Pages

Thursday, June 26, 2014

Banyuwangi - The Sunrise of Java (Day 3)

Banyuwangi - Surabaya - Jakarta
Minggu, 22 Juni 2014

Cek terakhir, rasanya sih gak ada barang2 yang tertinggal. Dan semua barang2 yang tidak saya perlukan termasuk oleh2 bisa masuk dalam duffle bag. Enak kan, tinggal masukkin bagasi, gak perlu nenteng2 ke dalam kabin dan angkat untuk ditaro di kompartemen :D.

Jam 05.30 semua peserta sudah siap di parkiran untuk berangkat ke bandara. Sambil nunggu kendaraan yang akan mengantar kita ke bandara, ngemil2 roti dan ngeteh yang sudah disediakan di hotel.

Sampai di bandara Blimbingsari, sempat ngobrol2 dengan petugas bandara. Ternyata minat masyarakat ke Banyuwangi semakin tinggi. Karena dengan adanya penambahan 1 maskapai penerbangan yang melayani rute ke Banyuwangi tidak berarti penumpang dari maskapai yang selama ini ada menjadi berkurang. Selama ini pesawat dengan rute ke Banyuwangi dioperasikan oleh Wings Air dan sekarang ditambah dengan Garuda.

Selain gedung bandara tempat para penumpang datang dan pergi serta tempat pengambilan bagasi, tidak jauh dari gedung ini juga ada bangunan lain yang berfungsi sebagai ruang singgah bagi tamu VIP.

Setelah boarding pass dibagikan kepada semua peserta eh kali ini boarding pass-nya dibagi langsung 2; untuk ke Surabaya dan untuk ke Jakarta tinggal nunggu masukin bagasi. Lagi nunggu cek bagasi eh liat peta Banyuwangi beserta dengan wisata alamnya yang ditempel dalam frame di dekat pintu masuk bandara. Ih... pengen banget deh punya peta itu.

Dibantu sama teman seperjalanan, nanya2 dimana bisa dapat peta yang dimaksud. Eh ternyata di sekitar tempat kita menunggu tidak ada persediaannya. Sayang banget ya, padahal kan dengan peta itu nanti saya bisa tunjukin ke teman2 tempat wisata di Banyuwangi. Etapi jangan sedih, jangan kecewa... Bapak petugas bandara tadi bantuin kita cari peta yang dimaksud di ruang VIP dan voila... disana masih tersedia beberapa. Makasih ya Pak...

Ternyata di bandara ini, bagasi diurus masing2 calon penumpang, jadilah saya mengantri untuk masukin bagasi.

Sempat beli kue di ruang tunggu bandara Blimbingsari. Eh biar kecil tapi ada tempat jual aneka oleh2 loh.

Pesawat datang agak terlambat dari Denpasar dan akhirnya kita harus meninggalkan Banyuwangi. Bye...

Di pesawat, lagi2 Pilot-nya ngucapin selamat jalan ke rombongan klita yang sudah berlibur ke Banyuwangi. Wuih...

Tuh kaaannn... karena waktu yang mepet dan pesawat dari Banyuwangi yang agak telat, sampai di bandara Juanda - Surabaya sudah proses boarding. Akhirnya kita gak masuk terminal dulu melainkan langsung diantar ke gardabrata dan boarding disana. Sambil berjalan cepat, saya melihat keluar untuk memastikan bagasi saya sudah diangkat dari pesawat sebelumnya untuk dipindahkan ke pesat yang membawa saya ke Jakarta. Jangan sampai saya sudah sampai di Jakarta tapi bagasi saya ikut pesawat berikutnya :D

Pesawat berangkat tepat waktu. Ada kejadian yang membuat saya teramat sangat murka! Penumpang di sebelah saya yang juga salah panitia rombongan tour ke Banyuwangi ternyata tidak mematikan ponselnya. Gilak! Ini saya tau karena belum lama pesawat touch down dan masih berjalan di runway menuju apron dia menerima telepon. Sepertinya sih di-silent atau di set getar. Saya sudah berikan sign dan tegur untuk tidak boleh menggunakan alat komunikasi apapun tapi dia cuek. Dari obrolan dia, sepertinya lawan bicaranya pun sudah menegur dia tapi malah dianya bete. Selesai nelpon dia bilang baru nyampe udah ditanya2 hasil reportase. saya gak tertarik sama sekali dengan urusan urusan dia! Mau ditelpon sama presiden sekalipun saya gak peduli. Yang saya peduli, keselamatan satu pesawat. Kalau dia mau mati celaka ya sendiri aja sana, berdiri di depan pesawat yang mau jalan, jangan bikin celaka satu pesawat! Pengen rasanya saya keplak kepala tuh orang bolak balik.

Baru kali ini pulang jalan2 masih ada matahari. Biasanya hampir tiap kali pulang berpergian saya sampai kembali di Jakarta sudah malam atau sudah gelap gitu.

Saat sudah berada di dalam bus DAMRI yang akan menuju Gambir, supervisor bus DAMRI bilang ke supir bus kalo jalanan di Jakarta sedang macet parah! Apppaaahhh! Please deh, ini kan hari Minggu, masa' masih macet juga. Ada apa sih???

Emang beneran macet tuh jalan2 di Jakarta dan ternyata ini adalah imbas dari kampanye salah satu capres/cawapres di GBK. Hih... belum jadi presiden dan wakilnya aja udah bikin sengsara rakyat!

Tuesday, June 24, 2014

Banyuwangi - The Sunrise of Java (Day 2)

Banyuwangi
Sabtu, 21 Juni 2014

Telat bangun!!! Padahal udah pasang alarm jam 00.00 loh dan tadi sebetulnya udah bangun juga. Tapi nambah tidur2an yang niatnya cuma 15 menit eh malah kebablasan sampai jam 00.30!

Kedebag kedebug cuci muka dan ganti baju. Beruntung perlengkapan untuk hari ini sudah disiapkan dan masuk ke dalam backpack. Gak tau deh kalo belum dimasukkin, bisa2 banyak yang ketinggalan tuh :(

Akhirnya jam 01.00 kita turun dan siap berangkat. Padahal jadwal semula kita akan berangkat jam 00.30. Ya udin lanjut bobo manis di mobil. Perjalan menuju pos pertama Paltuding tempat pemberhentian semua kendaraan memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan jalan yang ajrut2an. Tapi secara masih ngantuk ya berasa kayak diayun2 aja :D

Kawah Ijen

Pas keluar mobil di Paltuding.... brrrrr.... dingin banget. Padahal udah pake thermal jacket. Langsung keluarin earmuff dan sarung tangan. Eh guide yang mendampingi kita bilang udah pada dapet snack pagi kan di mobil? Hellooowww... snack yang mana ya? Saya sih tadi lihat ada tiga tumpuk kotak styrofoam dalam satu plastik. Tapi secara gak tau isinya apa dan punya siapa, ya dibiarin aja. O... ternyata itu snack kita toh. Ngobrol dong sebelumnya :D

Setelah semuanya kumpul, kita briefing untuk mulai jalan (agak) menanjak. Perkiraan sampai trekking menanjak sekitar 3 km kemudian untuk turun ke kawah mendekati danau belerang dan api biru sekitar 800 meteran. Huffftt....

Secara gak punya trekking pole (tongkat untuk bantu menanjak) saya dikasih tongkat bambu sama guide. Lumayan lah untuk pegangan.

Sebetulnya sih gak nanjak2 amat, tapi secara saya jarang banget ikutan trekking/hiking ya berasa ngos2an dan kaki pegel ditambah nyawa belum ngumpul. Saya sempat beberapa kali berhenti untuk istirahat dan merasa saya adalah orang yang jalan paling belakang dari rombongan ini. Tapi ternyata saya jalan lumayan cepat loh. Terbukti pas di papan peringatan untuk tidak turun ke kawah saya tuh perempuan pertama dalam rombongan yang nyampe duluan. Saat jalan menanjak beberapa kali saya bertemu dengan Bapak2 penambang belerang dengan keranjang rotan yang masih kosong.

Juga banyak para pecinta alam yang terbagi dalam beberapa kelompok. Beberapa dari mereka yang perempuan berhijab memakai rok panjang. Ebuset, hebat banget tuh bisa nanjak pake rok panjang.

Karena masih gelap dan sudah ditinggal temen2 peserta  yang laki2, saya memutuskan berhenti, gak berani untuk turun secara harus menapak batu2 besar, mana gelap lagi. Gak lama kemudian datang peserta perempuan lain bersama ayahnya. Si Om bilang "Ayo kita turun. Sekuatnya kita aja. Kalo di tengah jalan gak sanggup untuk meneruskan ya berarti memang kemampuan kita cuma segitu. Yang penting jalanin dulu".

Wah... jadi semangat lagi deh. Bertiga kita turun bareng. Kadang bingung mau lewat mana secara batunya gede banget untuk dilewatin. Sepanjang ingatan saya, waktu turun menuju kawah Ijen, 2x saya dibantu untuk melewati batu2, mereka mengulurkan tangan kepada saya. Pertama oleh entah pemandu atau wisatawan perempuan dengan aksen Mandarin dan kedua oleh laki-laki pemandu lokal. Alhamdulillah... di setiap perjalan saya bertemu dengan orang2 baik. Dan itu berarti di lain kesempatan saya harus membayar kebaikan mereka dengan berbuat baik untuk orang lain. *sikap

Di tengah jalan saya tanya apakah tempat lokasi api biru masih jauh dan apakah api biru masih terlihat kepada seorang pengunjung yang sudah selesai melihat api biru dan beranjak keatas. Dia bilang udah gak terlalu  jauh dan masih kelihatan api birunya tapi kalau saya nyampe sana kayaknya sih api birunya udah hilang. Ihhh... tuh lekong (laki) jahara (jahat) deh. masa' ngejatohin mental gitu.

Subhanallah...  saya masih dikasih kesempatan untuk melihat si api biru. Konon katanya itu bukan api sungguhan tapi merupakan bayangan yang tercipta dari gas. Makanya api biru ini akan segera menghilang saat sinar matahari muncul.



Agak lama saya dan teman2 di kawah Ijen. Foto sana sini kemudian kembali naik keatas. Kagum sama Bapak2 penambang belerang. Mereka mikul belerang yang dimasukkan kedalam keranjang rotan yang beratnya bisa mencapai puluhan kilo dan menempuh jalan berbatu dan menanjak. Saya yang cuma bawa dirinya aja udah ribet menuju dan kembali dari kawah ini.

Di Ijen ini saya membeli beberapa belerang/sulfur yang dicetak dengan bermacam bentuk. Ada Hello Kitty, Teddy Bear, kura2 dsb.

 

Sampai diatas pemandangan yang terlihat gak kalah indahnya. Deretan bukit berwarna hijau! Oiya, untuk turun menuju Paltuding sama ribetnya seperti saat naik. Bukan karena ngos2an gak kuat napasnya tapi karena licin. Semakin siang/terang pasir yang melapisi jalanan menjadi kering menjadikan jalan menurun menjadi licin. Walhasil beberapa dari teman2 saya terpeleset saat jalan menurun. Tips dari saya, sebisa mungkin pilih jalan yang agak basah untuk menghindari terpeleset.

Saya jadi tau kenapa Banyuwangi disebut "The Sunrise of Java". Karena di matahari pertama kali muncul di pulau Jawa ya di Banyuwangi ini.

Semakin siang semakin banyak orang yang naik menuju kawah Ijen. Beberapa dari mereka itu orang tua dengan pakaian dan alas kaki seadanya. Dalam artinya mereka memakai baju biasa bahkan gamis panjang dan cuma memakai sandal. Memang sih mereka jalannya nyantai, tidak seperti kita yang ngejar target; liat si api biru!

Alas Purwo

Karena sampai di Paltuding lagi sudah kesiangan, maka saya dan beberapa teman yang baru tiba, sarapannya di dalam mobil yang akan menuju Taman Nasional Alas Purwo. Gak sempat ganti baju. Pokoknya langsung berangkat! 

Sarapannya apa nih? Bentuknya sih nasi nungkus tapi isinya... endang bambang (enak banget) loh... Nasi pecel pake bakwan jagung plus ada udang goreng tepung dan kerupuk udang. Saya yang tadinya ngerasa itu nasi bungkus porsinya terlalu banyak eh abis juga akhirnya.

Dari Paltidung menuju Alas Purwo jauhnya minta ampun! Ada tuh sekitar 3 jam perjalanan. Nyaris sepanjang jalan dari Paltidung menuju Alas Purwo perlu diperbaiki karena gak mulus.

Di tengah jalan staff humas Pemda Banyuwangi yang menyertai di dalam rombongan bilang kita akan makan siang dulu sebelum masuk ke TN Alas Purwo. Apppaaah?! Makan lagi? kayaknya saya belum lama selesai makan pagi deh :D

Pak Humas juga cerita dan sharing foto dari kelompok Family yang tadi pagi bersepeda santai bareng Pak Bupati. Sangat bersyukur saya memilih kelompok Adventure karena saya kan gak bisa ngayuh sepeda :P

Betul saja, di tengah perjalanan menuju Alas Purwo, rombongan singgah di sebuah rumah makan. Sate kambing dan ayam juga gulai! Kalau saya boleh milih, saya akan lebih senang kalau dijamu dengan makanan tradisional loh. Apalagi saat saya di Banyuwangi ini, pengen banget makan rujak soto! Etapi gak pa2 deh makan sate. Makasih loh Pak kita udah ditraktir :). Di rumah makan tersebut saya sekalian ganti baju.

Masuk ke dalam taman nasional Alas Purwo harus melewati gerbang dan ada loketnya. Di sekitar bangunan loket tampak beberapa monyet lalu lalang. Jauh masuk ke dalam terdapat pura yang masih digunakan warga beragama Hindu. Pura tersebut disebut Pura Giri Selaka dan merupakan bangunan bersejarah.

Menuju padang savana Sadengan tempat banteng2 merumput melewati hutan jati yang di beberapa area terlihat kering meranggas.

Menurut saya pribadi nih, wisata ke padang savana tuh agak riskan karena menyangkut jam biologis hewan. Kalau kita datang pas jam hewan2 tersebut makan siang, pasti akan menarik. Tapi... kalau diluar jam makan mereka, ya ngebosenin deh secara cuma ngeliat hamparan padang rumput. Saya pernah ngalamin yang kayak gini di Taman Nasional Ujung Kulon. Kita datang jam 1an siang ke padang savana Cidaon eh ternyata bukan jam makan para banteng. Begitu balik lagi sekitar jam 4 sore, barulah kita bisa melihat para banteng merumput.

Nah... kali ini kejadian lagi di Sadengan. Pas kita datang, yah... cuma liat padang rumput doang. Ada sih beberapa banteng tapi jauh banget dan sedikit! Padahal kemarin saya sudah sampaikan ke panitia loh, kalo mau ke padang savana sebaiknya disesuaikan dengan jadwal merumput hewan2 yang ada disana.



Tau gitu mending ke pantai Plengkung deh. Etapi informasi dari life guard di pantai Pulau Merah kemarin sore, ijin untuk masuk pantai Plengkung/G-Land harus melalui Bali karena propinsi itu yang mengelola. Ebuset jauh banget yak!

Tapi dari nguping obrolan Pak Humas Pemda, ternya dari Pemda sudah  membuat reservasi untuk masuk ke G-Land namun dari pihak panitia Detik Travel memilih Alas Purwo karena sudah di publish di itinerary. Duuuhhh... sayang banget ya. Gagal deh lihat pantai dengan ombak terkeren nomer 2 di dunia setelah Hawaii. Padahal udah deket banget dari Sadengan dan masih di lokasi Alas Purwo. *geraaammm

Sekitar jam 2an kita meninggalkan Sadengan. Di perjalanan kita sempat tanya2 besok harus berangkat jam berapa ya dari hotel menuju bandara karena pesawat kita jam 07.05 dan gak tau jarak tempuhnya. Idealnya sih 1 jam sebelum keberangkatan udah sampai di bandara. Tapi gak ada yang bisa kasih jawaban. Bapak dari humas Pemda bilang kalaupun kita datang telat nanti bisa minta ditungguin, pesawat untuk tidak terbang dulu. What!!! Mungkin bisa nahan pesawat di bandara Banyuwangi tapi kan kalo sampai telat datang di Surabanya bakal mengganggu jadwal kedatangan pesawat lainnya, juga bisa rebutan slot parkir. Udah gitu kan kita bakal lanjut ke Jakarta dengan pindah pesawat. Yang ada kita bakal ditinggal beneran sama pesawat dari Surabaya ke Jakarta!

Sampai hotel sudah sore menjelang malam. Kita sepakat jam 18.30 sudah rapih dan siap berangkat menuju desa wisata Kemiren untuk makan malam dan menonton pertunjukkan kesenian tradisional.

Sembari nunggu gantian kamar mandi, saya beres2 dan packing. Jadi besok gak ada barang yang ketinggalan.

Jam 18.30 teng saya dan teman sekamar sudah nunggu di parkiran. Dan apa yang terjadi? Ternyata kelompok Family belum datang dan kita diminta untuk menunggu mereka. Hellooowww... mereka akan datang jam berapa? Belum lagi nunggu mereka untuk bersih2. Sementara kan kita harus ke desa Kemiren. Bukankah lebih menghemat waktu kalo mereka langsung kesana. Lagian semestinya kan harus sesuai jadwal jadi sudah bisa dikira2 waktu dari masing2 program.

Ternyata panitia sudah memberi informasi via SMS kepada seluruh team Adventure bahwa keberangkatan diubah menjadi jam 19.00. Eh plis deh, saya dan teman sekamar saya tuh gak terima SMS atau panggilan telepon apapun dari panitia. Tau gitu kan kita bisa leyeh2 dulu di kamar.

Desa Budaya Kemiren

Akhirnya jam 19.00 team Adventure berangkat ke desa Kemiren. Lumayan jauh juga loh perjalanannya.

Sampai di desa Kemiren, kita disambut oleh team dari Humas Pemda. Oh... ternyata rombongan kita tuh dapat undangan khusus dari Pak Bupati untuk datang ke acara ini.

Tadinya saya pikir acara akan diadakan di dalam pendopo tapi ternyata ini lebih seru!

Makan malam digelar secara lesehan di jalan desa (jalannya udah di-paving) beralaskan tikar dengan menu pecel pithik; menu asli suku Osing, suku asli Banyuwangi di desa Kemiren. Nasi putih yang pulen dengan lauk pithik pecel. Enak banget deh! Saya ditawari minum air dari kendi dan juga air kelapa. Saya mau semuanya!

Pecel pithik itu ayam panggang (tidak terlalu kering) yang terbuat dari pitik ayam kampung kemudian dicampur bumbu urap yang terdiri dari parutan kelapa dengan berbagai bumbu dan kacang yang sudah dihaluskan.

Beruntung saya duduk bersebelahan dengan seorang Bapak yang pernah menjabat sebagai Camat di desa Kemiren.

Bapak itu cerita bahwa pecel pithik ini tidak dijual umum namun bisa dipesan. Dan menu pecel pithik ini akan hadir di setiap acara2 tradisi seperti Barong Ider Bumi yang dilaksanakan setiap tanggal 2 Syawal dan Selametan Tumpeng Sewu. 

Juga Pak ex Camat ini menceritakan mengenai tarian Seblang oleh suku Osing. Semacam tarian Sintren dari Cirebon. Dimana sang penari (perempuan muda yang masih perawan) akan kerasukan dan menari. Pencarian penari Seblang pun ada ritualnya dan tidak sembarangan memilih penari.

Selesai dengan makan malam yang sangat nikmat itu, kita menuju tempat pertunjukkan seni. Terdengar suara alat musik tradisional yang ternyata dimainkan dari atas panggung kecil yang didirikan dengan menggunakan batang bambu. Sepanjang jalan diterangi dengan obor.

Sebelum mendekat ke panggung pertunjukkan terdapat lapak yang menyajikan aneka jajan pasar. Wow... suka banget deh. Sebagian besar jajan pasar itu saya kenal, mungkin namanya aja yang beda. Ada lepet, kue cucur, lupis dan lain sebagainya. Kalau saja perut saya masih cukup, pasti akan saya cicipi semuanya! Selain jajan pasar, disediakan juga minuman kopi panas yang kopinya berasal dari desa Kemiren.Duuuhhh... wangi kopinya itu loh yang sangat menggoda.

Beruntung di sini dijual kopi bubuk asli dari Kemiren. Karena kemarin saat ke toko oleh2 saya kog tidak melihat ada kopi bubuk ya.



Ibu2 yang menjaga tempat jajan pasar ini semuanya berkebaya warna hitam. Tadinya saya pikir itu adalah seragam panitia untuk acara ini. Tapi ternyata saya salah! Kebaya hitam adalah pakaian wanita suku Osing!

Saya yang sangat menyukai pertunjukkan tradisional, tidak menyia2an kesempatan ini. Saya dan teman saya langsung cari tempat duduk yang strategis untuk penonton pertunjukan ini.

Panggung dibangun diatas kali Gulung dan pertunjukkan kali ini bercerita mengenai asal usul Banyuwangi yaitu legenda Sri Tanjung. Dari informasi bocoran yang saya terima, di akhir cerita ada adegan pemeran Sri Tanjung benar2 menceburkan/menjatuhkan diri ke sungai. Wuih... pasti keren tuh. Gak kalah deh sama pertunjukkan Siam Niramit di Bangkok :D

Sayang seribu sayang... saya tidak bisa menonton pertunjukan ini sampai selesai.  Karena rombongan kami harus kembali ke penginapan. Hmmm... padahal kan kesempatan gak selalu datang dua kali dan saya gak tau kapan bisa menonton pertunjukkan ini lagi :(

Monday, June 23, 2014

Banyuwangi - The Sunrise of Java (Day 1)

Jakarta - Surabaya - Banyuwangi
Jumat, 20 Juni 2014


Detik Travel Tour Banyuwangi "Explore Indonesia"
Rp 1.980.000


2 types of group
  • Family (pendopo kabupaten, pusat belanja oleh2, pantai Pulau Merah, makan malam nasi tempong, belanja batik Banyuwangi, tambak unagi, makan siang ayam pedas di tengah sawah, pantai Bedul dan menusuri mangrove dengan perahu, makan malam dan pagelaran seni di desa Kemiren)
  • Adventure (pendopo kabupaten, pusat belanja oleh2, pantai Pulau Merah, makan malam nasi tempong, gunung Ijen, air terjun Ijen, makan siang rujak soto, alas purwo, makan malam dan pagelaran seni di desa Kemiren)
GA 302 -- CGK - SUB
ETD 05.30 ETA 07.05

GA 4300 -- SUB - BWX
ETD 08.40 ETA 09.30

Dari 2 Juni 2014 saya membaca via twitter bahwa Detik Travel akan mengadakan tour ke Banyuwangi dengan biaya Rp 1.980.000 dan bagi yang berminat untuk mengirim e-mail ke bagian promosi Detik.com. Entah kenapa saya sangat antusias dan tertarik untuk ikut. Lansung saya kirim e-mail yang dimaksud.

Jelas saya sangat tertarik. Karena dalam bayangan saya tempat wisata di Banyuwangi tidak mungkin saya datangi sebagai solo traveller.

Keesokan harinya e-mail dibalas dan diberikan link untuk pendaftaran. Trip ini dijadikan 2 kelompok; Family dan Adventure. Jelas saya pilih yang adventure. Jadi selain menikmati alam Banyuwangi juga ada wisata kulinernya. Ini yang saya suka.

Saking semangatnya, sebelum dateline pembayaran, sudah transfer tuh. Gak lupa untuk mengirim bukti transfer via scan e-mail dan fax. Sayangnya, panitia gak merespon via e-mail sehingga saya harus berulang2 menelepon panitia. Padahal susah banget loh untuk bisa menelepon mereka. Saluran teleponnya sibuk teruuusss!!!

Sebetulnya agak ragu juga sih apakah saya bisa nyampe ke kawah Ijen karena sebetulnya saya gak suka untuk kegiatan trekking ataupun hiking. Capek bo... Etapi tergantung sama apa yang akan dilihat sih. Kalo cuma nge-camp terus liat sunrise di gunung sih, malay (males) lah.

Untuk itu saya tanya2 ke teman2 saya yang tau betul mengenai saya, menurut mereka saya bisa mencapai Ijen, medannya bisa saya lalui. Pelan2 aja. Lagian menurut teman2 saya, walaupun menanjak, selama itu adalah jalur wisata mestinya gak ada masalah untuk saya melewatinya. Itu cukup untuk memantapkan saya untuk memilih kelompok adventure. Saya juga tanya peralatan apa saja yang harus dibawa. Oke, windbreaker jacket emang gak punya tapi saya akan bawa thermal jacket begitujuga karena saya gak suka pake topi kupluk, saya akan bawa earmuff :D.

Saking waktunya mepet dan saya gak bisa keluar kantor, pembelian asuransi perjalanan pun  saya lakukan via online. Untung perusahaan asuransi yang saya pilih bisa melakukan transaksi jarak jauh.

Akhirnya hari yang ditunggu2 datang juga! Berangkat dari rumah 02.45 demi mengejar bus Damri pertama ke bandara Soekarno Hatta yang berangkat jam 03.00 untuk dari rumah menuju Gambir dianterin. Lumayan menghemat waktu.

Sekitar 45 menit perjalanan akhirnya sampai di Terminal 2 bandara Soetta. Eh baru kali ini loj saya terbang melalui terminal 2 setelah sekian lama absen karena lebih sering via Terminal 3 :D. Sesuai dengan informasi dari panitia, peserta menunggu di KFC. Di KFC bawah sudah ada beberapa peserta. Eh salah satu peserta ternyata teman sekerja di hotel Acacia dulu. Wah... bakal seru nih.

Jam 04.00 lebih belum terlihat tanda2 panitia ataupun peserta lain yang datang. Setelah menelpon salah satu panitia, ternyata mereka menunggu di KFC atas. Pantes aja gak ketemu secara beda meeting point! Disini terlihat panitia kurang jelas memberi onformasi tempat menunggu dan juga tidak proaktif untuk menghubungi peserta yang belum hadir.

Akhirnya setelah peserta datang lengkap, check in berbarengan begitu pula dengan bagasi. Boarding pass pun dibagian satu per satu. Pesawat berangkat menuju bandara Juanda, Surabaya dengan tepat waktu.

Surabaya

Sampai di bandara Juanda, Surabaya yang belum lama selesai direnovasi. Bagus banget deh sekarang. Jadi dari Jakarta ke Banyuwangi, harus transit dulu di Surabaya atau di Denpasar.

Di Juanda kita nunggu sekitar 1 jam sebelum dipanggil boarding.Di bandara Juanda ini, boarding pass pun dibagikan satu per satu.

Jam 08.20 boarding menuju Banyuwangi dengan menggunakan pesawat ATR 72-600. Pesawat berkapasitas 70 tempat duduk. Karena kecil, bagasi bukan berada dibawah badan pesawat melainkan berbagi ruang dengan tempat duduk penumpang di badan pesawat. Koper kecil pun tidak dapat ditaro diatas tempat duduk/kabin.




Eh di dalam pesawat ATR dalam perjalanan menuju Banyuwangi, dari kokpit pilot menyambut dan mengucapkan selamat berlibur di Banyuwangi.

Jenis snack SUB-BWX serupa dengan snack CGK-SUB yang isinya bolu gulung dan roti serta air minum. Bedanya pada penerbangan SUB-BWX tidak ditawari minuman jus, kopi atau teh. Ya iyalah, mana cukup juga untuk tempat trolley-nya.

Banyuwangi

Tiba di bandara Blimbingsari sudah dijemput oleh team Humas Pemda Banyuwangi yang terdiri dari 3 mobil elf dan 1 L200.

Badara Blimbingsari ini termasuk kecil lebih kecil dari bandara HAS Hanandjoeddin di Belitung. Tapi sama seperti di Belitung, tidak ada pesawat yang menginap disini; pesawat yang datang menurunkan penumpang kemudian menaikan penumpang dan terbang kembali.

Seru loh, jalanan dari bandara ke pusat kota Banyuwangi. Menyusuri jalan kecil; masing2 lajur untuk satu mobil, rumah2 penduduk yang bahkan ada yang masih menggunakan gedek juga melewati persawahan.

Pendopo Kabupaten


Sekitar 30 menit sampailah di pendopo Kabupaten Banyuwangi yang dinamakan pendopo Sabha Swagata Blambangan. Sebelum bertemu dengan Pak Bupati, rombongan diajak untuk melihat2 guest house (wisma) tempat menginap tamu2 resmi Bupati yang terdiri dari 7 kamar tidur dengan konsep hemat enegi karena pada pagi sampai sore semua ruangan sudah terang tanpa menggunakan lampu.

Begitu pula dengan ruang makan yang tampak terang karena menggunakan genteng gelas dan juga terdapat taman kecil disamping ruang makan.

Furniture di dalam wisma ini pun menggunakan kayu dari pohon yang tumbuh di Banyuwangi. Tempat duduk di depan kamar menggunakan lumpang (tempat menumbuk pagi) yang diberi jok diatasnya. Meja makan terbuat dari kayu jati di Banyuwangi.


Wisma ini juga berbentuk unik, karena bentuknya seperti bunker yang tertutup dengan tanah berumput.

Selesai mini tur di wisma Bupati, rombongan menuju teras bangunan di depan wisma Bupati. Di tempat itu Pak Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menyambut rombongan Detik Travel. Surprise... ternyata gak cuma disambut oleh Pak Bupati yang ramah ini tapi juga dijamu makan siang dengan aneka menu khas Banyuwangi.

Karena mendekati waktu shalat Jumat, Pak Bupati mempersilahkan rombongan yang tidak menunaikan shalat Jumat untuk menikmati makan siang. Sementara ramah tamah akan dilanjutkan setelah shalat Jumat.

Wow... aneka makanan tersebut sangat menggugah selera. Sebut saja ada rawon, pecel, empal daging dan paru, tempe, tahu dan ayam goreng dan kerupuk udang.

Semua makanan enak malah kalo bisa maunya dibungkus juga buat dimakan nanti :P.


Selesai shalat Jumat dan sebagian besar peserta sudah menikmati makan siang yang sangat istimewa itu, dilanjutkan dengan acara ramah tamah dengan Pak Bupati.


Dalam kesempatan tersebut, Pak Anas menyampaikan program2 yang akan dan telah dilakukan Pemda Banyuwangi untuk membuat Banyuwangi menjadi lebih maju. Diantaranya adalah mempromosikan objek wisata yang terdapat di Banyuwangi, Menggunakan produk lokal Banyuwangi termasuk menyediakan buah2an lokal saat jamuan kepada tamu2; seperti yang disajikan pada saat kita makan siang; pisang ambon dan jeruk asli yang ditanam di Banyuwangi. Penyediaan WiFi gratis pada ruang publik dan ruang terbuka hijau (hebat euy!), membatasi ijin pendirian mall yang berpotensi menyebabkan kemacetan dan membatas ijin pendirian waralaba minimarket yang dapat mematikan pedagang lokal.
Juga memberikan asuransi kepada petugas kebersihan daripada memberikan tunjangan lain2 berupa uang.

Sesi ramah tamah ini tidak berlangsung lama karena Pak Bupati sudah ada jadwal lain yang menunggu yaitu open house dan makan siang dengan para pengayuh becak yang rutin diadakan setiap hari Jumat setelah makan siang. Oh... pantes aja tadi liat tumpukan nasi kotak di pendopo utama. Kirain kita yang akan dibagikan nasi kotak itu :D.

Menurut Pak Anas, dengan diadakannya program open house ini, beliau bisa langsung mendapat laporan dari para warganya dan acara tersebut disiarkan langsung oleh salah satu stasiun radio di Banyuwangi. Warga yang tidak dapat menghadiri langsung acara ini di pendopo Kabupaten dapat berpartisipasi melalui radio, berkesempatan untuk bertanya atau curcol dengan menelepon ke radio. Ihhh... keren banget deh Pak Bupati ini (program2nya loh... :D)

Hotel Mahkota Plengkung

Dari pendopo Kabupaten langsung menuju tempata menginap di Hotel Mahkota Plengkung untuk menaruh tas/barang bawaan. Ternyata lokasi hotelnya lumayan jauh! Udah gitu di sekitarnya juga sepi. Wah... gak bisa jalan2 malem dong.

Sempat lihat2 kondisi kamar. Cukup bagus dan nyaman lah... Kita dapat yang 1 tempat tidur. TV tanpa channel berbayar dan kamar mandi yang cukup luas yang dilengkapi dengan shower air dingin dan panas.

Pusat Oleh2 Sherly

Dari hotel kita mampir dulu ke pusat oleh2. Nah... disini panitia juga kurang cermat mengatur jadwal. Karena jadinya bolak balik dari pendopo-hotel-pusat oleh2. Sementara arahnya bertolak belakang. Kalau menurut saya sih, lebih baik bablas aja, gak usah mampir ke hotel dulu.

Kalau sudah belanja pasti deh pada lupa waktu, walaupun cuma ke 1 toko dan pilihannya terbatas tetap saja menyita waktu lumayan banyak. Setelah banyak yang menenteng kardus berisi oleh2, baru kita menuju pantai Pulau Merah.

Saya beli 4 kotak berbagai rasa kue Bagiak yang merupakan kue kering khas Banyuwangi. Jadi kue bagiak ini semacam kue bangket yang biasa nenek saya buat untuk menyambut Idul Fitri di kampung. Tapi kue bagiak ini lebih crunchy. 



Pantai Pulau Merah

Waduh... lumayan jauh loh menuju pantai Pulau Merah. Agak khawatir juga kita gak dapat sunset secara di Banyuwangi kan matahari terbenam lebih cepat dari di Jakarta. Ada kali sekitar 50 km dari kota. Jalan yang dilewati gak terlalu mulus. Udah gitu papan arahnya PHP melulu. Jarak 10 km saja gak sampai2. Iya sih, itu karena jalannya gak terlalu bagus juga melingkar2 alias banyak tikungan. Eh lagi buru2 ternyata kita harus melewati persiapan Pesta Rakyat Arung kanal di sisi sungai Sampean.

Akhirnya sampai juga di pantai Puau Merah dan disambut oleh Camat setempat. Ya ampun... kita udah kayak rombongan pejabat aja pake disambut gitu. Sementara kitanya udah pada kucel :P. Langit udah mulai merah tuh pas sampai. Sayangnya air laut tinggi jadi kita gak bisa menyeberang ke Pulau Merah-nya. Lagian  kata Pak Camat banyak bulu babi di sekitar situ. Hiy...



Kenapa dinamakan Pulau Merah padahal bukit di pulau itu warnanya hijau loh. Katanya nih, pasir di pantai pulau itu berwarna merah. Oiya, pantai Pulau Merah ini belum lama dijadikan tempat kejuaraan selancar (surfing) internasional. Walaupun ombak yang paling bagus untuk selancar di Banyuwangi itu ada di pantai Pelngkung atau yang lebih terkenal dengan nama pantai G-Land.

Beruntung masih sempat melihat langit merah dan matahari perlahan2 terbenam. Walau cuma sebentar. Ombak saat kita kesana gak terlalu besar, jadi gak bisa juga dipake untuk selancar.



Sayang banget deh, kalo aja kita bisa agak siangan sampai di tempat ini, pasti lebih seru bisa foto2 ala ala berjemur :P. Masukan lagi nih buat panitia untuk memperhatikan waktu/jadwal.

Makan Malam Nasi Tempong

Puas foto2 dan celup2 kaki di pantai Pulau Merah, rombongan bergegas meninggalkan pantai menuju tempat makan malam.

Kali ini dengan menu Nasi Tempong. Kata temen saya yang orang Banyuwangi, disebut Tempong karena lauk pauk yang disajikan terasa sangat pedas sampai berasa kayak abis di tempong (tampar/tempeleng). OMG... kalo gitu berarti saya gak bisa ikutan makan dong, kan saya gak bisa makan pedas. Masa' iya saya makan pake abon :(

Akhirnya kita sampai di warung Nasi Tempong Mbak Har. Alhamdulillah... waktu tanya ada sambel yang gak pedes, ternyata mereka menyediakan juga loh.

Nasi Tempong ini sejenis kayak nasi jamblang gitu, lauk pilih sendiri. Yang saya lihat di tempat ini ada cumi masak hitam, ayam goreng, ikan goreng, ikan kuah, ayam bumbu cabe, lalapan, krecek dan lain sebagainya.

Sambelnya JUWARA! Gak pedes dan bikin nagih untuk nambah :D

Oiya, di kota Banyuwangi ini terlihat ATM dari bank2 besar tersebar di beberapa tempat. Juga mini market kondang  ada di beberapa lokasi. Memang dari Pak Bupati bilang, mini market yang ada sekarang adalah warisan Bupati sebelumnya. Sementara itu pada era kepemimpinan Pak Anas, tidak akan mengeluarkan ijin untuk pembukan gerai baru.

Perut kenyang, mata ngantuk dan muka lecek, itu tandanya harus kembali ke hotel dan beristirahat. Wah... harus sesegera mungkin sampai hotel nih secara team Adventure besok jam 00.30 harus bangun dan paling lambat jam 01.00 berangkat menuju kawah Ijen.

Tuesday, June 10, 2014

Berakhir Pekan ke Pahawang - Lampung

Jumat - Minggu, 5 - 7 Juni 2014
Open Trip Rp 450.000






Pulau Pahawang adalah desa dan pulau di kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Indonesia. Pulau ini terletak lepas Teluk Punduh. Pulau Pahawang belakangan ini menjadi surga baru para diver. Terumbu karang yang cantik dan ikan-ikan lucu ada di sini


DESTINATION :
-----------
• Pahawang
• Kelagian
• Tegal
• Mahitem
• Tanjung Putus
• Balak
• Lunik


INCLUDE :
-------
• Tiket kapal Ferry PP Merak <> Bakauheni
• Transportasi AC dari Bekauheni menuju Pulau Ketapang
• Makan 3X
• Sewa kapal kayu 2 hari Explore Pulau
• Life Jacket
• Dokumentasi Foto

EXCLUDE :
-------

• Alat Snorkling
• Upgrade Class di Kapal Ferry
• Biaya Transportasi dari Domisli asal ke Merak
• Asuransi dan biaya lain diluar fasilitas.

ITINERARY :
---------

Hari-1
16.30 - 17.00 : Tim BDG Meeting Point Terminal Leuwi Panjang
19.00 - 20.00 : Tim JKT Meeting Point Terminal Kampung Rambutan
20.00 - 23.00 : Perjalanan menuju Merak
22.00 - 24.00 : Meeting Point di Pelabuhan Merak

Hari-2
00.00 – 03:00 : Perjalanan penyeberangan P. Merak ke Bakauheni
04:30 – 08:00 : Perjalanan P. Bakauheni ke Ketapang (Sarapan)
08:00 – 08:30 : Perjalanan Ketapang ke Pulau Kelagian (*ganti pakaian renang, snorkling sudah di mulai dalam perjalanan menuju tanjung putus )
08:30 – 09:00 : Sarapan dan foto- foto di sekitar pulau kelagian.
09:00 – 14:00 : Snorkeling di P. Kelagian Kecil, P. Pahawang Kecil, foto2 dan main-main di Gosongan. (makan siang di Pahawang Kecil)
14:00 - 15.30 : Menuju Pulau tanjung putus
15.30 - 16.00 : Snorkeling di Tanjung Putus
16.00 - 16.30 : Menuju Penginapan di P. Balak
17.00 - 05.00 : Acara bebas (makan malam lanjut perkenalan)

Day 3
06.30 – 08.00 : Meikmati Sunrise dan Sarapan Pagi
08.00 – 09:30 : Snorkeling P. Balak dan P. Lunik
09.30 – 12.30 : Snorkeling di P. Mahitem dan bermain gosongan di P. Tegal
12.30 – 14.30 : Menuju ke P. Kelagian prepare kembali ke Ketapang
14.30 – 15:00 : Perjalanan menuju B. Lampung (makan siang)
15:00 – 18.00 : Mampir ke toko oleh2 Yen-yen dan Perjalanan ke Bekauheni
18:00 - 21:00 : Perjalanan dari Bekauheni meunju Merak
21:00 : Kembali ke Jakarta / kota lainnya




THINGS TO BRING :
---------------
• Obat-obatan Pribadi -- > yg mabok bisa membawa obat-obatan pengilang mabok
• Pakaian snorkling, pakaian ganti & Baju hangat
• Daypack
• Topi / payung / Rain Coat
• Sepatu Sport / Sandal Adventure
• Peralatan bersih diri
• Sunblok
• Lotion anti nyamuk (Menghindari wabah serangan nyamuk)
• PPPK pribadi
• Tanda pengenal (Min KTP)
• Alat komunikasi
• Alat snorkling jika punya
• Uang secukupnya



Jumat, 5 Juni 2014

Udah lama juga nih gak refreshing nyemplung laut, basah2an. Kebetulan ada satu komunitas jalan2 yang ngadari jalan ke Pahawang. Langsung daftar deh. Kan gak pake cuti, berangkat abis jam kantor di hari Jumat. Lagian kasihan tuh peralatan snorkeling, udah lama yang dipake :D

Seperti biasa, beberapa hari sebelum hari H saya sudah nyicil packing. Dan kali ini yang pertama dikumpulin adalah peralatan snorkeling. jangan sampai ketinggalan!

Hari belum pernah pergi langsung dari kantor ke pelabuhan Merak, saya janjian sama teman kantor yang rumahnya di daerah Serang dan setiap Jumat pulang kesana. Kebetulan di hari keberangkatan, boss saya cuti. Jadilah saya jam 16.30 teng langsung melarikan diri :D.

Sebetulnya jarak tempuh dari Kuningan (Rasuna Said) menuju Slipi gak terlalu jauh apalagi jika menggunakan Trans Jakarta. Tapi... gak untuk hari Jumat. macetnya ampun2. Nyaris 2 jam saya saya tempuh! Walaupun menggunakan Trans Jakarta tapi di beberapa tempat, jalurnya tidak dipisah dan bergabung dengan jalur umum untuk semua kendaraan. Udah gitu melewati beberapa gerbang tol yang antriannya saja sudah sangat panjang. Yang ada jadi kebalik deh; Trans Jakarta keluar jalurnya dan melintas di jalur umum eh mobil pribadi dan kendaraan umum lainnya malah masuk ke jalur TJ.


Bus yang ke Merak akan berhenti di depan Slipi Plaza untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Banya PO bus yang menuju ke Merak. Untungnya saya berangkat dengan teman saya, yang tau mana bus yang (agak) nyaman dan gak ngetem lama.

Tidak berapa lama, bus yang dimaksud datang. Dan benar saja, bus sudah cukup penuh. Saya dan teman saya akhirnya duduk di ruang smoking. Ih... padahal saya paling sebel sama asap rokok. Tapi daripada berdiri sepanjang jalan sampe Merak, mending tahan2in aja deh :(

Bus memang tidak ngetem, paling berhenti sebentar untuk ambil penumpang. Dan teman saya pun turun di Serang. Eh kalo lewat Serang jadi keinget waktu ikutan Blind Travel II deh. Nge hitch hike dari Jakarta sampe Lampung. Gila bener deh itu program!

Sampai pelabuhan Merak sekitar jam 22.30. Masih bisa lah belanja2 makanan untuk bekal selama perjalanan. Pada papan display terlihat jadwal keberangkatan ferry. Wuih... ternyata 24 jam non stop ferry pergi dan datang.

Setelah semua peserta kumpul, jam 24.00 kita berangkat menuju ferry. Tarif resminya sih Rp 13.000 tapi setelah di dalam ferry ada biaya lain yang harus penumpang keluarkan apabila ingin pindah kelas ke ruangan ber AC. Ya udin, secara saya capek dan ngantuk, akhirnya nambah untuk pindah kelas. Begitu juga sengan semua peserta.

Di dalam ruangan saya langsung atur posisi untuk tidur dan gak lama kemudian zzzzz.....

Sabtu, 6 Juni 2014

Bangun2 udah mau sampai di pelabuhan Bakauheni. Ternyata.... penumpangnya banyak loh. Kalau saat saya mau tidur masih bisa pilih2 lokasi, pas bangun kog jadi penuh gini ya?

Butuh waktu agak lama sampai ferry merapat ke dermaga. Itu pun kita masih harus mengantri untuk keluar dari ferry.

Setelah kumpul semua, kita menuju parkiran untuk naik kendaraan yang disewa untuk perjalanan ini. Ternyata kita menggunakan BRT (Bus Rapid Trans) semacam Trans Jakarta yang beroperasi di Lampung. Tapi armada yang digunakan BRT lebih kecil dari TJ. Saya tau BRT waktu ikut Blind Travel II. Jadi inget lagi deh :D.

Dari Bakauheni ke Ketapang jauh bingits! Lama perjalanan sampai 3 jam! Lewat kota Bandar Lampung yang oleh orang lokal disebut juga Tanjung Karang. Tanda kita sudah berada di Lampung adalah lambang kota Lampung berupa Siger yaitu mahkota perempuan. Di depan gedung/bangunan parti ada Siger ini bahkan saat kita mendekat ke pelabuhan Bakauheni, dari ferry dapat terlihat Siger raksasa dan susunan huruf membentu Lampung berwarna kuning.

Sampai di Ketapang, semua peserta turun untuk sarapan pagi dan berganti baju. Karena dari Ketapang akan langsung ke Kelagian untuk memulai snorkeling.

Saya memutuskan untuk sarapan lontong sayur sementara peserta lainnya ada yang memilih nasi Padang ada juga yang nasi uduk. Ini penjual makanan di sekitar sini gak punya jiwa bisnis ya? Ada beberapa lauk yang habis dan kita minta digorengkan telur dadar eh Ibu penjualnya bilang gak bisa karena masih sibuk melayani yang lain dan tidak ada yang membantu. Padahal itu kan sumber pemasukkan Bu...

Setelah semua peserta berganti baju, kembali naik minibus menuju Kelagian.

Sempurna! Hari ini matahari semangat bingits keluarnya. Cerah secerah2nya!

Sampai Kelagian, langsung dibuat kelompok dan dibagi menjadi 3 kapal motor. Semua tas yang tidak diperlukan dibawa oleh 1 perahu khusus barang2.

Pertama menuju pulau Kelagian. Hmmm... ikan2nya gak bagus nih, tapi... bunga karangnya keren bo...

Lanjut ke TKP kedua;  pulau Pahawang nyebur lagi.... Singgah di pulaunya untuk makan siang.



Meneruskan perjalan ke Pasir Timbul. Sayangnya saat kita kesana air laut sedang pasang sehingga, pasir yang muncul tidak terlalu luas. Duuuhhh... rasanya gak mau pulang deh. Berada di gundukan pasir yang sekelingnya laut dengan gradasi warna dari hijau menjadi biru.

Eh di tempat ini ada cafe Pasir Timbul loh. Tadinya saya pikir ini cafe yang berbentuk floating house menyediakan aneka makan dan minuman tapi sepertinya cum atempat untuk leyeh2 aja tanpa menjual makanan dan minuma. Dan untuk masuk ke Cafe ini juga dikenakan biaya Rp 10.000. Ish...

Dari Pasir Timbul ke satu spot snorkeling lainnya sebelum ke pulau Balak tempat kita menginap. Karena sudah sore dan ombak agak tinggi, beberapa kali kapal motor menerjang ombak kecil. Basah... basah... basah... Untung tas pakaian diangkut dengan kapal lain dan sudah langsung dibawa menuju penginapan.

Sampai di pulau Balak, masing2 kelompok diantar ke penginapan. Listrik di sini baru menyala pada jam 18.00 jadi selama itu ya gelap2an deh. Atau ada beberapa rumah yang menggunakan generator.

Masing2 penginapan hanya terdapat 1 kamar mandi. Jadi harus antri deh.

Gak sempat liat hatahari terbenam secara lagi ngantri tuh :D

Sekitar jam 7an malam, makan malam telah disediakan di dekat dermaga lanjut dengan seafood barbeque. Kenyaaang....

Minggu, 7 Juni 2014

Pagi2 udah keluar penginapan demi mengejar matahari terbit di dermaga. Tapi sayang... mataharinya tertutup awan. Jadi cuma bisa lihat semburat merahnya aja.

Jam 07.00 semua sudah siap untuk sarapan dan lanjut snorkeling lagi. Nah... semua barang2 langsung dibawa karena kita akan langsung pulang menuju Kelagian.

Tujuan pertama adalah pulau Tanjung Putus. Kayaknya dari kemarin jenis ikannya itu2 aja dan gak banyak macamnya deh. Nemo lagi nemo lagi :D. Tapi memang di Pahawang dan pulau2 lain bunga karangnya cakep2. Mending lah... daripada di Belitung. Ikannya jarang dan gak ada bunga karang. Menang di pantai aja sih, yang berbatu2 besar gitu :D

Berikutnya adalah pulau Pahawang Kecil. Aduh... cakep banget deh. Jadi ada pasir timbul yang memanjang seperti menghubungkan 2 pulau. Udah gitu warna lautnya gak kalah cakep! Putihnya pasir pantai berpadu dengan birunya laut dan hijaunya pulau. Keren...



Dari sini kita menuju satu pulau lagi sebelum akhirnya ke Kelagian.

Di Kelagian banyak tempat untuk bilas dan mandi. Tinggal pilih deh. Di Kelagian ini selain bersih2 juga untuk makan siang. Saya milih menu soto ayam yang letak warungnya terpisah dari yang lain.

Setelah kelar di Kelagian, bus menuju Bandar Lampung tepatnya ke pusat oleh2 untuk belanja oleh. Sementara peserta lain udah heboh turun untuk belanja, mata saya justru melihat ke sebuah bangunan dekat toko oleh2. Klenteng!



Saya foto2 dulu klentengnya baru mencari keripik pisang khas Lampung. Gak banyak sih. Cuma menuntaskan rasa penasaran keripik pisang dengan merk Suseno :D

Setelah selesai berbelanja bus berjalan menuju Bakauheni.

Sempat kena macet karena ada perbaikan jalan, jadi kendaraan dua arah bergantian untuk lewat.

Hmmm... sampai di pelabuhan Bakauheni sudah nyaris jam 21.00. Hadeuh... jam berapa sampai Jakarta nih. Besok saya ngantor pagi 2 woi...

Sama seperti ketika berangkat, di dalam ferry ini juga harus bayar untuk pindah ke kelas yang ber AC. Tapi kog lebih murah ya tiketnya?

Senin, 9 Juni 2014

Hampir jam 01.00 ferry sampai di pelabuhan Merak. Ya ampun... ini ferry lama banget untuk merapat ke dermaganya. Maju mundul gajebo gitu. Saking lamanya, klakson dari mobil, bus, truk dan kendaraan lain saling bersahutan.

Setelah sampai pelabuhan saya berpisah dengan peserta lain untuk naik bus yang ke arah Kampung Rambutan. Biasanya saya turun di pinggir pintu masuk tol Slipi. Tapi apa yang terjadi? Bus nya bablas dan akhirnya saya turun di dekat gedung MPR/DPR. Untuk ada taxi si burung biru yang lewat. Langsung naik deh.

Dan... sampai rumah sudah jam 4 subuh. Hmmm... lumayanlah untuk tidur 1 jam sebelum bangun dan siap2 ke kantor :D