. Biasa aja.

Selesai makan, saya dan Mama berkeliling ke Bukit Bintang yang didominasi oleh mall2. Tapi gak sempat lama2 keluar masuk mall2 tersebut karena sudah pada mau tutup. Ya iyalah udah malem gitu loh. Dari situ ngider lagi Jalan Alor. Disini lebih hidup, lebih meriah. Selain banyak lapak makanan juga orang yang datang kesini kayaknya gak habis2 deh. Pokoknya bikin macet jalan. Saya mah gak bakal sanggup kalo disuruh nyetir nyusurin jalan ini.

Eh pas nyusurin Jalan Alor, ketemu dengan hotel Bdget Inn lain di tempat yang berbeda loh. apa bedanya ya sama hotel Budget Inn yang saya tinggali?

Setelah puas ngider dari ujung ke ujung, kita balik ke hotel untuk istirahat. Siapin tenaga untuk jalan lagi besok :D

Eh pulangnya saya tunjukin tempat beli minuman tadi dan Mama mau mampir. Dan seperti biasa, disini pun Mama beli 4 jeruk sekalian nambahin beli minum.
  • Mesjid & klenteng di Jl Tukang Emas/Jl Tokong (Kampung Kling)
  • Transfer from Malacca to KUL by bus
  • Metrobus Express (RM 10)
  • Melaka Central Bus Terminal counter 2B/3/20 – Terminal Bersepadu Selatan
  • Bandar Tasik Selatan – KL Sentral
  • KL Sentral – Batu Caves
  • Keliling Batu Caves & Dark Caves
  • Nasi Lemak Antara Bangsa & Mak Wanjor - Kampung Baru
  • Bukit Bintang
  • Hotel Budget Inn – Jalan Alor Food Street IDR 277.632
  • Walking around jalan Alor

Tuesday, January 21, 2014

Exploring Melaka & Kuala Lumpur, Day 2 (Melaka)

Jumat, 10 Januari 2014
  • Baba Charlie Nyonya Cake (kuih2) 72 jalan Tengkera Pantai 2 10.00 --> Nyonya Popiah
  • Porta De Santiago (free)
  • Stadhuys (RM 5)
  • Baba & Nyonya Museum (RM 10)
  • Donald & Lily’s Jalan Laksamana 1, Taman Kota Laksamana behind Heeren Street, facing the Casa Del Rio Hotel; opposite Bei Zhan restaurant and on the same row as a hotel named 'Place 2 Stay --> Taukua w/ fishcake & rojak sauce, pineapple tart
  • Café 1511 next to Baba & Nyonya Museum --> Nyonya Popiah (lumpia basah), Pai Tee
  • Jonker 88 Museum Café --> durian cendhol & asam laksa; Baba laksa kahwin Nyonya Asam Laksa
  • Nancy’s Kitchen Jl Hang Lekir --> Pineapple tart, Nyonya Kuih, Nyonya cookies
  • Jonker Street Night Market
Jam 6an udah bangun dan pengen survei jalan2 sekitar hotel. Tapi apa yang terlihat diluar? Masih gelap! Ini mah gak 1 jam lebih dulu dari Jakarta. Di Jakarta tuh jam 6 pagi udah siang, di jalan udah rame orang dan kendaraan berseliweran.

Tapi karena udah niat mau jalan pagi, ya udah bablas aja sendirian. Beneran masih sepi Jalan ke arah kiri hotel semua masih tutup. Tercium samar2 bau hio. Berasa kayak lagi masuk klenteng deh. Ada satu2nya kedai yang lagi siap2 untuk buka. Terlihat seorang Engkoh lagi nirisin bihun/mie. Gak jauh dari situ ada hotel Warisan yang restorannya menyediakan aneka makanan halal. Melanjutkan jalan sampai lampu lalu lintas pertama yang menuju jalan Tengkera kemudian memutuskan untuk kembali ke hotel.

Sampai di hotel bukannya masuk kamar tapi bablas keluar lewat pintu belakang. Voila... ternyata persis di seberang hotel ada pasar tradisional; Pasar Taman Kota Laksamana. Seperti pasar tradisional lainnya, di pasar ini dijual aneka buah, sayur, daging dan ikan. Juga ada yang menjual aneka kue dan pernak pernik menjelang Imlek.

Balik ke hotel dan cerita apa yang dilihat selama jalan2 pagi. Eh dia mau juga jalan2 pagi. Walhasil tanpa mandi kita jalan2 lagi. Hihihi...

Pertama yang dituju adalah pasar di belakang hotel. Kita sih gak beli apapun. Kan emang gak masak juga. Eh dipasar itu juga dijual makan untuk sarapan loh, seperti nasi kuning dan lainnya. Dari situ nelusurin belakang hotel, sampe hotel Casa Del Rio. Lanjut sampai jembatan di ujung Jonker. Yah... udah sampe situ tanggung deh, lanjut aja ke bukit St. Paul. Si Mama pengen keatasnya tuh gara2 kemarin diceritain bisa liat sekeliling kota Melaka dari sana. Sekalian penasaran sama Stadhuys. Dimana yah itu tempat?

Pantes gak nemu Stadhuys karena sedang di renovasi dan sekelilingnya tertutup seng juga banyak lapak dagangan. Padahal itu gedung bolak balik dilewatin. *tepok jidat

Kalau mau ke bukit St. Paul, carilah jalan yang dekat dengan Stadhuys karena jalanya gak terjal. Perlahan tapi pasti Mama nyampe juga diatas bukit St. Paul. Terus kita keliling deh. Banyak orang berolah raga di sekitar bukit St. Paul begitu pula tempat dibawahnya. Melewati pemakaman orang2 Belanda juga replika istana Sultan Melaka. Dan kejutan berikutnya adalah.... di bawah salah satu sisi bukit St. Paul ternyata sampe di Porta de Santiago. Benteng pertahanan Portugis di kota Melaka! Padahal sebelumnya saya sudah berencana nanti siang mau ke tempat ini dan tanya2 sama resepsionis hotel.

Walaupun belum mandi, boleh dong foto2 dulu di depan Porta de Santiago yang diapit 2 meriam ini, hihihi... Untungnya kita pagi2 kesini belum ada pengunjung lain yang datang. Baru kita berdua nih.



Menuju ke hotel, kita juga ngelewatin bangunan peringatan proklamasi. Gedungnya unik.

Sampai hotel langsung ke courtyard untuk sarapan baru setelah itu mandi :D. Menu sarapan pagi ini adalah roti bakar setangkap, salad, kacang merah rebus, sosis, dan kentang tumbuk yang disajikan dalam piring makan.

Target hari ini adalah harus dapet tuh puff durian di Taste Better. Konon kabarnya saat weekend antrian di toko ini bisa panjang. Juga hari ini kudu menyambangi toko kue Baba Charlie di jalan Tengkera. Informasi yang saya dapat, Baba Charlie ini adalah salah satu supplier kue basah di kota Melaka. Kalo di Jakarta seperti toko Kuning gitu deh.

Ternyata Taste Better sepi2 aja tuh. Di depan saya cuma ada antrian sekeluarga. Puff durian ini bentuknya seperti kue soes tapi isinya fla durian, ada juga yang isinya fla yoghurt. Saya beli 2 isi durian (@ MYR 2) dan 2 isi yoghurt (@ MYR 1,5). Puff durian ini gak langsung dimakan tapi dibawa untuk bekal ngemil di jalan. Jonker 88 juga gak penuh tuh. Ntar siang deh mampir nyobain es cendhol durian dan makanan lainnya disini.



Jalan Tengkera

Dari Taste Better langsung jalan ke Tengkera untuk ke Baba Charlie. Kalo diliat dari peta-nya sih mestinya gak jauh. Tapi ini kog gak nyampe2. Udah lewatin lampu lalu lintas kemudian bangunan public bank, tapi gak keliatan tanda2nya. Udah jalan lumayan jauh dan mulai berasa pegel nih. Keliatan sih ada bus Panorama warna merah yang lewat ke jalan ini. Tapi secara gak tau nanti turun dimana alias takut nyasar ya udah terusin jalan kaki aja :P.

Patokannya adalah mesjid Tengkera. Lah... ini menara mesjidnya aja gak keliatan. Gimana dong?

Akhirnya terlihat seperti menara tapi tanpa mesjid dan pendek. Setelah didekati ternyata ini adalah menara pertama dari mesjid Tengkera dan tentunya sekarang sudah tidak digunakan lagi. Tidak jauh dari situ barulah kita menemukan mesjid Tengkera; mesjid kedua tertua di kota Melaka.



Seberang dari mesjid Tengkera adalah jalan masuk ke toko Baba Charlie. Kalau teliti, di jalan raya Tengkera ada plang kecil berwarna merah bertulis Baba Charlie. Nah di dalam jalan ini saya sempat menanyakan arah toko kepada seorang tukang becak wisata.

Jadi kalo mau ke Baba Charlie dari sekitaran Jongker, jalan dulu sampai setelah lampu merah menuju jalan Tengkera (depan gedung public bank) dan turun di mesjid Tengkera.

Akhirnya ketemu juga ini toko. Sebetulnya sih bukan toko terbuka melainkan di dalam rumah. Kue2 basah yang dijual disini mirip dengan kue2 basah yang ada di Jakarta bahkan Indonesia; seperti bugis, lemper, talam asin dengan taburan ebi diatasnya, serabi, kue lapis, klepon dll. Yang unik adalah mini martabak dengan isi durian. Disini kita beli beberapa kue basah. Ternyata pembantu yang bekerja di Baba Charlie ada yang orang Indonesia asli Solo. Wuih... udah gak kayak di luar negeri deh.



Kelar belanja kuih muih (aneka kue tradisional/jajan pasar dalam bahasa Malaysia) kita langsung balik. Tapi kali ini mau naik bus aja. Gempor bo kalo kudu jalan kaki lagi. Tanya di warung terdekat,apa ada bus ke Mahkota Parade dan nomer berapa eh dijawab "Mane2 boleh". Mungkin artinya bus nomer berapapun bisa kali ye...

Nunggu agak lama, datanglah bus yang dinanti. Bus ini arahnya dari Pantai Klebang, terusan jalan Tengkera. Pantesan hawanya udah kayak di pesisir, panas2 gak jelas gitu :D.


Jonker (lagi)
 

Pas bayar bus (MYR 2) dan tanya apa lewat Mahkota Parade eh dijawab gak lewat tapi bisa turun di Jonker. Ya udin deh kita naik.

Betul ini bus lewat belakangnya Jonker Street. Sempet lihat di satu emper toko, ada Engkoh2 jualan klepon. Iya klepon yang warnanya hijau berisi gula merah dan ditaburi parutan kelapa! Dari situ kita nyusurin Jonker dan mampir di Jonker 88 untuk beli es cendhol durian dan makan Baba Laksa kahwin Nyonya Asam Laksa. Nama menunya unik ya; itu 2 menu dijadiin satu mangkok.



Es cendhol durian tuh cendol yang ijo dan kacang merah ditumpuk es serut terus disiram santan dan kinca (gula merah cair) dan durian cair. Nah... di Melaka ini gula merah lebih dikenal dengan gula Melaka. Dimakan saat diluar matahari bersinar terik, mantaaappp.

Baba Laksa kahwin Nyonya Asam Laksa; laksa bersantan dengan dominan rasa pedas dan asam. Isi dari laksa tersebut adalah tahu, kulit tahu, telur, bakso ikan, dan mie sejenis udon. Mantap lah ini makanan belum lagi porsinya yang cukup besar. Ibu penjualnya ramah, sempat ngobrol2 sebentar dan dia tanya kita menginap dimana. Begitu saya jawab di The Baba House eh masa' dia bilang, wah mahal tuh menginap disana. Yah... Ibu jangan gitu dong. Daripada nginap di Holiday Inn Melaka, di The Baba House tuh masih jauh lebih murah loh :P.



Menyusuri Jonker untuk ke loket Duck Tours, siapa tau dia sudah oeprasi (tetap semangat!). Sambil mampir ke toko2 suvenir mencari tempelan kulka yang terbuat dari karet. Ternyata memang cuma 1 gambar seperti yang ada di pertokoan seberang Taming Sari. Ya udah dibeli aja.

Nasib baik memang belum berpihak kepada kami. Duck Tour belum beroperasi. Pupus sudah harapan mengelilingi kota Melaka dan nyebur selat Melaka dengan kendaraan amphibi.

Dari sana saya menyempatkan mengunjungi Museum Maritim MYR 6. Disini saya pisah sama Mama yang lebih memilih blusukan di pasar seberang Museum. Museum ini biasa saja, gak ada yang istimewa. Serius nih, masih jauh lebih bagus Museum Bahari di Kota Tua Jakarta deh.

Dari Museum ini saya penasaran sama gereja Katolik St. Francis Xavier. Tanya sama petugas jalan raya dan ditunjukin. Mama sih nunggu aja di air mancur depan Stadhuys. Ternyata diujung jajaran bangunan merah di dekat Clock Tower. Dan di seberang gereja ini ada tulisan Welcome to Melaka, World Heritage City. Langsung manggil Mama untuk foto2 disi. *narsis menjadi2 :P.



Dari sini menyusuri sungai Melaka denga jalan kaki yang diselingi duduk2 di bangku yang disediakan di pinggir sepanjang sungai Melaka. Tuh kan... bener aja, puff durian harus dimakan sekaligus. Kalo digigit setengah2 akibatnya fla-nya muncrat dan bikin kotor baju.

Menuju hotel mampir dulu di Jonkeer Bird House. Ini adalah rumah yang dijadikan sarang burung untuk diambil sarangnya (seperti sarang walet) kemudian dibersihkan dan dijual. Welcome drinknya secangkir kecil minuman cokelat dingin. 

Wow... harga sarang burung (bird nest) ini sangat fantastis, tergantung dari kualitasnya. Konon sarang burung berkhasiat untuk kesehatan.

Gak beli bird nest tapi akhirnya malah beli sekotak cokelat 3 ini 1 gara2 welcome drink tadi :D.

Langsung menuju hotel dan istirahat sebentar karena nanti malam mau bergabung dalam keramian pasar malam Jonker.

Jonker Night Market

Sore keluar rumah, alasan ke Mama sih mau beli air minum. Tapi sebenarnya pengen survei persiapan Jonker Night Market. Inilah keuntungan pilih penginapan dekat dengan objek wisata. Bisa kapan aja pergi. Hihihi...

Masuk kawasan Jonker, sudah nampak persiapan untuk pasar malam. Lapak2 dagangan sudah mulai didirikan. Jadi pasar malam Jonker ini mirip dengan pasar malam Semawis di Semarang. Pada jam yang sudah ditentukan, jalanan akan ditutup dari kendaraan yang akan lewat (mobil dan motor) dan digunakan sebagai tempat berjualan.

Restoran2 di sekitar Jonker street pun gak mau kalah mempersiapkan diri dengan mengatur meja dan kursi di teras masing2 restoran. Wah... bakalan rame nih.

Sementara di Jonker street sendiri, sungguh membuat diet berantakan. Hampir semua yang dijajakan disini adalah makanan. Ada aneka dim sum, kue2, jus dan minuman lainnya juga ada kawasan foodcourt yang menjual aneka seafood, kwee tiaw dll. Eh ada juga es krim dari sarang burung dijual disini.



Oiya, pas jalan pulang sempet liat pasangan pengamen bule di trotoar jalan. Bukan nyanyi sih, mereka berdua memainkan alat musik.

Disini saya beli kentang goreng lilit khas Jonker dengan saus mayonaise dan 2 egg tart. Rempong deh bawanya secara gak bawa tas untuk nyimpen kamera dan dompet. Etapi masih sempet mampir di toko serba ada untuk beli 2 botol besar air minum loh... :D

Sampe hotel langsung cerita sama Mama hasil survei barusan. Jadi setelah mandi kita mau jalan2 ke Jonker. Hampir jam 7 malam saya dan Mama keluar hotel menuju Jonker Night Market. Wah... ternyata langit Melaka masih terang dan pas keluar hotel terdengar samar2 suara adzan Maghrib.

Di depan restoran Nancy's dan Georapher Cafe juga restoran lainnya sudah tertata bangku dan meja. dan beneran tambah rame tuh sepanjang pasar malam Jonker. Ada kuih lobak tapi kog spertinya bukan kue tapi cenderung ke makanan ya?

Di ujung jalan Jonker ada panggung yang malam ini diisi dengan penyanyi perempuan (oma2) yang nyanyi lagu berbahasa Mandarin. Di depan panggung disediakan beberapa tempat duduk. Banyak juga loh pengunjung Jonker yang menikmati lagu2 yang dibawain sama si Oma.

Jadi nih, banyak orang2 yang jalan2 di Jonker night market sambil makan kentang goreng yang seperti tadi sore saya beli. Kita jalan dari ujung ke ujung sepanjang pasar malam Jonker. 

Masih setengah kenyang tapi kudu makan malam. Gak punya ide mau makan apa, akhirnya agak2 bengong di depan Jonker 88, ngebacain menu yang ada di depan pintu masuk. Nasi lemak? Ah... itu kan andalan kuliner nanti di Kuala Lumpur. Akhirnya pilih mie lagi, tapi kali ini yang gak bersantan dan gak pedes. Dengan porsinya yang gede, cukuplah pesen 1 mangkok untuk dimakan berdua. Ibu yang jualannya masih ngenalin kita tuh.

Waktu kita masih bingung pilih menu, Jonker 88 penuh. Tapi pas kita pesan makanan, berangsur2 yang lain sudah selesai makan.

Perut kenyang, biar rada turun tuh makanan kita jalan2 lagi sekitar Jonker. Sebetulnya saya masih penasaran dengan cafe Bistro Year 1637. Keliatannya tempat itu punya open air di taman belakangnya. Tapi... ya sudah lah, belum waktunya nyoba makan disitu.

Jangan keburu nafsu untuk beli2 kue tradisional di Melaka; karena sebagian besar kue2 tersebut sama dengan yang ada di Indonesia. Cuma namanya aja yang berbeda. Seperti Pineapple cake = kue nastar; Nyonya Popiah = lumpia = springroll, durian puff = kue soes isi fla durian.

Puas jalan2 di tengah keramaian pasar malam Jonker, kita balik pulang ke hotel. Kaki pegel, perut kenyang, mata berat merupakan perpaduan yang sempurna untuk cepet pergi tidur.
    • Bukit St Paul
    • Porta De Santiago (free)
    • Taste Better --> Puff Durian
    • Mesjid Tengkera
    • Baba Charlie Nyonya Cake (kuih muih) 72 jalan Tengkera Pantai 2 10.00 --> Nyonya popiah
    • Jonker 88 Museum Café--> durian cendhol & asam laksa; Baba laksa kahwin Nyonya Asam Laksa
    • Museum Maritim
    • St. Francis Xavier Church
    • Jonker Street Night Market

      Monday, January 20, 2014

      Exploring Melaka & Kuala Lumpur, Day 1 (Kuala Lumpur - Melaka)

      Kamis, 9 Januari 2014
      • CGK – KUL QZ 8190 ETD 06.25 ETA 09.25 (IDR 1.245.000 incl 20 kg bagasi KUL-CGK)
      • Direct to Malacca by bus Transnasional MYR 24.10
      • konter penjualan Transnasional ada di paling ujung setelah kedatangan domestik (jadi kalau dari LCCTkedatangan internasional akan melewati kedatangan domestik setelah itu konter bis dalam dan luar kota).
      • A public buses no 17 or panorama buses to come red house building/clock tower building
      • Taming Sari Tower (RM 20)
      • Melaka Duck Tour (RM 45)
      • Melaka River Cruise (RM 15) 45 mins tour --> near Maritime Museum
      • Maritime Museum (RM 3)
      • The Baba House Hotel IDR 625,864 (2 nights)
      • Geographer Café 83 Hang Jebat (Jonker) --> Sweet Malacca & Yoghurt Cheesecake
      • Taste Better 96 Hang Jebat --> one bite durian puffs
      Jakarta

      Setelah drama jadwal penerbangan diganti sepihak sama si maskapai loreng yang berakhir dengan refund dan beralih ke maskapai merah di saat2 terkahir, akhirnya hari ini terbang ke Kuala Lumpur untuk berlibur ke Melaka.

      Dari rumah berangkat menuju Gambir jam 03.00 untuk ke bandara dengan bis Damri. Enaknya terbang dengan penerbangan paling pagi tuh waktu tempuh dari rumah dapat diprediksi alias gak kena macet parah dan juga (biasanya sih) pesawat terbang tepat waktu

      Kurang lebih 45 menit dari rumah sampai terminal 3 bandara Soekarno-Hatta. Walaupun sudah menggunakan web check-in tapi kalau penerbangan ke luar negeri tetep kudu ngantri di counter check in untuk cek passport dan bayar airport tax. Anehnya di counter check in kog semua barang bawaan gak ditimbang ya? Walaupun itu barang bawaan ke kabin.

      Kuala Lumpur

      Pesawat berangkat tepat waktu bahkan mendarat di LCCT Kuala Lumpur lebih cepat 15 menit. Ternyata kalo badan gak terlalu sehat, naik pesawat rada gak nyaman yah. Ini kuping yang gak biasa2nya bermasalah, jadi agak2 pengeng. Walaupun gak sampe bikin pusing. Turun dari pesawat gak pake bis menuju terminal melainkan jalan kaki. Rada jauh juga tuh. Agak bingung dengan terminal LCCT ini secara petunjuk arah kurang jelas. Terhibur dengan motto di pos polisi di terminal kedatangan internasion: "Anda Ceria Kami Gembira" mungkin kalo dalam bahasa Indonesia artinya "Anda Puas Kami Senang" kali ye... :D

      Sempat mampir di 2 money changer selepas imigrasi. Ebuset ternyata nilai tukar disini bagus banget! Di Jakarta MYR 1 = IDR 3.775 sementara di Kuala Lumpur MYR 1 = IDR 2.800! Nyesel deh beli Ringgit di Jakarta. Tadinya mau nukerin sisa VND ke MYR tapi rate-nya belum keluar.

      Langsung menuju terminal kedatangan domestik LCCT untuk beli tiket bus ke Melaka. Ini keamanan di bandara LCCT sepertinya kurang deh. Masa' counter tiket bus antar kota berada di dalam terminal kedatangan domestik. Saya aja tadinya ragu karena ada 2 petugas yang berjaga di pintu masuk. Setelah saya tanya tempat membeli tiket bus antar kota, ditunjukkan dan dibolehkan masuk.

      Saya kira bakalan nunggu bus keberangkatan berikutnya secara informasi yang didapat bus berikutnya berangkat jam 11.30. Alhamdulillah... ternyata bus Tansnasional akan berangkat jam 10.30. langsung saya beli tiketnya seharga MYR 24.10/orang. Eh di tiket tercantum no tempat duduknya loh.

      Tidak jauh dari terminal kedatangan ada semacam tempat ngetem bus2. Di masing2 platform terdapat tujuan dari bus2 tersebut jadi calon penumpang gak bingung harus nunggu di platform mana. Gak sampe numpuk sih, jadi masing2 bus akan datang 30 menit sebelum keberangkatan. Dan tepat jam 10.30 bus Transnasional berangkat menuju Melaka

      Kota Melaka

      Bus langsung ke Kota Melaka tanpa singgah/berhenti di tempat lain. Cukup penuh juga bus ini. Mayoritas penumpangnya adalah wisatawan. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, bus sampai di Sentral Melaka yang merupakan teminal pusat untuk semua bus; baik antar kota maupun bis lokal kota Melaka. Informasi dari hasil browsing dan tanya sana sini, untuk menuju ke pusat wisata harus menggunakan bus Panorama warna merah no 17.

      Dengan membayar MYR 1,5 bus berangkat menuju Clock Tower. Tempat pemberhentian di daerah wisata. Jadi bus ini dari Melaka Sentral akan melewati Tan Kim Hock Product Center. Ini adalah toko yang menjual aneka makanan khas Melaka. Kemudian lewat gereja Katolik St Francis Xavier yang dibangun pada tahun 1849. Jalan2 di Kota melaka ini tidak terlalu lebar hanya cukup untuk 2 mobil dan kebanyakan 1 arah.

      Bus melaju melewati deretan bangunan toko2 berwarna merah yang mengapit jalanan. Baru kemudian sampai di Clock Tower. Saya nyaris bablas dan nyasar. Untungnya langsung sadar begitu melihat banyak penumpang turun dan tanya ke sopir bus-nya. Selain clock tower di tempat ini juga terdapat Chris Church dan Stadhuys. Ketiga tempat ini bercat merah dan adalah icon dari kota Melaka.



      Di sekitar sini banyak terdapat becak wisata. Iya, becak! Jadi penumpangnya lewat samping karena bagian depan becak dihias dengan bunga2 artifisial dan ada 1 boneka di tengahnya. Bunga & bonekanya bersih loh... Kebanyakan sih bonekanya Hello Kitty. Seperti becak di Indonesia, tukang becaknya gowes dari belakang dan ada tambahan sound sytemnya juga. Tinggal pilih deh mau lagu jaman si Elvis Presley atau brondong Justin Bieber lengkap dengan speaker yang membahana :D. Eh samar2 terdengar beberapa lagu yang dinyanyikan penyanyi Indonesia tuh.



      Nah... pe er berikutnya adalah mancari rute menuju penginapan. Okeh... daripada nanti nyasar jauh, mending cari info ke tempat/orang yang bisa dipercaya. Terlihat tepat lurus dari clock tower adalah tourist Information center; tempat yang tepat untuk bertanya. Sayangnya tempat ini tutup namun seorang penjaga menunjuk mobil polisi yang mengarahkan saya untuk bertanya kesana.

      Info dari Bu Polisi, lewatin jembatan belok iri kemudian belok kanan. Nah... itu udah jalan Tun Tan Cheng Lock. Oh... ternyata nama lain dari jalan Tun Tan Cheng Lock tuh Heeren Street. Takjub dengan pemandangan di jalan ini. Sepanjang jalan ini berdiri bangunan yang berfungsi sebagai toko, rumah ataupun penginapan tapi sebagian besar rumah2 tersebut bergaya rumah China tempo dulu. Lengkap dengan pintu kayu berwarna gelap dan ada tulisan China. Berasa kelempar ke jaman para kaisar China kayak di film2 silat deh :D.

      Takut nyasar, setengah perjalanan di Heeren Street tanya ke salah satu rumah yang kebetulan penghuninya ada di luar. Eh... ternyata Ibu itu orang Indonesia. The Baba House masih lurus lagi.

      The Baba House

      Voila... akhirnya sampai juga di depan bangunan dengan papan nama khas China "The Baba House" lengkap dengan aksara China. Tepat di seberangkan ada bangunan lebih China lagi, sepertinya tempat perkumpulan salah satu marga.

      Masuk ke kedalam serasa masuk ke rumah. Setelah registrasi ulang dan memberikan deposit MYR 500, kita dapat kunci kamar dan kupon breakfast. Oiya WiFi gratis bisa digunakan hanya di area lobby. Sayang ya...

      Menuju ke kamar melewati tempat makan yang berlokasi di courtyard. Seperti tradisi di rumah2 China, selalu ada courtyard, ruang terbuka di tengah rumah. Walaupun sekarang tidak 100% terbuka karena pada masa sekarang diatas courtyard/atap diberi genteng transparan/bening. Sehingga sinar matahari masih tetap bisa masuk. Dari courtyard ini bisa terlihat jendela2 lantai diatasnya.



      Hotel ini tidak menyediakan pemesanan makanan ataupun restoran. Tempat makan yang disediakan hanya untuk sarapan. Tersedia kedai kopi yang sudah tutup sekitar jam 9 malam. Juga ada butik yang menjual aneka baju dan kebaya encim.

      Ternyata hotel ini punya pintu belakang yang entah kemana. Tapi sempat melongok, nampaknya jalan di belakang hotel relatif sepi.

      Masuk ke kamar, suasana tempo dulu makin terasa. Wastafel yang berbentuk mangkok besar terbuat dari keramik dengan gambar bunga kecil berwarna merah. Cangkir untuk membuat teh/kopi pun bergambar bunga kecil berwarna hijau muda. Selain tersedia 2 botel air minum juga disediakan 2 sachet kopi buatan lokal Aik Cheong.

      Oiya, di kamar mandi pun disediakan tali untuk menjemur pakaian loh. Bentuknya seperti tombol, nah... benangnya bisa ditarik dari tombol ini dan dikaitkan di tempat yang sudah disediakan di seberang tombol tersebut. Ih... norak ya, baru tau.

      Setelah beberes dan makan siang dengan bekal dari rumah, kita mulai keliling kota Melaka berbekal dengan peta yang diberikan oleh resepsionis.

      Keliling Kota Melaka

      Tujuan pertama adalah Duck Tours. Ini adalah tour dengan amphibi dengan rute keliling pesisir kota Melaka kemudian nyebur ke selat Melaka lanjut ke pulau Melaka dan balik ke kota Melaka.

      Tanya di resepsionis, menuju counter Duck Tours dapat berjalan kaki; yang berlokasi di dekat Taming Sari. Daripada salah, sebelum jalan lebih jauh, tanya lagi ke Pak Polisi di mobil patroli deket pusat informasi wisata. Terus ditunjukin jalan ke Taming Sari. Dia bilang ada 2 jalan tapi dia kasi usul jalan yang lebih adem secara saat itu cuaca di Melaka panas banget.

      Oiya, tadi saat jalan menuju pusat informasi wisata sempat ngelewatin Jl Hang Jebat alias Jonker Street. Pulang nya mampir kesini ah...

      Menuju Taming Sari melewati beberapa museum; museum UMNO, museum SETAM (Stamp/pos), museum Pemuda dll. Mayoritas bangunan museum2 itu berwarna merah seperti warna clock tower.

      Sampai di Taming Sari harus menerima kekecewaan karena baik menara Tmaing Sari maupun Duck Tour tutup karena sedang dalam perawatan (maintenance). Katanya sih Duck Tour baru beroperasi kembali besok sementara Taming Sari lusa.

      Ternyata jalan sedikit dari Taming Sari ada 2 mall besar; Dataran Pahlawan dan Mahkota Parade. Dataran Pahlawan lebih kecil dan relatif lebih sepi tapi didominasi oleh toko2 produk terkenal sementara Mahkota Parade terlihat lebih besar, lebih ramai dengan produk bervariasi.

      Sebelum ke mall, saya dan Mama pergi ke pertokoan seberang Taming Sari. Ternyata toko2 disini menjual oleh2 khas Melaka. Ada gula Melaka (gula merah), Cincaluk (aduh, gak tau deh kalo ini), terasi, aneka dodol dll. Oiya, disini juga ada foodcourt yang dalam bahasa Malay disebut Medan Selera. Agak susah ya cari tempelan kulkas yang bahannya dari karet dengan icon Melaka. Semuanya terbuat dari keramik. Ada cuma 1 gambarnya dan gak tertarik.

      Nah... dari kedua mall kita memutuskan untuk kembali ke arah hotel. Entah kenapa gak tertarik untuk masuk ke museum2 yang ada di Melaka ini. Bahkan ke museum Babah Nyonya pun gak berminat. Penasaran untuk naik ke bukit St. Paul dimana terdapat reruntuhan gereja St. Paul. Si Mama sih nunggu di bawah aja. Gak sanggup kalo harus naik tangga yang lumayan tinggi dan terjal gitu.

      Setelah terengah2, sampai juga di bekas gereja St. Paul. Gereja ini sudah tidak dipakai lagi karena bagian tengahnya sudah rusak. Terdapat beberapa nisan yang bentuknya sama seperti yang ada di museum prasasti, Jakarta. Banyak turis yang datang ke tempat ini.



      Keliling di luar gereja St. Paul ya ampun... ternyata ada tangga yang gak terlalu tinggi pun gak terjal. Lewat dekat Stadhuys lebih nyaman tuh. Tapi karena Mama nunggu di tempat lain, terpaksa deh turun lewat tangga yang tinggi dan curam. Dari atas bukit St. Paul terlihat sekeliling kota Melaka. Samar2 juga terlihat laut. Iya, itu kan selat Melaka yang kondang itu...

      Dari bukit St. Paul kita pengen nyobain river cruise di sungai Melaka. Tapi kog sepi2 aja ya. Akhirnya ajak Mama ke dermaga tempat kapal2 sandar. Eh ternyata beroperasi kog. Tapi emang sih nunggu penumpang agak banyak. Langsung beli tiket MYR 15/orang. Di ruang tunggu penumpang, kita bisa foto2 dengan latar belakang kota Melaka. Tentunya hasil foto tersebut nantinya harus dibayar.

      Sungai Melaka ini gak terlalu lebar tapi bersih. Seru juga sih nyusurin sungai Melaka. Di kiri kanan banyak guest house dan cafe. Kayaknya yang ini tipe penginapan untuk backpacker deh. Sampai ke Kampung Morten, dimana banyak berdiri rumah asli penduduk Melaka. Juga ada Kampung Jawa dan Kampung Kling.

      Kelar nyusurin sungai Melaka, jalan kaki pulang via Jonker Street. Sepanjang jalan Jonker ini udah dihias meriah untuk menyambut Imlek. Toko2 di sepanjang Jonker adalah menjual makanan/restoran, toko suvenir, toko barang dan toko barang antik. Oiya butik2/toko pakaian di Melaka ini sebagian besar menjual kebaya Encim. Tau gitu saya bawa beberapa koleksi kebaya Encim saya trus pake disini deh :D.

      Yah... Jonker 88 dan Taste Betternya udah tutup, padahal masih jam 5an loh. Akhirnya mampir ke resto Geographer yang dengan jelas menyatakan makanan disana tanpa MSG dan tanpa pengawet. Pesan Yoghurt Cheese Cake, Sweet Malacca Ice Cream dan Mama pesan Vegetable Ramen. Pas mau pulang eh... ujan lumayan deras. Untungnya gak terlalu lama. Langsung jalan ke hotel tapi mampir sebentar ke toko serba ada dekat hotel untuk beli air minum. Oiya, disini agak susah cari convenience store/minimarket yang terkenal, ada tapi jauh banget. Yang terdekat cuma toko serba ada ala rumahan.

      Rasanya capek banget hari ini. Jadi ya selesai mandi udah gak kepengen jalan2. Sempet update2 status pake WiFi gretongan tapi kudu ngejogrok di deket lobby hotel :D

      Itinerary hari ini jadi:
      • CGK – KUL QZ 8190 ETD 06.25 ETA 09.25 (IDR 1.245.000 incl 20 kg bagasi KUL-CGK)
      • Direct to Malacca by bus Transnasional MYR 24.10
      • konter penjualan Transnasional ada di paling ujung setelah kedatangan domestik (jadi kalau dari LCCT kedatangan internasional akan melewati kedatangan domestik setelah itu konter bis dalam dan luar kota).
      • A public buses no 17 or panorama buses to come red house building/clock tower building
      • Melaka River Cruise (RM 15) 45 mins tour
      • The Baba House Hotel IDR 625,864 (2 nights)
      • Geographer Café 83 Hang Jebat (Jonker) --> Sweet Malacca & Yoghurt Cheesecake