Pages

Monday, December 23, 2013

Ngubek Pecinan Jakarta - Glodok dsk

Minggu pagi yang gerimis saya dan Osy bergegas menuju gedung Candranaya dekat pertokoan Glodok. Kali ini bukan untuk wisata sejarah, melainkan wisata kuliner!

Sebetulnya bukan baru kali ini saya ngider Glodok dan sekitarnya. Udah cukup sering tapi karena kesempatan kali ini ada tokoh kuliner yang akan ikut juga.

Biaya pendaftaran Rp 50.000/orang tapi sayang sepertinya peminatnya kurang. Besar kemungkinan karena promosi yang tidak gencar dan kurangnya sebaran promosi. Jangan sampai terlambat datang ddi TKP, karena si Bapak tokoh kuliner ini sangat tepat waktu.

Pasang mata mendekasi lokasi, secara Candranaya ini tempatnya nyempil dan dikelilingi gedung2 tinggi. Alhamdulillah... gak kelewatan.

Sampai di gedung Candranaya masih sedikit peserta yang datang. Ya iyalah, abis hujannya datang pergi gini. Saat daftar ulang bukti transfer ditukar voucher makan yang nilainya sama, yaitu Rp 50.000.

Sebelum acara dimulai saya berkeliling gedung ini. Senang sekalai akhirnya Candranaya dibuka untuk umum dan dalam kondisi yang bersih. Sebelumnya bangunan ini tidak dibuka untuk umum dan saya beruntung pada saat itu saya dapat masuk karena bergabung dengan kegiatan suatu komunitas yang mengadakan wisata sejarah di sekitar pecinan Jakarta.

Candranaya, bangunan berarsitektur China yang terletak di pinggir jalan Gajah Mada. Dulunya bangunan ini adalah rumah seorang Kapitan China di Batavia. Rumah induk yang luas dengan courtyard di tengahnya lengkap dengan pintu kayu bertuliskan aksara Mandarin dan kolam ikan dan pendopo untuk leyeh2 di belakang rumah ini. Konon dibelakang dari bangunan induk ini terdapat bangunan 2 lantai yang diperuntukan bagi para selir sang Kapitan. Ebuset berapa banyak ya selirnya sampai harus membangun rumah 2 tingkat? Bangunan yang di belakang saat ini sudah tidak ada dan diganti dengan sebuah hotel.

Di samping kiri dari bangunan ini terdapat kedai Kopi Oey yang menyediakan berbagai makanan dan minuman. Nah... hari ini Kopi Oey yang mengadakan acara "Blusukan di Petak 9".

Hujan yang konsisten turun membuat jadwal acara diubah. Jalan2nya setelah hujan reda, dimulai dengan tanya jawab dengan Bapak tokoh kuliner. Banyak informasi yang didapat dari bincang2 ini. Oiya, salah satu peserta jalan2 ini adalaha anak bungsu mantan Presiden RI. Tapi beneran deh, dia gak keliatan berbeda dengan peserta yang lain; nyantai aja dengan teman2nya dan mudah berbaur.

Acara tanya jawab selesai, rencananya mau jalan etapi kog hujannya masih lanjut. Nunggu lagi... Sambil megang teh panas, mulut mengunyah singkong goreng sambal roa. Nikmatnya...

Tadinya kita mau pakai voucher yang sudah diberikan nanti setelah selesai jalan2 tapi secara gak tau mau jam berapa jalan, ya kita pakai aja itu voucher sekarang. Ada 3 paket makanan dan minuman yang ditawarkan kepada pengguna voucher dan kebetulan saya bertiga tuh. Jadilah kita masing2 memesan menu yang berbeda sehingga bisa ngerasain semua menu :D.

3 menu makanan yang dipesan adalah Sego Ireng, Soto Tangkar dan Brongkos sementara minuman yang dipesan adalah es tek tarik dan es cincau jahe. Kita gak pesen es kopi Indo Cina alias es kopi ala Vietnam karena udah sering pesan.

Saat menunggu makanan datang, panitia mengumumkan lomba foto yang boleh diikuti oleh semua peserta. Objek fotonya boleh apa saja, tidak dibatasi selagi di acara ini. Boleh makanan, dekorasi, tampak luar kedai ataupun Candranaya.

Saya dan teman saya ikutan aja, buat ngeramein acara. Seriusan, kita sih cuma tukang foto amatiran plus narsis. Malah foto2 di kamera saya nyaris semua isinya foto makanan :D.

Saat makanan datang, meja saya lah yang paling heboh. Seperti biasa ritual foto2 dulu. Ngatur2 meja dan makanannya. Buat saya semua makanan  yang dipesan enak! Es cincau hijau jahe juga gak salah pilih.

Ternyata.... acara blusukan Petak Sembilan bersama Pak Kuliner batal karena hujan masih turun malah kadang cukup deras. Ya udah, kita lanjut menikmati makan aja. Dan kita sudah bertekad kalopun acaranya batal, kita akan lanjut jalan2 sendiri. Kebetulan ada beberapa peserta lain sebut saja rombongannya Nay, yang mau gabung jalan bareng.

Eh salah satu foto saya menang lomba loh. Yah walaupun cuma juara ke 4. Hadiah yang diterima kopi Aroma, 1 pack teh Cap Botol dan 1 pack teh melati Solo plus beberapa voucher makah. Ini mah bayar Rp 50.000 tapi cash back-nya banyak. Hihihi...

Kelar makan2 kita mulai bergerak. Dimulai dengan jalan ke Pasar Petak Sembilan. Jadi dari Candranaya gak perlu jalan sampai Glodok. Jalan sebelum pertokoan Glodok bisa menuju ke klenteng Jin De Yuan, klenteng terbesar di Petak Sembilan. Karena klenteng ini terletak di tenagah pasar dan saat kesana hujan, kita jalan berbecek ria. Untungnya jalan di pasar ini sudah di paving. Sebelumnya masih berupa tanah.

Eh anaknya mantan presiden RI itu juga ikutan jalan2 loh. Orangnya seru dan gak canggung untuk jalan di tempat becek, ujan2an dan makan di kedai di pasar.

Oiya, beberapa tahun yang lalu saya pernah ke klenteng ini bersama salah satu komunitas sejarah untuk melihat kemeriahan saat malam perayaan Imlek. Ramae banget! Klenteng penuh dengan orang yang akan berdoa dan para pengemis yang duduk berbaris di halaman klenteng. Suasana diluar klenteng pun gak kalah heboh. Kembang api dan petasan saling bersahutan.

Suka deh kalo ke pasar ini, sayur, buah dan barang2 lain terlihat segar. Dan di pasar ini saya menemukan barang yang tidak ditemukan di pasar basar dekat rumah saya seperti teripang/hoisom, daun pembungkus bacang, aneka sayuran dll. Di pasar ini juga saya kenal kue mipan untuk pertama kali. Dan kalo ke sini menjelang Imlek, wah... rame deh.

Disini kita gak makan apapun. Ya iyalah, secara pasar gitu. Kata teman saya sih, di salah satu gang disini ada yang jual es selendang mayang yang enak. Lain waktu ngubek tempat ini lagi deh :D

Tujuan berikutnya adalah Gang Gloria yang berlokasi di seberang Pasar Petak Sembilan. Nah... disini tuh segala macam makanan ada. Tapi... hati2 ya, karena sebagian besar makanan disini tidak halal, mengandung miss Piggy.

Akhirnya kita terdampar di kedai kopi legendaris Tak Kie. Selain pesan es kopi hitam dan es kopi susu ada juga yang pesan nasi tim ayam dan bakmie. Enci yang jual bakmie di Tak Kie heboh dan ramah.

Dari kedai Tak Kie lanjut jalan menuju toko Kawi. Beberapa peserta berlanja di sini. Toko Kawi tuh semacam supermarket kecil yang menjual beberapa produk import.

Tepat di seberang toko Kawi ada food court yang menjual aneka makanan. Sebetulnya sih pengen banget makan gado2 Direksi, tapi ternyata dia tutup setiap hari Minggu.

Dari sini kita lanjut mau cari sate kuah di kasawan pasar pagi lama. Kita buta informasi mengenai tempat ini boro2 ancer2nya, lah alamatnya aja gak tau. Suka banget kalo ke pasar pagi ini. Sagala aya deh. Dari asesoris rambut, sepatu karet, mainan anak2 dll tersedia.

Setelah berbecek2 dan nyaris nyasar serta telpon sana sini, akhirnya kita sampai di Soto Tangkar dan Sate Kuah H. Diding di Pasar Pagi Lama. Tempatnya berupa kios kecil jadi mendadak penuh dengan kedatangan gerombolan kita. Beberapa peserta mengungsi duduk di sebrang kios sementara saya dan 2 lainnya bertahan di dalam kios. Rasa manis meresap dalam sate daging sapi ini. Tips dari saya sebaiknya memesan sate dengan kuah dipisah, sehingga kelezatan sate tidak hilang dalam kuah.

Sungguh begah perut ini dimasukin berbagai makanan dan minuman. Di tempat ini kita berpisah dengan rombongan Nay karena saya, Osy dan Bu Yati pulang ke arah stasiun Kota. Sebelum pulang kita mampir ke Museum Bank Mandiri dulu, mau numpang ke toliet. Hihihi...

Dasar rezeki, niat awalnya cuma ke toilet eh penasaran sama pemilihan Koko dan Cici yang diadain di Museum Bank Mandiri. Dan terjebaklah kita di keriaan ini. Gak cuma foto bareng Cici dan Koko terpilih tapi juga bisa mencicipi ronde dan dapet jatah makan siang. Sumpah... kita gak minta loh :D.

Ternyata setiap tanggal 22 Desember selain diperingati sebagai Hari Ibu juga konon di China dirayakan sebagai Hari Onde atau Ronde, jadi bukan kue onde onde loh.

Jadi walaupun di luar sana hujan turun tanpa henti, tapi hari ini riang gembira tuh... :P

Kopi Oey Candranaya
Green Central City - Hotel Novotel (seberang LCT Glodok)
Jl. Gajah Mada 188

Kedai Kopi Tak Kie, Toko Kawi & Gado-Gado Direksi
Gang Gloria, Pancoran
Glodok - Jakarta Barat

Soto Tangkar & Sate Kuah Daging Sapi
Aneka Sari - Pak H. Diding
Jl. Pasar Pagi Lama Los T28 B & C

Kota - Jakarta Barat
Telepon: 6300608

Tuesday, December 17, 2013

Diundang Nonton Pertunjukkan HUT Group Media Elektronik

Jadi hari Minggu, 25 Desember 2013 saya dan adik saya datang ke perhelatan ulang tahun media elektronik yang dimiliki oleh salah satu group perusahaan besar di indonesia. Dan saya mendapat undangan dari media online di group ini.

Tertera di undangan sih mulai jam 17.00 WIB di Sentul International Convention Center tapi... secara saya memutuskan untuk ikut rombongan bis, maka jam 14.00 harus berkumpul di gedung Aldevco, Buncit Raya. Informasi yang saya dapat, dari meeting point ini akan diberangkatkan 3 bus besar. Wah.. bakal rame nih.

Sampai di TKP tepat jam 13.30, ternyata langsung dibagian kaos, mungkin untuk memudahkan berkumpul saat di SICC. Eh gak cuma kaos tapi sepaket sama makan siang dan snack tuh. Aseeekkk...

Jam 15.00 satu persatu bus berangkat setelah sebelumnya semua undangan foto keluarga dulu :P. Sayang deh, ternyata konsumsi yang disiapkan masih tersisa banyak. Sepertinya beberapa undangan membatalkan kehadiran tanpa memberitahu pihak panitia karena saya lihat masih banyak bangku kosong di bus. Nooohhhh... kelakuan gak bener! Kalo gak bisa dateng, gak usaha sok2an minta undangan dan kalo emang terpaksa gak bisa dateng, info2 dong ke panitianya. You are what you behave!

Alhamdulillah... jalanan gak macet. Sekitar jam 4an sudah sampai di parkiran SICC. Wuih... ternyata banyak bener yang diundang. Terlihat beberapa komunitas dan perusahaan2 dibawah group ini dengan kaos seragam sesuai dengan kelompoknya. Ada juga kelompok penggemar beberapa group band terkenal tuh, tentunya dengan kaos berdasarnya kelompok fansnya. Ebuset, masa' udah mau dibagiin makan lagi. Akhirnya dituker, yang sore ini dibagiin snack box lalu untuk makan malam akan dibagikan antara jam 21.00 - 22.00. Itupun nanti harus keluar dari ruang pertunjukkan. Karena di dalam tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman apalagi bawa rokok dan minuman beralkohol!

Yang nyebelin tuh kelompok genk motor yang juga diundang. Udah sih itu knalpot suaranya berisik banget eh jalannya pake ngacak. Situ mo pamer? Yang ada kita malah eneg! Kenapa sih genk motor itu dimana2 kelakuan nyebelin.

Ternyata kita belum bisa masuk ke dalam SICC karena pintu gerbang baru akan dibuka jam 17.00 nanti. Kalo masih di parkiran gini sih gak keliatan penuh sesaknya. Begitupun saat kita lewatin pintu gerbang. Biasa aja sih antrinya. Informasi dari panitia bis akan kembali ke Jakarta sekitar jam 02.00. Whaaattt?! Begadang nih judulnya. Mau pulang sendiri gak mungkin banget. Secara mana ada bis dari deket2 sini. Kalo acaranya di MEISS atau JCC sih gampang mau pulang sendirian juga.

Naaahhh... menjelang masuk ke dalam SICC tuh yang antrinya ampun2. Gak jelas barisannya yang mana. Belom lagi pas di depan pintu masuk ada sekelompok orang yang membawa bendera kelompok/komunitas. Eh dipikir dengan bawa bendera bisa masuk. Please deh, norak amat, yang boleh masuk tuh cuma yang bawa undangan. Padahal security udah berulang2 ngumumin cuma yang bawa undangan yang bisa masuk dan harus nunjukin masing2. Udah gitu pake maksa lagi. Yang ada orang2 nutupin jalan dan menghambat proses masuk ke dalam gedung.

Gak bisa barengan dalam satu kelompok, karena terpisah saat pemeriksaan barang bawaan. Pas sampe di dalam, bangku di deretan depan sudah penuh. Gak pa2 deh agak diatas yang penting langsung menghadap ke panggung. Gak pake gaya miring badan :D.

Emang nih kalo acara yang kayak gini kudu sabar2 ngadepin tingkah laku undangan laen. Adalah rombongan emak2 yang minta saya untuk bergeser tempat duduknya karena dia gak mau terpsah dengan temannya. Yaelah, situ cari tempat duduk laen deh, jangan suruh saya pindah. Ada juga emak2 yang joget dangdutnya meni heboh pisan! Pake ngajak2 saya lagi. Lah... saya mah gak tau gerakannya apalagi musik dan lagunya.

Saya pengen banget dateng ke acara ini karena mau liat dan dengerin para penyanyi Indonesia yang cukup terkenal yang menyanyikan lagu2nya. Jadi jangan ajak saya untuk ikutan goyang ala Caisar, Suling Emas, Kereta Malam atau yang lainnya.

Oiya, balik dengan emak2 heboh itu, saya jadi heran kenapa mereka hapal bener gerakan serta lagu2 si Caisar ini ya? Saya aja sampe tanya sama adik saya, Osy, siapa sih dia, punya acara apa di TV? Kalo sampe hafal gitu berarti mereka mantengin TV nyaris tiap saat dong. Terus terlihat ada beberapa orang tua yang membawa anak kecil. Hadoh... ini acara kan bakal selesai lewat tengah malam nanti. Tega bener sih itu orang tua bawa anak2nya. Terus ada beberapa ABG alay yang teriak2 saat para penyanyi tampil. Ishhh... Hebatnya ABG2 ini hafal nyaris semua lagu yang dinyanyiin para penyanyi dari lagunya Iwan Fals, Nicky Astria sampe Afghan Syahreza. Eh mereka hafal gak ya pelajaran sejarah, kimia, matematika dll? Hihihi...

Tapi sayang Noah dan Syahrimin eh Syahrani gak tampil live cuma rekamannya aja yang ditampilin. Secara keseluruhan, acara cukup menghibur dengan tata panggung dan tata cahaya dan lampu yang keren. Sayangnya, tidak dipasang layar besar untuk menanyangkan pertunjukkan di panggung bagi pundagan yang duduk di deret atas dan samping kiri dan kanan. Ada sih layar, tapi gak besar jadi gak keliatan detik panggung dan penyanyinya.

Dan yang membosankan adalah konsep acaranya, sepertinya ini acaranya Caisar (Yuk Keep Smile???) yang dipindah dari layar TV ke panggung. Jujur, saya belum pernah nonon itu acara YKS dan gak tau siapa itu Caisar. Tapi di panggung ini keliatan kalo acara HUT ini bintangnya ya si Caisar dengan gaya jogetnya yang bikin heboh.

Trus di saat commercial break di TV, di panggung diisi dengan pertunjukkan dari Silver Boys, itu loh pertunjukkan slapstick dengan para pemain laki2 yang berperan sebagai wanita. Pertunjukkan jadi terburu2 karena waktu yang mepet. Mboknya kalo waktunya gak cukup jangan maksain. Kasian tuh Mbak2 (eh apa Mas2 ya?) terkepot2 diatas panggung dan penonton pun sepertinya gak ada yang peduli.

Masih penasaran sama scene Olga dihipnotis oleh mentalist untuk merasuk menjadi orang lain (Giring Nidji dan Ryan D'Masiv), itu beneran apa cuma settingan sih? Meyakinkan banget deh.

Sekitar jam 01.30 acara selesai. Terhibur dengan penampilan Iwan Fals, BCL, Noah, Afghan, Vidi, Rosa, Reza, Raisa, Cakra Khan dll. Duuuhhh... itu lagu Jodoh Pasti Bertemu-nya Dek Bronces Afghan nohok banget. Jadi inget si Dek Bronces di gurun sana #nomention :P

Tinggal besok nahan ngantuk di kantor nih secara sampe rumah udah jam 03.00. Hoaaammm...

Friday, December 6, 2013

Di-PHP-in LCC

Di-PHP-in sama LCC? Apa sih maksudnya? LCC Low Cost Carrier alias budget airlines alias penerbangan murah. Trus hubungannya sama PHP apa? Jadi nih udah seneng2 dapet tiket promo dengan harga murah walaupun belinya jauh2 hari sebelum keberangkatan eh gak taunya penerbangan ke destinasi tersebut diubah jadwal sepihak bahkan dibatalkan. Semacam Pemberi Harapan Palsu gitu deh.

Sejauh ini saya sudah mengalami 3x di PHP in. Panik? Pastilah! Ada yang tiket berangkat OK tapi pulangnya tiket dibatalin sepihak. Dalam kondisi ini berangkat dan pulang bukan dari kota yang sama. Ada juga yang jadwalnya diubah sepihak jadi gak asik banget.

Pertama kali waktu beli tiket promo Jakarta - Bangkok dan Ho Chi Minh City - Jakarta. Seneng banget dapet tiket murah. Secara perjalanan kali ini butuh biaya yang cukup banyak. Bukan karena mau belanja ini itu tapi karena ada beberapa kota di negara yang berbeda yang mau dikunjungi.

Jadi waktu itu si maskapai merah lagi bikin promo gede2an ke semua destinasi. Tiket dibeli di bulan Januari 2013 untuk keberangkatan September 2013. Lama banget kan tuh. Itinerary udah mulai disusun biar keliatan berapa biaya yang diperlukan. Daaannn... pertengahan Maret 2013 dapet surat cinta dari si maskapai yang isinya kasih tau kalo rute Jakarta Ho Chi Minh pp ditutup. Jegerrrr!!! panik dong saya. Secara saya tau banget gak ada lagi penerbangan langsung dan murah dari Jakarta ke HCMC atau sebaliknya.

Sebetulnya sih ke HCMC itu cuma transit untuk pulang ke Jakarta dari Phnom Penh, Kamboja. Karena dari PNH gak ada penerbangan langsung ke Jakarta. Semua LCC dari PNH pasti menuju SIN atau KUL dan tiketnya lumayan mahal. Jadi daripada langsung PNH-SIN-CGK mending PNH-SGN pake bis trus baru deh pesawat SGN-CGK. Lebih murah dan nambah koleksi cap imigrasi lagi :P

Saya diskusi dengan Mama saya yang akan pergi bersama saya dalam perjalanan ini. Rute mana yang akan kita pilih. Apakah SGN-SIN-CGK atau SGN-KUL-CGK. Di masing2 kota ini kita akan menginap sehari. Mama saya memilih lewat Singapura karena udah lama dia gak ke kota ini. Hihihi...

Beruntung saat saya cari maskapai pengganti, si loreng lagi ngadain promo. Jadilah saya beli tiket pesawat SGN-SIN dan SIN-CGK. Ya memang sih jadinya gak murah, tapi bisa singgah2.

Kejadian kedua adalah pembatalan sepihak oleh maskapai loreng untuk destinasi Jakarta - Padang pp. setelah sebelumnya ubah jadwal (secara sepihak juga) sampe 3x! Beli tiket bulan Maret 2013 untuk berangkat Oktober 2013 dan dibatalin pertengahan Agustus 2013. Yang ini sih gak bingung secara belom booking hotel, tiket pp pula. Terima refund aja deh. Untung dibatalin. Tuh teman saya, kena pas saat perubahan jadwal keberangkatan. Mestinya dari Jakarta berangkat pagi eh malah diubah siang. Jadwal di Padang jadi berantakan karena waktu yang mepet.

Yang ketiga baru saja saya alami. Beli tiket promo si loreng program berangkat bayar pulangnya dibayarin tujuan CGK-KUL pp. Beli di bulan Juli 2013 untuk Januari 2014. Saya pengen banget ke Melaka. Itinerary dan budgeting udah disiapkan bahkan hotel di Melaka dan Kuala Lumpur sudah di pesan di bulan Oktober 2013. Eh tetiba awal Desember 2013 terima e-mail yang isinya jam keberangkatan diubah sepihak. Dari yang tadinya berangkat dari Jakarta jam 07.30 diubah menjadi jam 22.40. Keterlaluan deh. Itu mah sama aja numpang tidur di Kuala Lumpur. Sementara jadwal saya sampai di LCCT langsung naik bis tujuan Melaka. Nah kalo udah malem gitu mau kemana coba? Horor banget pergi tengah malem gitu. Plus saya kan udah pbooking hotel di Melaka. Rugi dobel2 dong.

Gak pake pertimbangan lebih lanjut lagi, langsung telpon ke call center-nya dan minta full refund! Urusan ini beres, masih ada pe er lainnya. Cari maskapai pengganti untuk tujuan yang sama. Lagi2 Tuhan maha baik kepada saya. Si merah lagi ngadain promo. Malah kalau dihitung2 lebih murah (sedikit) daripada si loreng. Udah gitu jadwal penerbangannya lumayan banyak. Jadi bisa berangkat lebih pagi dan kembalinya penerbangan malam. Banyak waktu jadi gak terburu2. Daaannn... bisa ke Batu Caves tuh.

Gitu deh cerita di PHP in sama LCC. Ada kesel, deg2an, panik dll tapi pada akhirnya bersyukur diberi solusi oleh Tuhan. Kapok beli tiket promo? Ya enggak lah. Kalo kapok, gak jalan2 lagi dengan budget terbatas dong.

Monday, December 2, 2013

Kulineran ke Tangerang

Sebetulnya udah lama banget pengen ke Tangerang cuma buat wisata kuliner. Secara banyak yang bilang makanan yang enak2 tuh banyak di Tangerang. Udah 2x sih ke Tangerang, tapi itupun rame2 dalam rangka wisata sejarah; ke vihara, pura, mesjid pintu seribu, museum Benteng Heritage dll.

Nah hari Minggu kemaren 1 Desember saya beserta beberapa teman mau ke Tangerang dengan menggunakan kereta. Buat seru2an aja. Udah diwanti2 sama teman, nanti beli tiket komuternya untuk tujuan Tangerang, walaupun nantinya akan transit di stasiun Duri. Dengan sistem kartu ini, kalo salah turun bisa didenda Rp 50.000 loh.

Beruntung saat berangkat, hujan sudah reda. Padahal subuh tadi hujan deras banget. Berangkat dari rumah jam 06.45 dengan sarapan muesli dan susu dulu. Kalo nanti bisa langsung sarapan di Tangerang sih bagus, nah kalo enggak, kan bisa pengsan tuh.

Jalan dikit sampe perempatan Jl Angkasa/Pasar Baru gak perlu nunggu lama, langsung ada bis yang menuju Kota. Efek dari hujan besar, sungai di depan Mangga Dua Square meluap ke jalan dengan airnya yang berwarna hitam itu. Huek...

Jam 07.15 sudah sampai di stasiun Kota dan langsung ke loket pembelian kartu. Tarif kereta ke Tangerang Rp 3.000 plus deposit untuk kartu Rp 5.000. Uang deposit ini akan dikembalikan dengan menukarkan kartu. Oiya, untuk ke Tangerang, kita harus naik kereta ke stasiun Duri dulu baru disana ganti kereta dengan tujuan Tangerang.

Jam 07.30 kereta berangkat. Tertahan agak lama di stasiun Kampung Bandan. Dari situ bablas ke stasiun duri tanpa berhenti di stasiun Muara Angke. Ditinggal kereta yang ke Tangerang karena jam 07.45 kereta berangkat. Akhirnya nunggu kereta berikutnya yang akan berangkat jam 08.25. Gak papa lah...

Akhirnya kereta yang ditunggu datang juga. Masih kosong bo... Jangan khawatir kelewat stasiun Tangerang karena stasiun Tangerang tuh mentok kayak di stasiun Kota. Keluar dari stasiun saya langsung beli tiket untuk balik ke stasiun Kota biar nanti gak perlu antri pas pulang. Dari situ keluar stasiun dan nunggu angkot warna kuning tujuan Soleh Ali. Target pertama adalah Nasi Uduk dan Nasi Ulam Encim Sukaria.

Angkot kuning datang etapi ini sopirnya kagak tau jalan deh. Nanya kalo mau ke Jl Soleh Ali kudu turun dimana eh dia gak tau. Untung ada enci2 yang bilang kudu lewatin jalan kecil karena angkotnya gak lewat Jl Soleh Ali. Gak seberapa jauh sih dari stasiun Tangerang. Bayar angkot Rp 2.500/orang.

Ternyata eh ternyata di kiri kanan & seberang dari depotnya Encim Sukaria tuh berderet depot penjual aneka makanan. Ada bubur ayam, soto mie, pempe bahkan jus. Kali ini kita kurang beruntung. Nasi Ulamnya udah kehabisan. Jadi aja deh saya makan nasi uduk dan teman lainnya lontong sayur.

Nasi uduk tampil standar dengan bihun goreng dan semur tahu dan kentang. Lauk lainnya bisa pilih sendiri. Tapi juaranya tuh mirong/bakwan udang yang crunchy. 1 porsi nasi uduk, bihun goreng, semur tahu dan ketang, mirong dan tahu goreng tepung plus 1 gelas teh tawar dibayar seharga Rp 20.000. Lain kali harus nyobain Nasi Ulam dan Lontong Sayurnya! *tekad

Oh... ternyata kalo mau ke Encim Sukaria, itu angkot minta berenti di Gang Sukaria. Dari situ tinggal jalan langsung seberang depot Encim Sukaria. Dari situ kita mau ngubek Pasar Lama dan secara dari Soleh Ali gak ada angkot yang kesana terpaksa agak2 jalan kaki mana panas terik gini.

Akhirnya kita mutusin untuk naik angkot dan bilang mau ke klenteng Boen Tek Bio di Pasar Lama. Ini juga gak seberapa jauh dan bayar Rp 2.500/orang. Dari situ jalan dikit. Menuju pasar, terlihat ada rumah tinggal dengan ornamen Cina seperti rumah jaman baheula. Banyak kedai yang jual makanan berbahan Miss Piggy. Jelas gak mungkin ngajak Mama kesini. Bisa2 dia gak makan 7 hari 7 malem tuh. *lebay

Sebetulnya saya pengen beli kue putu mayang yang warna hijau asli daun pandan. Tapi yang ada malah hijau pake pewarna. Yang ada malah beli BGT (bawang goreng Tangerang) 2 bungkus. Teman2 yang lain ada yang belanja termos air panas buat bikin kopi, ada juga yang beli jepitan baju dari kayu. Gini nih kalo udah blusukan pasar, beli yang enggak2.

Ada teman yang pengen masuk museum Benteng Heritage yang letaknya di tengah pasar. Sayang museumnya gak kunjung di buka. Padahal tertulis buka jam 11.00. Mungkin karena pasar belum bubaran kali ya. Museum dibuka saat pasar sudah bubar. Ya sudah lah mungkin belum rejeki untuk ke museum ini. Lain kali deh mampir lagi.

Dari situ kita mau beli laksa yang konon kabarnya ada di dekat penjara wanita di daerah M. Yamin, Tangerang. Tapi sebelumnya kita ngadem di pinggir sungai Cisadane sambil ngegares cendol/dawet ayu :D.

Ternyata ada angkot warna kuning yang langsung ke tempat jualan laksa. Wah... perjalanan kali ini lumayan jauh. Tuh... ongkosnya aja sampe Rp 5.000/orang. Ternyata ini adalah semacam food court dengan deretan penjual laksa dengan berbagai nama. Yah... mana kita tau laksa mana yang enak. Disini cuma pesen laksa untuk dibawa pulang. Ya iyalah... masih penuh nih perut.

Dari situ kita balik lagi ke Pasar Lama, masih penasaran sapa tau museumnya udah buka. Tapi ternyata belum buka juga. Akhirnya saya beli  pepaya karena keliatannya manis dan besar seharga Rp 5.000. Teman saya yang mencicipi pepaya tersebut bilang manis. Tapi lumayan berat nih. Teman yang lain beli kerak telor dengan 2 telur bebek seharga Rp 20.000. Aneh juga sih, beli kerak telor di Pasar Lama Tangerang. Tapi enak loh kerak telornya.

Dari situ jalan ke stasiun karena memang gak ada angkot kesana dan gak terlalu jauh juga sih. Gak lama nunggu, kereta datang. Sempet tidur bentar di dalam kereta. Sampe di stasiun Duri saya berpisah dengan teman2. Saya menuju Kota dan yang lain menuju Sudirman dan Depok Lama.

Ya ampun kereta yang ke Kota lama banget datangnya. Bahkan setelah kereta teman2 saya berangkat, kereta saya belum muncul juga. Mana panas dan gak kebagian bangku lagi. Akhirnya kereta yang ditunggu datang juga. Tapi... gak sampe Kota harus turun di Kampung Bandan trus nyambung kereta laen ke Kota. Ya ampun... Mana penuh dan gak dapet tempat duduk.

Sampe di Kampung Bandan, dibilang kereta yang ke Kota ada di jalur 3 etapi kog saya cuma liat jalur 1 dan jalur 2. Jalur 3 nya mana ya? Ternyata harus naek dulu karena beda jalur. Naek turun bawa pepaya berat lagi eh pake salah turun tangga! Agak setengah lari terkepot2 karena pas diatas ada pengumamam kereta yang ke kota sudah masuk stasiun. Wah... kalo ditinggal pasti lama lagi nunggunya.

Hahaha... ternyata itu kereta ngetem lumayan lama di Kampung Bandan. Nyesel tadi agak lari2. Lamaan nunggu kereta jalan daripada jarak tempuh ke stasiun Kota. Nyampe di stasiun Kota langsung antri untuk nukerin kartu dan dapat Rp 5.000,-. Ebuset itu yang antri beli tiket kereta komuter panjang bener ya. Gw mah gak sabar deh. Untungnya untuk loket refund kartu gak terlalu panjang, Kalo antriannya seperti yang mau beli tiket gitu sih mending ditinggal aja.

Berakhir sudah jalan2 ke Tangerang hari ini. For sure, lain kali gak akan nolak kalo ada yang ngajak ke Tangerang lagi :P

Nasi Uduk & Ketupat Sayur Encim Sukaria
Jl. Soleh Ali No 90, Kapling, Tangerang
Telepon: 552 1049

Kawasan Kuliner Laksa Tangerang
Jl. Raya Moh. Yamin, Tangerang (samping LP Wanita)


Pengalaman Perpanjang SIM A

Pe er 5 tahunan tuh adalah perpanjang SIM dan KTP. Males banget karena yang terbayang tuh berbelit2 prosesnya. Nah... tahun ini giliran harus memperpanjang SIM A. Udah ada rencana untuk memperpanjang di Polsek Kemayoran seperti yang biasanya dilakukan. Karena relatif dekat dengan rumah.

Beberapa hari sebelumnya udah cari2 nomer telepon polsek ini. Untuk memastikan saja melayani perpanjangan SIM dan menanyakan jam bukanya. Ternyata masih melayani dan mulai jam 08.00 di hari Sabtu.

Tepat di hari Sabtu, 16 November 2013 jam 07.30 saya ke Polsek Kemayoran.Menurut saya sih udah kesiangan. SEcara niat awalnya berangkat jam 7an, tapi kog ya badan ini malas untuk digerakkan. Oiya, saya sudah siapkan fotokopi KTP dan SIM yang akan diganti masing2 5 lembar. Bukan masalah ogah rugi kalo fotokopi di Polsek, tapi biar cepet aja.

Sampai di Polsek ternyata baru jam 07.45. Wuih cepet juga yah, padahal naek metromini P10 loh, turun di depan Polsek. Loket pendaftaran perpanjangan SIM belum dibuka pun baru saya yang datang untuk perpanjang. Asik nih, bisa cepet kelar *berdoa.

menunggu loket dibuka, iseng membaca papan pengumuman yang ada. Eh ada pengumuman yang mencantumkan proses perpanjangan SIM A/C akan selesai dalam waktu 15 menit. Hebat euy... Etapi kog gak ada yang mencamtumkan biaya ya? Kan biar transparan tuh. Satu per satu calon pendaftar berdatangan. Nah waktunya mulai ngantri di depan loket nih.

Tepat jam 08.00 loket dibuka etapi jadi pindah tempat tuh. Bergeser dikit sih dan tetep dong saya di urutan pertama. Disini diminta KTP dan SIM asli untuk input data. Kemudian bergeser ke loket sebelah. Karena ada pengumuman di selembar kerta yang ditulis tangan "Laminating anti gores Rp 3.500,-" saya langsung ngeluari uang Rp 5.000. Ternyata salah! Saya harus bayar Rp 30.000 untuk biaya asuransi tanpa kuitansi. Sapa suruh gak pasang daftar biaya. Dari sini dapet surat pengantar untuk tes kesehatan.

Dikira beneran tes kesehatan eh ternyata cuma tes ketajaman mata dan buta warna doang dengan membaca huruf2 dari yang ukuran besar sampai terkecil dan menyebut angka2 diantara warna warni. Disini bayar Rp 30.000 masih tanpa kuitansi. Lucunya, ada Ibu2 setelah saya, ditanya pakai kacamata atau enggak dan dijawab pakai tapi gak bawa, cuma disuruh baca huruf terkecil tapi masih bisa dideketin dulu tuh tulisan. Ya pasti lulus lah...

Lanjut sesi foto. Karena SIM berlaku untuk 5 tahun jadi usahakan untuk foto secakep mungkin. Tentunya dengan mulut harus tertutup ya. Senyumnya gak boleh lebar2, jangan sampe mulut terbuka apalagi keliatan gigi.

Kelar dari sini diminta untuk nunggu hasil. Penasaran, saya tanya ke petugasnya apakah gak perlu isi formulir apapun? Dijawab gak perlu! Dan... voila.... dalam waktu 5 menit SIM A yang udah diperpanjangpun jadi. Eh jangan ngeloyor dulu, bayar tuh Rp 110.000 yang katanya biaya untuk pembuatan SIM. Dan lagi-lagi gak pake kuitansi.

Kesimpulannya perpanjang SIM A gak ribet dan bisa dilakukan sendiri, gak perlu pake calo. SIM jadi dalam waktu 12 menit dan total biaya Rp 170.000. Eh masih penasaran nih, sebetulnya berapa sih biaya resmi perpanjang SIM A?

Friday, November 15, 2013

Wisata Sejarah ke Banten Lama

Secara saya lagi didera rasa mengantuk yang teramat sangat, mending inget2 perjalanan yang baru saja dilakukan hari Minggu kemarin.

Yup, Minggu 10 November 2013 bertepatan dengan Hari Pahlawan, saya bergabung dengan Komunitas Jelajah Budaya yang mengadakan wisata sejarah ke Banten Lama. Eh udah lama juga nih saya gak ikutan wisata sejarah.

Sebetulnya agak mendadak juga saya mendaftar karena sebelumnya saya sudah merencanakan perjalanan ke Lampung; mengunjungi Pahawang, Tanjung Putus, Kelagian dll. Tapi saat2 terakhir, yang punya penginapan dan kapal belagu, membatalkan dan menaikkan quota jumlah peserta. Kebiasaan para pelaku wisata di Indonesia tuh. Dulu... waktu masih sepi baik2 deh sama para calon pengunjung eh giliran udah rame mendadak belagu tingkat tinggi!

Okeh, balik lagi ke cerita perjalanan. Meeting point dan daftar ulang di Museum Bank Mandiri, Jakarta Kota. Ternyata... pesertanya banyak yang udah saya kenal. Yah... semacam reuni gitu.

Berangkat jam 07.00 lewat dikit, keluar tol Serang Timur. Eh jadi inget Blind Travel 2 tahun 2012, dimana saya dan teman2 terdampar di Mesjid An Nur di samping RS SAri Asih Serang demi mendapat tumpangan ke destinasi selanjutnya.

Sampai di Banten Lama sekitar 09.00. TKP pertama yang dikunjungi adalah Keraton Kaibon. Miris liat pemandangan menuju ke keraton. Deretan rumah kumuh di pinggir sungai. Eh ini masih di pinggir jalan raya juga loh. Belom blusuk2.

Tadinya saya membayangkan bangunan keraton yang masih utuh. Ternyata salah! Situs ini berupa reruntuhan bangunan. Yang kelihatan hanya beberapa bangunan pintu masuk dan dinding pagar. Sayang banget! Terlihat rombongan mahasiswa dari universitas yang berkunjung juga ke tempat ini.

Saran saya nih, kalo mau menjelajah ke Banten Lama mesti pagi2. Karena siang sedikit panasnya minta ampun, cetar membahenol! Ini saking luasnya & banyak peserta yang mencar2 yang ada saya & teman2 malah sibuk foto2 doang. Oiya, pas pulang & mau balik ke bis, terlihat ada calon pengantin yang mau foto pre wedding di Keraton ini. View-nya sih emang bagus, tapi kapan fotonya ya secara selalu rame nih tempat.

Dari situ lanjut ke lokasi berikutnya, Benteng Speelwijk. Seru loh, lumayan jauh dari Keraton Kaibon. Lewatin tempat pelelangan ikan Karangantu. Kayak di Gebang (Cirebon) gitu. Deretan kapal nelayan di sepanjang kanal.

Kalo Benteng Speelwijk masih keliatan bentuknya. Tapi kog kita masuk dari belakang benteng sih? Sama kayak di Keraton Kaibon, disini juga cuma numpang foto2.

Dari situ langsung ke Vihara Avalokitesvara yang ternyata lokasinya berdekatan, jadi jalan kaki deh. Dari Benteng ke Vihara melewati taman dengan beberapa pohon besar dan ada danau/suangai kecil. Adem banget, beda jauh dengan di Benteng yang panasnya pol2an.

Sementara rombongan udah masuk ke Vihara, saya dan beberapa teman malah cari makanan. Ada yang beli kelapa muda, nyobain lontong sayur juga es doger. Pengen banget beli emping yang banyak dijual tapi semuanya asin. Saya maunya yang manis.

Lontong sayurnya so so lah, kurang asin dikit. Tahu goreng dan mirong (bakwan udang) nya JUWARA deh! Enaaakkk... Disini juga kesampean nyobain Es Doger.

Eh ini Vihara termasuk salah satu Vihara tertua di Indonesia loh. Adem banget masuk ke Vihara ini.

Dari Vihara naik bis menuju tempat makan siang. Duuuhhh.... saya gak tau nama tempatnya. Mobil gak bisa masuk deh. Bentuknya kayak saung2 gitu deh.

Selesai makan siang, rombongan naik bis lagi untuk menuju Keraton Surosowan. Sebetulnya sih gak seberapa jauh dari tempat kita makan siang tapi secara panas banget gak sanggup deh kalo harus jalan berjemur.

Blusukan lewat pasar atau keumunan lapak pedagang makanan. Nah... ini juga rada aneh, dari semua tempat yang hari ini dikunjungi, saya bingung sebetulnya pintu masuk resminya yang mana sih? Setelah pintu gerbang dibuka, kita masuk ke dalam Keraton Surosowan. Ini lebih parah dari Keraton kaibon. Udah gak keliatan bentuknya. Cuma pondasi dasar/lantai-nya saja. Jadi gak tau deh mana pintu masuk Keraton dan ruangan2 lainnya. Disini saya udah malas untuk foto2 apalagi ngubek Keraton. Panas! Yang ada ngadem dibawah pohon rindang :D

Oiya, informasi dari Pak guide, kalo di Banten Lama ini jarang turun hujan padahal di Jakarta nyaris setiap hari sudah turun hujan. Pantesan panasnya gak ketulungan.

Pas lagi sesi foto keluarga, itu loh foto bersama seluruh peserta; saya dan beberapa teman malah kabur untuk sekedar liat2 jajanan dan menuju Museum Kepurbakalaan Banten Lama. Begitu banyaknya lapak penjual makanan dan minuman, masa' gak ada satupun yang jual gorengan, rujak ataupun es campur sih. Semua jual minuman dingin dan bakso, mie ayam dan makanan berat lainnya.

Menuju museum kepurbakalaan, banyak terdapat batu peninggalan bersejarah. Ternyata Museum Kepurbakalaan Banten Lama sedang ditutup untuk renovasi. Tapi jangan sedih jangan kecewa, Meriam Ki Amuk yang kondang itu tetep bisa dilihat karena diletakkan diluar museum.

Konon katanya jika meriam Ki Amuk disandingkan dengan meriam Si Jagur (yang ada di Museum Sejarah Jakarta) maka kemakmuran akan terjadi di Banten. Katanya sih kedua meriam itu adalah saudara kembar. Etapi yang gw pernah dengan kog malah kalo Si Jagur itu adalah meriam yang dibuat dari dileburnya 16 meriam kecil. Trus katanya pasangan dari meriam Ki Amuk itu adalah meriam Nyai Setomi yang ada di Keraton Surakarta, Solo.

Ah sudahlah, agak2 ribet dan simpang siur sejarah meriam2 ini.

Dari situ kita menuju Mesjid Agung Banten yang merupakan mesjid yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (sultan pertama kesultanan Banten yang juga anak pertama dari Sunan Gunung Jati). Dari jauh sih keliatan banyak orang bergerombol di atas menara mesjid tersebut. Ih... ogah banget deh kalo sampe berjejal2 gitu. Sama seperti tempat lainnya, pintu masuk mesjid ini juga gak jelas. Kita malah masuk lewat pintu gerbang yang dibuka sedikit.

Waktu blusukan cari pintu masuk eh ada yang jual serabi dari tepung beras tuh. Langsung beli 10 deh. Jarang2 nemu tuh. Sayang jualnya gak pake kuah santan dan gula merah. Oiya, sepanjang jalan terlihat banyak yang menjual sawo dan salak.

Di selasar menuju menara mesjid tampat beberapa orang dengan kotak sumbangan, entah resmi atau tidak. Sambil menjaga kotak amal orang tersebut berkata "yang mau minta berkah, berdoa, minta kejahteraan dan kesehatan, silahnya menyumbang secara sukarela". Yaelah... berdoa tuh urusan manusia sama Tuhan. Bagus2 aja sih kalo mau menyumbang tapi niatnya itu loh yang harus diganti.

Ternyata kudu antri untuk masuk ke menara mesjid. Karena tangga-nya sempit. Bahkan kalo yang orang yang naik itu berbadan besar/gemuk harus dengan posisi miring. Di depan pintu masuk, ada penjaga yang meminta uang masuk tanpa tiket sebesar Rp 2,000 (dua ribu rupiah). Menaranya sih gak terlalu tinggi, masih kalah tinggi sama menara mesjid At Taqwa Cirebon atau menara mercusuar yang semua sama2 pake tangga. jadi di menara ini gak terlalu gempor lah.


Menara mesjid Agung Banten ini punya 2 teras diatas menaranya. Nah kalo mau ke teras yang tertinggi harus bayar Rp 2,000 lagi tuh.


Dari atas menara mesjid ini terlihat kota Banten Lama termasuk pantai dan samar2 terlihat gunung. Bagus banget deh pemandangan dari sini.


Nah... untuk turunnya perjuangan lagi nih. Kudu antri gantian sama pengunjung yang mau naik. Ya iyalah, boro2 mau simpangan, naik satu per satu juga rada ribet. Ternyata banyak juga pengunjung yang protes dimintain duit lagi untuk naik keatas.


Rombongan lain menuju ke Museum Kepurbakalaan, yah kita mah udah duluan. Jadi langsung menuju bis buat ngadem.


Sekitar jam 15.00 kita kembali ke Jakarta dan saya langsung tertidur begitu kena dinginnya AC. Bangun2 di rest area setelah pintu tol Cikupa dan gak berapa kemudian turun hujan. Jam 19.00 sudah sampai kembali di Museum Bank Mandiri, Jakarta Kota.


Selesai sudahlah wisata sejarah kali kami mengunjungi Banten Lama.






Monday, October 21, 2013

5 Cities 4 Countries in 11 Days - Day 11 (Singapore - Jakarta)

Senin, 11 September 2013
  • Novena – Harbour Front (Sentosa) (MRT)
  • Berangkat jalan kaki (SGD 1) pulang naik bis
  • Harbour Front - China Town (MRT)
  • China Town – Little India (MRT)
  • Little India – Farrer Park (Mustafa Center) (jalan kaki)
  • Farrer Park – Changi (MRT)
Subuh terdengar sayup2 ada perempuan nangis di selasar kamar. Duuuhhh... saya udah mikir jangan2 ini hotel esek2 yang gak beres. Si Mama kayaknya gak denger tuh. Saya pun jadi cuek aja. Toh sebentar lagi kita mau check out.

Setelah mandi dan sarapan dengan bekal dari rumah, kita langsung check out. Sebelumnya kita nanya arah bus atau MRT yang ke Mustafa Center. Menurut resepsionis, lebih baik naik bus yang gak jauh dari hotel ini daripada naik MRT, karena stasiun MRT berada cukup jauh dari hotel. Dia juga memberikan no bus yang menuju Mustafa Center.

Sebelum menuju halte bis, saya ke mini market yang cukup lengkap kemudian mampir di toilet terdekat yang berada di samping vihara. Walaupun toiletnya sederhana yang terbuat dari seng, tapi cukup canggih loh. Keran airnya menggunakan sensor yang apabila tersentuh akan mengeluarkan air. Ih... saya norak ya.

Dari situ langsung ke halte bis yang ada di seberangnya. Cukup banyak orang yang di halte ini. Mungkin karena masih pagi banyak calom penumpang yang berangkat kerja. Gak lama kemudian bus datang. Sempat tanya ke sopir bus, apakah bus ini menuju ke Mustafa Center dan dijawab iya. Cukup menempelkan Singapore Tourist Pass yang kita punya. Untung ada enci2 deket kita yang kasih tau dimana kita harus turun karena bus-nya gak ada pengumuman informasi.


Mustafa Center

Dari situ jalan kaki menuju Mustafa Center, cuma beli tempelan di kulkas aja. Gak lama disana. Etapi kog kita gak bisa nemuin pintu masuk yang tadi dilewatin ya? akhirnya setelah muter2 nyari pintu yang sama ketika kita masuk tadi, keluar di pintu. Entah dimana itu. Dari situ ke stasiun monorail Farrer Park gak terlalu jauh.

Sentosa

Menuju Harbour Front untuk lanjut ke pulau Sentosa. Masuk ke Vivo City. Karena masih pagi ya toko2 belum pada buka. Nah... dari Vivo City bisa jalan kaki tuh ke Sentosa. Gak jauh2 amat kog. Lagian di jalur pejalan kaki ini di beberapa tempat ada ban berjalannya (travelator). Jadi kalo capek tinggal naik travelator aja. Lumayan mengurangi capek walaupun cuma sebentar. Untuk pejalan kaki, masuk Sentosa cukup membayar SGD 1. 

Terlihat antrian yang cukup banyak di loket Universal Studio. Kita mah gak akan masuk kesana. Ngapain juga, di dalam kan bermacam permainan kayak di Trans Studio. Lagipula bola dunia USS yang tempat orang foto2 narsis ada di luar pintu masuk. Jadi gak perlu bayar apapun.

Kelar foto2 di depan bola dunia USS kita keliling Sentosa dengan mini monorail. Gak puas keliling dengan mini monorail kita lanjutkan dengan keliling dengan shuttle bus. Di sini terdapat 3 rute bus. Ya udah kita cobain satu per satu mumpung gretong :D.

Jadi bus2 tersebut berkeliling sampai Resort World, hotel Shangri La, juga patung merlion raksasa. Dulu... pernah juga tuh melintas disamping si merlion ini waktu nyebrang ke Sentosa dengan kereta gantung. Dengan bus ini juga saya dan Mama singgah di pusat casino di Sentosa. Berbagai jenis permainan ada disini. Memang sih tempatnya cenderung seperti mall. Masing2 jenis casino terdalam dalam suatu ruang/kios. Jadi gak langsung terbuka dan terlihat.

Puas keliling dengan bus, kita ganti moda transportasi untuk keliling. Kali ini dengan kereta wisata. rute kereta wisata ini mengelilingi pantai2 yang ada di Sentosa. Walaupun segaris, namun pantai2 tersebut memiliki nama yang berlainan. Sistemnya hop on hop off. Tapi sayan dan Mama gak turun di pantai manapun. Cuma menikmati dari kereta wisata. Kayaknya yang terkenal tuh pantai Siloso. Ada jejeran huruf2 yg membuat nama Siloso di depannya.

Kelar keliling kita mau balik ke Vivo City. Kali ini mau nyobain naik mini monorail. Gratis... tis... Nah... secara emang udah jam makan siang, muter2 lah kita di mall Vivo City ini dan terdampar di Yoshinoya. Emang sih rada2 aneh, jauh2 ke Singapura eh makannya di Yoshinoya. Di Jakarta aja tau gitu. Bukan... masalahnya kita cari yang no pork, no lard dan ditengarai halal :D.

Hari masih sore dan matahari masih masih semangat nongol, tapi menurut Mama kalau tidak ada tempat yang akan didatangi lagi lebih baik kita langsung ke bandara, Biar nunggu disana daripada kita telat.

Changi Airport

Ya sudah, dari Vivo City kita langsung naik monorel menuju bandara Changi. Sama seperti waktu kita datang, MRT harus berganti di Tanah Merah.

Samapi di Changi, saya kembalikan kartu Singapore Tourist Pass dan dapat deh duit deposit sebesar SGD 10/kartu. Setelah itu ambil titipan tas. Agak dandan2 dikit plus ganti baju di toilet bandara. Gak bisa mandi bo... :P. Terlihat di terminal keberangkatan ini banyak calon penumbang dari ras India. Dan memang penerbangan dari Singapura ke beberapa kota di India cukup banyak.

Payah nih, gak ada timbangan buat nimbang bawaan. Agak kebat kebit secara sepertinya overweight nih. Emang sih kita gak beli bagasi dan alowance kabin kita berdua total cuma 20kg. Cukup gak ya?

Eh liat timbangan nganggur, kita coba. OMG... kelebihan 10kg. Waduh gimana nih. Kue kering sisa udah dikeluarin semua, baju2 yang kira2 gak kepake lagi juga udah dikeluarin semua untuk ditinggal/dibuang jika diperlukan. Tapi masih gak yakin nih beratnya udah sesuai. Balik lagi nimbang eh ada petugasnya dan negur saya juga orang2 yang lain kalo timbangan itu bukan untuk nimbang barang bawaan. Nimbangnya nanti aja pas di counter check in. Helloooo... lo kira itu timbangan buat nimbang orang ya? Gak mungkin banget lah. Untungnya saya sempet nimbang 1 tas. Tinggal dikira2 aja berat tas yang satunya sama. Ternyata... masih overweight. Aduh... gimana ngakalinnya ya?

Setelah kehabisan akal cara apa lagi yang bisa mengurangi berat bawaan, cara gila kita tempuh. Baju bawahan kita pake bertumpuk. Celana pendek, celana panjang dan celana harlem dipakai bersamaan. Kain yang beli di Vimanmek Mansion dipake untuk pashmina. Baju yang mau dibuang sudah disisihkan. Semoga cara ini bisa lolos.

Duhhh... counter check ini-nya berubah. Untung gak jauh, jadi gak terkepot2. Dengan berdebar2 saya dan Mama menuju counter check ini.Bener aja, semua barang bawaan kudu ditaro di timbangan. Termasuk tas tenteng perempuan. Berdasarkan hasil penimbangan, barang2 kita masih overweight tapi oelh petugas counter check in, kelebihan tersebut masih bisa ditolerir. Alhamdulillah,,, Makasih ya Pak. Ternyata hatimu tidak seseram tampangmu. Hihihi...

Di counter imigrasi, petugasnya sampai tanya, emang dingin ya sampe pake pashmina gitu? Yaelah Bu... ini bukan gaya bukan juga kedinginan tapi satu2nya cara ngurangin kelebihan berat barang bawaan :P.

Kelar dari urusan imigrasi, langsung menuju ruang tunggu boarding, yah... ternyata ruang tunggunya belum dibuka. Jadi harus nunggu diluar ruangan.

Ternyata pesawat delay. Hadeuh... nyampe Jakarta jam berapa nih? Pas lewat screening ada sedikit masalah, ternyata pasta gigi saya yang dicurigai sampai harus bongkar daypack. Saya bilang aja kalau memang harus dibuang ya gak masalah. Tapi sama petugasnya setelah dilihat barang dan beratnya diperbolehkan dibawa kembali.

Udah sih nunggu lumayan lama di luar eh di dalam kudu nunggu lagi. Akhirnya setelah delay 1 jam, kita pun bisa masuk pesawat dan terbang ke Jakarta.

Sampai Jakarta sekitar jam 12 malam dan beruntung masih ada bus Damri terakhir yang menuju Gambir.

Berakhir sudah perjalanan mengunjungi 5 kota di 4 negara dalam waktu 11 hari. Tapi... bukan berarti ini adalah perjalan terlama terakhir loh. Siapa tau, kalau Tuhan mengizinkan, pada kesempatan yang akan datang bisa mengunjungi tempat2 baru. Amin...
  • Hotel - Mustafa Center (bus)
  • Farrer Park (Mustafa Center) - Harbour Front (Vivo City) --> MRT
  • Vivo City - Sentosa pp jalan kaki (SGD 1)
  • Harbour Front - Changi (MRT)
  • Harbour Front - China Town (MRT)

Monday, October 14, 2013

5 Cities 4 Countries in 11 Days - Day 10 (Ho Chi Minh City - Singapore)

Minggu, 8 September 2013

Ho Chi Minh City

Pagi2 udah check out dan bergegas menuju terminal bis Ben Thanh. Engkoh di resepsionis hotel baik hati nulisin nomer bis yang menuju bandara Tan so Nhat. Menjemput keberuntungan siapa tau ada bis paling pagi yang menuju ke bandara. Lumayan bo, bayar 4000 VND/orang udah nyampe depan bandara. Tapi ternyata keberuntungan belum berpihak kepada kita. 

Tunggu punya tunggu, itu bis kog belom nongol juga yah? Ya udin, akhirnya kita putusi naek taxi aja. Oiya, kudu cari yg taxi yang namanya Vinasun tapi yg sedan yah, jangan yg Inova. Beda harga soalnya walaupun sama2 pake argo. Nah… yang bikin bingung tuh, di mana kita bisa berhentiin tuh taxi. Bingung euy…

Untung pas lagi jalan di bunderan Ben Thanh, ada taxi Vinasun sedan, yg melipir, langsung tanya pake argo apa enggak, begitu dijawab pake langsung bilang cuzz ke bandara. Jalanan masih sepi, trus sopir taxinya gak lewat jalan utama, tapi blusukan ke jalan2 kecil. Tadinya saya sudah siapin 300.000 VND tapi ternyata argonya gak sampe 150.000 VND.

Karena waktu yang mepet langsung naik terminal keberangkatan. Enaknya di bandara Tan So Nhat ini, kita bisa nimbang barang bawaan di konter check in yang masih tutup. Jadi bisa dikira2 jangan sampai kelebihan. Masih bisa sarapan dengan bekal dulu.

Ini nih yang saya gak suka dari Mama; suka ngobrol. Setelah check in si Mama ngobrol ngalor ngidul sama turis dari Indonesia. Jadi aja deh kita terkepot2 ngantri di imigrasi dengan waktu yang mepet. Mana antriannya panjang. Di Tan So Nhat kan ngantrinya 2x. Pertama di imigrasi kemudian body checking dan screening barang bawaan non bagasi. Bikin mules deg2an aja deh.

Singapura - Changi Airport

Sebetulnya sih pesawat berangkat dan landing tepat waktu. Tapi... ada kejadian di dalam pesawat yang bikin penumpang tertahan nyaris 1 jam gak bisa keluar. Jadi ada penumpang perempuan yang duduk di barisan depan tiba2 marah2, entah sama siapa (karena gak keliatan). Pilot pun mengumumkan pintu pesawat belum dapat dibuka dan penumpang tidak ada yang diperkenankan turun dari pesawat sebelum aparat keamanan datang.

Di imigrasi sempat ditanya tiket pulang. Agak tersinggung sih, secara ngerasa kayak saya mau overstay atau bahkan cari kerja disana. Woi... saya cuma liburan loh. Untungnya tiket dan semua itinerary tersimpan di backpack, jadi bisa cepat dikeluarkan.

Sampai di bandara Changi, Singapura langsung ke tempat penitipan barang. Ya iyalah, cuma nginep semalem ngapain juga ribet geret2 koper. Mending dititipin deh. Sempat tukar uang di salah satu bank yang ada di teminal kedatangan. Saking buru2nya, uang recehnya gak keambil. Rugi deh. Nasib...

Jadi kita keluar bandara cuma bawa daypack aja. Lebih ringan bisa langsung keliling2 deh. Selesai urusan titip menitip langsung ke terminal MRT yang ada di basement. Disini kita beli Singapore Tourist Pass untuk 2 hari. Jadi dengan kartu ini kita bisa bebas naik MRT dan bis selama 2 hari. kartu ini termasuk uang deposit SGD 10 yang bisa diambil dengan menukarkan kartu di hari terakhir pemakaian atau paling lama 5 hari setelah masa berlaku kartu habis.

Jadi kita gak ribet untuk beli koin. tinggal nempelin kartu tersebut di tiap gerbang masuk/keluar stasiun MRT.

Marina Bay Sands (MBS)

Tujuan pertama kita adalah Marina Bay Sands. Jadi MRT berhenti di basement dari mall ini. Naik ke atas; tempat pertokoan; melewati sungai kecil buatan yang dilintasi oleh perahu.

Sambil jalan keliling kita cari tempat makan dan akhirnya terdampar di foodcourt lantai dasar. Dan mungkin karena hari ini adalah hari libur yang juga akhir dari jam makan siang, terlihan semua tempat duduk di foodcourt ini cukup penuh. Beruntung masih ada sisa tempat duduk untuk kita berdua.

Berbagai macam makanan tersedia disini. Tapi secara kita adalah pejalan yang butuh energi besar dan seperti agak susah cari makanan halal, maka kita pun makan di counter makanan Melayu. Eh si Mama pengen nyobain quesadillas gara2 liat orang makan menu ini di meja sebelah. Ya sudah, ntar kita beli makanan itu untuk bekal di jalan.

Di dekat foodcourt ini ada ice skating ring yang gak terlalu besar. Terlihat banyak anak2 yang bermain disini.

Sepertinya di MBS ini lagi trend Twinning Tea Cafe, sampe ada 2 tempat dan terlihat keduanya penuh.

Oiya, disini saya tukar uang lagi. Karena gak ada bank yang buka, akhirnya saya tukar di money changer. Dan ternyata ratenya gak banget deh. Jauh lebih bagus di bank tempat saya tukar uang sebelumnya.

Ternyata.... quesadillas yang dipengenin si Mama tuh ada bermacam2 isinya; beef, chicken dan pork. Kontan deh, Mama gak kepengen lagi gara2 ada si Miss Piggy :D

Esplanade dan Patung Merlion

Kelar dari MBS, kita jalan menuju patung Merlion di Marina Bay. Mama pengen banget foto di depan patung singa muntah itu. Hihihi.... Katanya dulu waktu ke Singapura, gak sempet foto. Dari MBS ada jalan menuju Esplanade dan bisa foto2 dengan latar gedung MBS :P. Lewatin stadion sepak bola. Uniknya, lapangan sepakbola berada diatas sungai. Di dekat Esplanade ada foodcourt yang namanya Makansutra, Nah... disini ada kios2 yang menjual aneka makanan. Banyak juga loh menu makanan yang dikenal di Indonesia semacam es campur, aneka gorengan dll. Di pedestrian, saya sempat beli es krim 1 dollar. Yang ini es krim diantara 2 wafer. Rasanya sih biasa aja. masih enak es potong di Jakarta deh, murah lagi :P. Eh tapi masih penasaran nyoba yang pake roti tawar nih.

Nyampe juga deh di patung singa muntah yang kondang itu. Mama senang banget bisa foto2 di depannya. Akhirnya kesampean juga. Padahal panas cetar membahenol loh.

Pulangnya, kita sempat nyasar nyari stasiun MRT. Bolak balik bingung ke arah mana, udah gitu pas panas terik lagi. Kualat nih sama rombongan Mbak2 yang tadi lewat, Kata Mama ikutin mereka aja, eh saya jawab sapa tau mereka ke tempat lain atau sama2 nyari stasiun MRT. Eh ternyata kita yang muter2.

Orchard Road

Akhirnya kita balik lagi ke stasiun MRT di basement MBS. Yang pasti2 aja deh. Pasti ketemu maksudnya :D. Dari sini kita mau nostalgia nyusurin Orchard Road. Sekalian Mama keukeuh pengen beli makanan di mall Central Point. Ya udah ikutin aja deh maunya si Mama.

Seperti biasa, kalo pake MRT ke Orchard ya turunnya di Wisma Atria. Ternyata pesona Orchard Road sampai saat ini gak pernah pudar. Rame trusss... Ditambah lagi banyak mall baru bahkan ada yang sedang renovasi. Walaupun ramai orang yang berseliweran, tapi gak membuat macet. Karena antara pedestrian/troatoar dan jalan raya dibatasi dengan pagar besi jadi orang gak sampe luber ke jalan raya. Begitupun dengan penyeberangan, hanya bisa menyeberang di tempat2 tertentu dengan tanda zebracross dan lampu pengendali lalu lintas. Boleh nyeberang kalo lampu untuk pejalan kaki sudah berwarna hijau.

Dan diantara gedung2 mall masih ada pohon menambah asri jalan Orchard ini. Saat saya jalan disana sore hari, terdengar suara burung dari arah pohon2 itu.

Nyampe juga di mall Central Point demi mencari nasi. Hahaha... ini juga pake perjuangan secara gak ada KFC disini sementara restoran Melayu pun susah dicari. Setelah tanya sana sini, di lantai 2 ada restoran Indonesia yang namanya Desa kartika dan kita cuma beli nasi putih doang!

Dari sini buru2 kita mau cari lokasi hotel tempat menginap. Tanya sana sini, malah disuruh pake taxi. Padahal menurut informasi yang didapat, dari Orchard bisa ditempuh jalan kaki loh.

Eh ini kog gak nemu2 yah hotelnya padahal udah jalan lumayan jauh, lewat jalanan sepi pula terus sempat lewatin Mount Elizabeth Hospital yang di Novena. Sudah coba telepon hotelnya juga. Sama si resepsionis-mya disuruh pake taxi aja karena jauah.

Tapi masih penasaran, kog gak nemu2. Akhirnya ketemu juga setelah gempor jalan jauh banget! Ya ampun ini kamarnya kecil banget! apalagi kamar mandinya. Kalo pas pake shower, seruangan basah semua deh. Yah tapi namanya juga Singapura, apa2 mahal. Udah lah jauh, kecil mahl pula. Etapi ini hotel yang harganya gak terlalu mahal loh.

Jadi hari ini ditutup dengan kaki pegel2 dan udah gak kepengen ngapa2in lagi. Langsung tidur deh!

Sunday, October 13, 2013

5 Cities 4 Countries in 11 Days - Day 9 (Phnom Penh, Ho Chi Minh City)

Sabtu, 7 September 2013
  1. Sapaco Bus (Phnom Penh - Ho chi Minh City) USD 12/pax
  2. Hai Van Hotel (69 Huynh Thuc Kang Stree – Ben Thanh Market) - IDR 184,165.00 (USD 18.23)
  3. Trung Nguyen Coffee (10 boxes @ VND 21.300)
  4. Table Liner @ VND 150.000
Phnom Penh

Pagi2 udah check out dan duduk manis di coffee shop menanti take away breakfast dan shuttle jemputan yang bakal nganter ke pool bis Sapaco yang menuju HCMC. Guesthouse sendiri baru mulai di beresin dan dibersihin. Semoga bis ini gak busuk2 amat seperti beberapa review di Trip Advisor secara Mekong express bus yang direkomendasiin para blogger gak ada yg berangkat hari ini atau tiketnya udah sold old ya?

Alhamdulillah, bis nya lumayanlah. ACnya dingin. Tapi kita dapet tempat duduk di baris belakang. Gak pa2 lah yang penting keangkut sampe HCMC. Enaknya, semua bis dari Phnom Penh menuju Ho Chi Minh City (d/h Saigon) akan mengantar sampai pemberhentian terakhir di Pham Ngu Lao atau tempat lainnya di HCMC. Jadi penumpang gak perlu ganti bis di perbatasan negara. Bis ini juga ada keneknya pake seragam lagi.

Jalanan sekitar masih relatif sepi, tapi di sekitar Democracy Monument keliatan tentara berpatroli. Bener kali ye, hari ini bakal ada demo gede di Phnom Penh. Syukurlah kita udah mau keluar dari Phnom Penh.
Ternyata kita harus melewati sungai Mekong dengan menggunakan ferry. Kalo gak salah itu di daerah Neak Loeang. Gak lama sih, cuma takjub aja. Yah kayak nyebrang Tanjung Perak ke Kamal. Namanya juga sungai, sejauh mata memandang ya air coklat lah.

Gak jauh dari dermaga ferry bis berhenti di rumah makan untuk kasih kesempatan penumpang sarapan.

Sekarang saya tau kenapa Kamboja ini disebut juga The Kingdom of Water. Disebut begitu karena selama saya melakukan perjalanan ke Siem Reap dan Phnom Penh pasti menemui sungai yang luas dengan air yang berwarna cokelat.

Bavet

Akhirnya sampe di Bavet wilayah perbatasan Kamboja dan Vietnam. Sama seperti perbatasan Thailand (Aranyaprathet) dan Kamboja (Poipet) yang banyak casino di sekitarnya, di perbatasan Kamboja (Bavet) dan Viet Nam (Moc Bai) pun banyak casino yang gedungnya mentereng.

Imigrasi di perbatasan sini lebih rapih dan bagus. Walaupun imigrasi di Bavet (Kamboja) lebih mirip pos Satpam/pos parkir, yang di dalam pos cuma petugas imigrasi aja. Sama seperti di Poipet, di imigrasi keluar Kamboja juga harus scan jari tangan. Nah pas di pos imigrasi Bavet ini, penumpang gak perlu bawa barang2nya. Cukup bawa diri dan passport.

Moc Bai

Setelah selesai proses exit Cambodia, jalan beberapa meter menuju gedung imiragrasi Vietnam. Walaupun cuma beberapa meter, tapi sudah masuk wilayah Vietnam dan sudah berganti nama jadi Moc Bai. Disini baru deh semua barang bawaan dibawa masing2 tapi passport dikumpulin sama kondektur bis. Jadi sistem pemeriksaan imigrasi di Moc Bai ini nantinya si kondektur bis panggil nama kita satu per satu berdasarkan urutan passport. Sukanya masuk Vietnam tuh gak perlu ribet ngisi formulir keimigrasian. Tinggal antri di meja imigrasi aja!

Ho Chi Minh City

Setelah menempuh 6 jam perjalanan akhirnya bis berenti di terminal deket Pham Ngu Lao, daerah backpacker di HCMC. Mulanya rada2 keder sama arah di HCMC dan diperparah sama saya lupa bawa peta HCMC distrik 1. Akhirnya saya mampir ke beberapa kios tour travel agent cuma buat minta peta HCMC distrik 1. Alhamdulillah… dapet juga. Sembari jalan nyari guest house, mampir ke Trung Nguyen Coffee, biasa deh beli kopi disana. Gak tanggung2 sampe 20 kotak. Yah… kapan lagi saya mampir ke kota ini.

Guest housenya beneran deket sama pasar Ben Thanh loh… Dan ini adalah kamar hotel terbesar selama perjalanan. Ada balkon dan bathtub. Norak ya… Emang sih jalan ke Guest house rada sepi plus di lantai atas guest house ada tempat massage, tapi nampaknya aman2 aja tuh.

Taro tas terus lanjut jalan lagi. Kali tujuan utama Cho Ben Thanh, pasar yang kondang itu. Si Mama udah ngincer mau beli table runner, kalo saya sih cuma liat2 doang. Beneran udah gak kepengen beli apa2 deh. Etapi gak tau juga sih kalo ada barang lucu yang minta dibeli :P.

Ada sih temen yang nitip beliin alat untuk bikin kopi khas Vietnam. Sebetulnya harganya gak mahal tapi… bawanya rempong bo! Kalo di masukin koper bisa2 sampe Jakarta udah berubah bentuk jadi penyok2 tuh. Terpaksa nolak deh. Di Trung Nguyen gak jual alat ini. Tapi di Cho Ben Thanh wuih… tiap nengok lapak, pasti ada deh.

Nah sebelum blusukan di Cho Ben Thanh, saya dan Mama cari makan siang dulu. Nemu resto Malaysia di pinggir pasar Ben Thanh; Saigon Seri Penang. Pesan Pho dan Milo Dinosaurus. Pho-nya lebih enak di D'Nyonya daripada di resto ini. Walaupun gak seotentik Pho asli Vietnam :D. Pengunjungnya lumayan banyak walau tidak penuh. Keliatannya yang orang Indonesia cuma saya dan Mama aja deh, pengunjung lainnya dari Malaysia. Kalo buat Mama saya, yang penting makanannya halal! Soal rasa masih bisa ditolerir deh. Pulangnya beli 3 nasi untuk dimakan nanti malam dan besok pagi :D

Keliatannya, disekitar sini banyak yang jual peralatan outdoor; aneka backpack, sepatu olah raga, aneka jaket dll. Mungkin ini kali ya yang diomongin temen2 kalo mau cari barang2 outdoor yang mureeeh di Vietnam. Saya sendiri belom pernah nemu.

Penasaran ke dermaga Bach Dang. Katanya sih bisa menyusuri sungai dengan boat. Ternyata gak seberapa jauh. Masih terjangkau dengan jalan kaki. Sungainya lebar dengan beberapa kapal besar. Gak jadi naik boat. Udah bosen liat sungai dan nyusurin sungai sepanjang perjalanan kali ini :P. Dari situ dalam perjalanan balik ke guest house kita melewati jalan Dong Khoi tempat dimana butik2 kecil bertebaran dan Hotel Sheraton. Suka deh kalo lewat jalan ini. Walaupun gak tertarik beli apapun. *sebetulnya masih penasaran sama baju tradisional dari northern Vietnam yang berwarna hitam dengan ornamen tenun berwarna terang. Kalo ao dai sih lewat deh. Ukurannya XS semua! Gak bakal cukup untuk saya :D

Sebelum masuk kamar, kasih tau resepsionis kalo kita besok mau check out pagi2 banget karena mau ke bandara.

Karena belum ngantuk, jadi iseng2 liat channel TV eh di National Geographic Channel lagi tayang program Ultimate Dubai Airport. Langsung mantengin deh. *wink

Beberes lagi, sembari misahin baju yang mau dibawa di daypack dan yang disimpan di koper. Karena nanti Singapura koper akan ditaro di tempat penitipan tas di bandara Changi. Kita cuma bawa daypack aja. Lebih ringkas!

Saturday, October 12, 2013

5 Cities 4 Countries in 11 Days - Day 8 (Phnom Penh)

Jumat, 6 September 2013

  1. Tuol Sleng S21 USD 2/pax
  2. Russian Market
  3. Choeng Ek Killing Fields USD 3/pax, audio headset USD 3/pax
  4. Tuktuk USD 20
  5. National Museum USD 2/pax
  6. Royal Palace & silver Pagoda KHR 25.000

Pagi2 udah bangun terus jalan2 di sekitar Riverfront. Banyak tukang tuktuk di depan penginapan udah pada mangkal dan beberapa dari mereka nawarin jasanya ke saya. Yah… saya kan cuma mau jalan2 liat suasana Riverfront di pagi hari.

Banyak warna yang menikmati pagi dengan berolah raga, walaupun ini bukan hari libur/wiken. Lucunya mereka membuat kelompok2 sendiri untuk melakukan olahraga; semacam aerobic gitu. Dan banyak terlihat burung merpati; baik di sepanjang Riverfront maupun di depan istana.

Di pinggir trotoar sepanjang Riverfront banyak orang berjualan bunga terutama bunga teratai/lotus di pinggir Riverfront. Sepertinya akan digunakan untuk persembahan. Ada pula yang berjualan aneka buah, semacam pasar kaget gitu.

Nyusurin Riverfront sampe ke depan hotel Himawari. Ornamen bangunan2 pemerintah di seberang Riverfront bagus deh. Seperti ukiran2 gitu dan berwarna emas. Eh pas lewat hotel Himawari di halamannya liat ada resto Padang. Liat juga beberapa truk mengangkut tentara lewat di jalan raya. Jangan2 pengamanan diperketat menjelang demo.

Sekalian juga survei jalan ke Royal Palace dan National Museum yang ternyata cukup dekat dari guest house.

Sssttt... konon kabarnya di sepanjang Riverfront ini banyak terdapat kedai pizza yang menjual pizza istimewa yang disebut "Happy Pizza". Pizza biasa dan ukurannya pun standar. Yang membuat "istimewa" karena katanya topping pizza tersebut diberi "ganja". Sebut aja mau pesan "Happy Pizza". Penasaran juga sih pengen nyoba. Tapi mengingat jadwal perjalanan yang padat, gak jadi deh. Daripada ketinggalan bus gara2 saya giting dan tidur pules, mending yang baik2 aja deh :D

Jam setengah tujuhan saya kembali ke guest house untuk mandi dan sarapan. Setelah itu baru deh berangkat. Ternyata tukang tuktuknya udah mangkal dan ternyata juga dia yang tadi pagi nawarin tuktuk pas saya jalan2 pagi. Tujuan pertama adalah penjara Tuol Sleng yang lebih dikenal dengan nama penjara S21.

Okeh.. kita mulai acara jalan2 hari ini. Lumayan jauh sih ke Jadi Tuol Sleng itu. Lewat pusat bisnis yang banyak berderet pertokoan di sepanjang jalan raya. Namun bangunan ini tidak terletak di pinggir jalan raya utama, masuk ke jalan kecil gitu.


Tuol Sleng a.k.a. Penjara S21


Beli tiket masuk USD 2 di sebuah tempat mirip pos satpam :D. Memasuki halaman S21 ini nampak sepi. Seakan menggambarkan apa yang terjadi pada masa rezim Khmer Merah berkuasa. Jadi semula bangunan berlantai 3 ini adalah sekolah dasar sampai menengah. Saat Khmer Merah pimpinan Pol Pot berkuasa, tempat ini berubah menjadi tempat interogasi, penjara dan sekaligus tempat penyiksaan bagi orang2 yang dianggap memiliki idealisme yang berseberangan dengan Khmer Merah. Orang2 yang dicurigai oleh Khmer Merah itu sebetulnya yang berprofesi sebagai PNS, anggota partai dan pendidik. Namun tak jarang mereka juga mengangkut para petani dan warga biasa lainnya bahkan anak2.




Di depan gedung sekolah ada papan pengumuman mengenai peraturan yang berlaku untuk para tahanan di penjara S21 ini. Yang membuat seram dan tidak nyaman dari tempat ini adalah ruang kelas yang dibuat sebagai bangsal penyiksaan di tempatkan alat penyiksaan juga foto2 para korban penyiksaan juga beberapa lukisan saat penyiksan itu terjadi. Dari gambaran di lukisan terlihat betapa kejamnya penyiksaan yang dilakukan. Saya gak berani untuk naik ke lantai atas. Cukup di lantai dasar ini saja. Walaupun terlihat beberapa turis (kebanyakan sih bule) pada naik keatas. Gak habis pikir, kog ada yang orang yang begitu kejamnya untuk menyiksa orang lain yang dalam hal ini adalah saudara setanah air sendiri demi ambisi politik.


Pada saat Khmer Merah berkuasa, sekolah2 ditutup. Karena prinsip mereka, yang diperlukan untuk memajukan negara adalah kerja keras bukan pendidikan. Juga ada motto Khmer Merah yang bikin merinding seram "To keep you is no benefit. To destroy you is no loss".


Juga ada papan tempat seorang laki2 yang menceritakan pengalaman saat dia ditangkap dan di penjara di S21. Pada saat itu dia masih anak2. Selain itu ada lukisan yang menggambarkan seorang tentara melemparkan seorang bayi keatas kemudian menembak bayi itu selagi dia melayang di udara! Sadiiissss.... Terlihat di lapangan, tiang2 yang dulunya dipakai untuk olah raga, pada masa Khmer Merah digunakan untuk menyiksa tahanan. Dengan posisi mengikat kaki tahanan diatas dan kepala dibawah, sesekali mencelupkan kepala tahanan ini ke dalam air agar dia mengaku apa yang dituduhkan penyidik Khmer Merah.




Melihat foto para korban yang difoto pada saat datang di penjara ini sungguh mengenaskan. Tatapan mereka kosong ada juga yang penuh kengerian seakan mereka tau kalo sudah datang ke sini hampir dipastikan tidak akan kembali. Di penjara ini tidak hanya laki2 namun perempuan pun dijadikan tahanan. Dan di ruangan terakhir, tampak jejeran tengkorak kepala manusia yang merupakan korban genocide yang dilakukan Khmer Merah di tempat ini. Buat saya, berada di tempat ini bukan karena merasa angker tapi lebih ke ngeri karena kekejaman Khmer Merah.

Penyiksaan dilukis oleh seorang pelukis bernama Vann Nath, yang dapat bertahan di penjara Toul Sleng. Vann Nath bisa selamat karena dia bisa melukis Pol Pot (pimpinan Khmer Merah) mirip dengan aslinya. Sebelumnya beberapa pelukis disiksa dan dibunuh karena tidak dapat melukis Pol Pot dengan mirip.

Namun Vann Nath harus kehilangan istrinya yang juga di penjara di Tuol Sleng dan dibunuh disana.

Keluar dari sana kita lanjut ke Russian Market. Si Mama pengen buru2 keluar dari S21 karena udah pusing berada di sana. Sampai di Russian Market, di diturunin di depan los pasar. Tukang tuktuknya bilang, ditunggu di tempat ini, jangan sampe nyasar.

Russian Market (Phsar Toul Tom Poung)

Nah... ini salah satu pasar yang kondang di Phnom Penh. Konon barang apapun ada disini. Saya sih udah gak pengen belanja. Tapi si Mama penasaran cari table runner yang gak biasa aja dan gak terlalu mahal. Akhirnya nemu juga table runner seharga USD 2 dengan berbagai warna dan bordiran. Hmmm... nampaknya Mama rada kalap nih belanjanya.

Kita sih gak lama2 disana secara udah males ngubek pasar dan gak ada yang dicari juga.

Syukurlah kita gak nyasar saat kembali ke tuktuk yang disewa. Dari pasar ini, kita melanjutkan perjalanan ke Choeung Ek, The Killing Fields.

Choeung Ek a.k.a. The Killing Fields

Choeung Ek terletak cukup jauh dari pusat kota dengan kondisi jalanan yang berdebu. Padahal itu jalan raya utama loh. Masih bagus jalan di kampung saya deh :P. Terlihat sepanjang jalan menuju Choeung Ek masih dalam pengerjaan. Panas dan berdebu.

Saking berdebunya, saya harus memakai masker dan kacamata hitam. Gak bisa buka mata tanpa kacamata. Saya sampe berasa rambut saya kaku kayak disemprot hairspray.

Dari jalan raya tuktuk berbelok ke kiri dan masuk ke perkampungan. Ternyata lokasi ladang pembantaian pada masa Khmer Merah berkuasa di berada di ujung desa.

Tiket masuk ke lokasi ini USD 3 dan sewa headset audio tour guide USD 3. Pilihan bahasa untuk audio guide cukup banyak; ada 15 bahasa termasuk bahasa Malaysia. Tapi... gak ada tuh bahasa Indonesia. Saya pilih bahasa Inggris dan Mama bahasa Melayu. Selain itu juga peta untuk berkeliling di sekitar killing fields. Jadi bisa disamakan antara TKP dengan keterangan melalui headset audio guide. Gak rugi deh sewa alat ini, kita jadi tau sejarah dari masih2 tempat. Coba museum2 di Indonesia dilengkapi dengan alat ini, pasti tambah seru setiap ke museum.

Sebetulnya tempat ini gak kalah  menyeramkan tau tepatnya mengerikan dari penjara S21 tapi karena killing fields ini tempatnya terbuka dan cukup banyak turis yang berkunjung rasa ngeri itu tertutupi.

Dimulai dengan berhenti di salah satu pohon yang dulunya digunakan untuk tempat pemberhentian truk2 yang mengangkut para tahanan dari penjara S21.

Saat ini dia sekitar Killing Fields hanya hamparan tanah berumput. Namun pada masa Khmer Merah berkuasa, tempat ini adalah ladang pembantaian (Killing Fields). Ada tempat pembantaian massal (genocide), ruang tempat penyumpanan benda2 untuk mengeksekusi para tahanan, ruang tempat penyimpanan bahan kimia dll.

Kog ada bahan kimia, untuk apa? Untuk menutupi bau bangkai dari mayat2 para tahanan yang dieksekusi disini. Biar penduduk di sekitar ladang ini gak curiga kalo ada pembantaian manusia. Bahak kimia yang digunakan tentara Khmer Merah untuk menutupi bau bangkai adalah DDT.

Di beberapa tempat tampak tumpukan baju para korban ditempatkan di kotak kaca. Gak tega ngeliatnya deh.

Di salah satu pohon, ada yang disebut "Magic Tree". Kenapa ya? Karena di Magic Tree ini di tempatkan speaker/pengeras suara yang memutar lagu2 mars dengan suara yang kencang untuk penutupi teriakan para korban yang sedang di eksekusi. Sinting!

Di akhir tour, terdapat tugu penghormatan bagi para korban kekejaman tentara Khmer Merah. Di dalam tugu ini juga terdapat ratusan tengkorang manusia korban Khmer Merah yang disusun bertingkat. Sesak dada ini mengunjungi 2 tempat terjadinya tragedi kemanusiaan dalam 1 hari.



Nyaris tengah hari, selesai sudah perjalanan dengan tuk tuk di hari ini. Kembali ke guest hourse dengan menempuh perjalana berdebu di tengah cuaca yang semakin terik.

Eh ternyata, tiket bis Mekong Express udah habis. Rada2 panik nih. akhirnya saya bilang mau pesen bis apa aja yang ke Ho Chi Minh besok pagi. Si resepsionis guest house jawab akan dicarikan.

Sampai di guest house, bersih2, makan siang dan mulai kembali berjalan. Kali ini tujuannya ke National Museum, Royal Palace dan Silver Pagoda.

National Museum of Cambodia

Masuk National Museum ini bayar USD 5/orang. Berasa di Amrik sono yang semuanya dibayar pake USD. Isi dari National Museum ini 11-12 lah sama Museum Nasional a.k.a. Gedung Gajah di Jakarta. Jadi ada beberapa artefak dari candi2 yang ada di Kamboja. Kebanyakan sih dari Angkor Wat. Silsilah raja2 sampai luas kerajaan Khmer.



Buat saya sih tempat ini gak terlalu menarik. Selesai dari sini langsung menuju Royal Palace. 

Royal Palace

Rada keder juga dimana pintu masuknya. Lah... lagian gak ada papan petunjuk untuk pintu masuk pengunjung. Ternyata royal Palace-nya masih tutup istirahat dan baru buka lagi nanti jam 14.00.

Ya udah, daripada balik lagi ke penginapan saya dan Mama memutuskan jalan2 di sekitar Riverfront. Gak jauh kog, kan seberangnya Royal Palace :P.

Belum jam 14.00 udah nyampe di depan pintu masuk Royal Palace. Belum buka sih, tapi uadah cukup banyak calon pengunjung yang nunggu.



Tiket masuk ke Royal Palace USD 6/orang. Gak ada guide juga gak ada papan penunjuk. Jadi ya cuma ngeliat2 bangunan. Agak masuk ke dalam terdapat Silver Pagoda. Jadi ya jangan terkecoh. bukan pagoda yang terbuat dari perak yang langsung keliatan tapi beberapa patung Buddha dalan benda2 lainya yang terbuat dari perak dan emas yang terdapat di dalam suatu bangunan.

Saya sempat terkecoh, muter2 nyari yang namanya silver pagoda. Padahal sebelumnya sudah masuk ke tempat ini.

Di pintu keluar banyak bunga2 dari pohon Bodhi yang berguguran. Nguping dari guide sekelompok turis, bunga ini umurnya gak lama. Setelah mekar di pagi hari kemudian akan jatuh di sore hari. Bunga Bodhi juga dipercaya mempunyai khasiat untuk kesehatan. Konon, Buddha dilahirkan dibawah pohon Bodhi.



Dari Royal Palace langsung kembali ke guest house. Ya udah sore juga sih. Beres2 packing, kan besok mau berangkat ke Ho Chi Minh.

Alhamdulillah... ternyata masih dapet tiket bis ke Ho Chi Minh City walaupun lebih mahal sedikit. Yang penting besok pagi bisa berangkat.

Kelar packing, malamnya kita makan di Warung Bali lagi sekalian pamitan sama Pak Min. Kali ini kita pesen tempe goreng. Udah kangen nih sama tempe :D. Seperti biasa, resto Pak Min ini tempat berkumpulnya para ekspatriat asal Indonesia. Hihihi...