Pages

Sunday, November 25, 2012

Blind Travel 2 - Hari Kelima (Terakhir)

Minggu, 18 November 2012

Hari terakhir petualangan ala ala Amazing Race. Dan pastinya hari ini tanpa drama hitching menuju Jakarta.

Jam 8 pagi bis datang dan kami semua masuk bis. Ternyata Liwa – Rajabasa jauh abis bo… Sampe 7 jam! 

Jalan yang meliuk2, naik turun sampe bisnya bermasalah dengan kampas rem. Temen sebangku saya, Mbak Nana, sampe panik begitu denger ada yang teriak api. Untung situasi ini bisa dikendalikan dan bis dapat berjalan kembali. 

Masalah berikutnya adalah kelaparan yang mendera secara ini tangki belom diisi. Bis berhenti di sebuah resto sederhana. Lupa namanya. Tapi lumayanlah untuk sarapan. Perjalanan dilanjutkan dengan kondisi hujan deras! Apes buat saya, persis diatas jendela, atap bisnya bocor, jadilah rada2 duduk melipir. Untung Ibu2 di sebelah saya (eh udah bukan Mbak Nana lagi loh) turun lebih dulu. Jadi bisa saya kuasai bangkunya. *devil eyes*

Senang akhirnya bisa ketemu Fahmi, Rikky dan Prima lagi di terminal Rajabasa. Tuh kaaan… walaupun kalian maksa mau berpisah dengan kita tapi akhirnya dipertemukan kembali.

Dari Rajabasa menuju Bakauheni ditempuh dalah waktu 3 jam. Jauh juga yah.

Akhirnya harus berpisah dengan Lampung ketika ferry perlahan meninggalkan Bakauheni pada jam 8 malam dan kita berpisah di Merak. Eh enggak ding, saya masih satu bis dengan beberapa peserta seperti Ato, Rikky, Mbak Nana, Arum, dan ada beberapa lainnya yang lupa siapa aja.

Banyak cerita teman2 peserta Blind Travel 2 ini. Dan benar2 kekompakkan serta saling menyemangati terbentuk dalam setiap perjalanan.

Oiya, di Lampung ini banyak sekali objek wisata yang belum tergali. Hanya sedikit orang tau. Itu pun dibumbui dengan cerita2 mistis. Seperti cerita teman gw yang ke goa Matu, orang lokal menganggap goa Matu itu tempat bertapa mencari pesugihan. Helloooo... hari gini?

Mungkin dari berbagai destinasi yang harus dituju, hanya destinasi Pulau Tangkil yang relatif mudah. Karena tidak jauh dari Bandar Lampung/Tanjung Karang, akses ke sana mudah karena merupakan tempat berlibur warga Lampung. Tapi jauh ke meeting point terakhir, sehingga mereka adalah peserta terakhir yang sampai.

Kemudian cerita teman yang ke Batu Brak, menurut keterangan orang2 lokal, apabila akan terjadi bencana di daerah sekitar, batu ini akan bergerak/bergetar jauh hari sebelum kejadian. Seperti musibah gempa besar di Liwa beberapa tahun yang lalu. Sebelum musibah, konon batu ini bergetar. Yak kali, kalo dipikir2 mungkin aja bergetar karena memang sebelumnya gempa berskala kecil sudah terjadi sehingga batu tersebut bergerak sementara karena aktivitas dan gravitasi manusia belum merasakan getaran tersebut.

Menutup cerita, walaupun badan capek tapi ada banyak cerita untuk diingat dan dijadikan pengalaman. Kapok? Hmmm... kayaknya enggak tuh. Hihihi...

Blind Travel 2 - Hari Keempat

Sabtu, 17 November 2012
Krui

Hari ini adalah hari santai bagi semua peserta. Peserta bebas malakukan aktivitas apapun. Peserta terbagi menjadi 2 group; ada yang mengunjungi goa Matu yang konon kabarnya keindahan goa Matu membuatnya layak untuk dikunjungi dan yang lainnya pergi ke Pulau Pisang.

Di tengah perjalanan menuju dermaga ada pemeriksaan kendaraan oleh Kepolisian Lampung. Entah apa yang mereka periksa dan mereka cari. Tapi sempat terlihat pengemudi mobil kami menyelipkan uang ke tangan salah satu polisi dan tidak ada seorang pun polisi yang memeriksa kendaraan kami. Ternyata sogok menyogok sudah menyusup ke daerah2 di Indonesia.

Diantara polisi2 yang berpatroli itu ada juga loh yang unyu2. *blushing*
Sayang seribu sayang, niat ke Pulau Pisang tidak kesampaian karena tidak ada kapal yang akan mengantar kami. Kapal baru akan datang sekitar pukul 14.00 sementara kami datang jam 11.00 an.

Setelah berdiskusi dengan teman2 yang lain akhirnya kami putuskan untuk menyusul ke goa Matu. Pe er banget nih buat gw kalo disuruh trekking. Pantai menuju goa Matu tidak terlihat dari jalan raya dan disekitarnya sepi. Akses menuju goa Matu tuh kudu trekking ke bawah menuju pantai yang indah tapi harus menuruni bukit terjal untuk sampai ke goa Matu. Terimakasih deh, saya cukup sampai di pantai saja. Lagian saya tidak mau menyusahkan teman2 yang lain kalo sampai ikut ke goa Matu karena saya lihat sudah mendung dan saya gak piawai dalam hal panjat memanjat. Percaya banget sama apa yang disampaikan teman2 bahwa pemandangan di sana keren abis.

Trekking naik dari pantai disertai hujan yang cukup deras, Entah dengan kekuatan dan keberanian apa, saya dapat naik dengan cepat. Sampai di pinggir jalan raya, kami menunggu mobil yang akan menjemput dengan kondisi basah kuyup dihajar hujan.

Disini kami berpisah dengan Prima, Fahmi dan Rikky yang memutuskan untuk pulang duluan ke Jakarta. Goodbye friends, till we meet again someday, somewhere, somehow.

Sampai di penginapan, buru2 antri ke kamar mandi buat bersih2. Sepertinya cuaca hari ini kurang bersahabat. Mendung yang berlanjut hujan dari siang sampai malam.

Sekitar jam 8 malam kami menikmati ikan bakar di restoran La Tanzah. Emang hari ini hari mujur. Tadi siang ketemu polisi unyu eh pas makan malam ketemu bule bening.


Kembali ke penginapan dengan setengah berlari karena rintik hujan sudah turun. Langsung ngepak barang2 karena besok pagi bis yang akan ke terminal Rajabasa akan datang sekitar jam 7 pagi.

Blind Travel 2 - Hari Ketiga

Jumat, 16 November 2012
Krui

Lewat tengah malam akhirnya sampai di Sukaraja dan tidur di teras mesjid. Eh itu supir minta tambahan Rp 10ribu/orang. Kesel sih tapi secara udah malam dan dalam kondisi ngantuk plus capek akhirnya kita kasih aja. Turun dari mobil travel brrrr…. hawa dingin terasa menusuk kulit. Yang pertama dicara adalah jaket setelah itu baru beres2 dan gelar sleeping bag. Alhamdulillah… bisa tertidur walau cuma sebentar.

Ternyata di Sukaraja tidak ada signal hp boro2 buat bbm-an atau update status. Menjelang subuh saya terbangun karena ada pengurus masjid yang datang untuk menabuh bedug Subuh. Ternyata cuma 2 orang yang shalat Subuh berjamaah di masjid ini. Sayang yah, padahal hampir semua penduduk di desa ini beragama Islam. 

Setelah shalat sebentar kami ngobrol2 dengan Bapak pengurus masjid. Ditunjukin jalan menuju air panas yang melalui pasar Ternyata terdapat 2 lokasi air panas di Sukaraja satu yang terdekat dari posisi kami dan lainnya yang sangat jauh yang terletak di atas bukit. Selain itu juga terdapat air terjun. Dari Bapak ini juga kami mengetahui bahwa warga Sukaraja kebanyakan berasal dari Simendo (Sumatera Selatan) dan Jawa. Rumah penduduk hampir semua berupa rumah panggung.
Melewati pasar sebelum menuju air panas kami mencari warung yang menjual makanan untuk sarapan. Say no to Mie Instant!

Ternyata hari pasaran di tempat ini adalah Kamis dimana para pedagang membawa beraneka dagangannya berupa sayuran, buah, bumbu, aneka ikan dll.
Akhirnya kami menemukan rumah yang menjual soto ayam. Oleh pemilik rumah kami ditawari ojek Rp 20 ribu/orang sekali jalan menuju air panas yang terdekat. Karena pertimbangan waktu kami memutuskan untuk mengunjungi lokasi air panas yang terdekat dengan berjalan kaki. Toh hari masih pagi dan kami masih punya cukup waktu. Sebelum pergi menuju air panas kami menitipkan tas di rumah penjual soto ayam karena nantinya pada saat kembali kami akan melewati rumah ini lagi.

Dan entah ada apa disana atau jalan menuju kesana, banyak orang yang tidak berani ke air panas yang terjauh yang berlokasi diatas bukit. Seperti beraroma mistis gitu.

Satu setengah jam berjalan kaki dari pasar menuju air panas Sukaraja, dengan kondisi jalan menanjak dan menurun. Untung cuaca cerah sehingga jalanan tidak licin. Kami bertemu dengan Pak Jenggot yang merupakan kuncen dari air panas Sukaraja dan diajak melewati jalan pintas melalui perkebunan kopi.

Ternyata yang disebut air panas itu adalah danau yang mengandung belerang yang dibeberapa tempatnya terdapat lumpur yang meletup2 seperti mendidih. Konon kabarnya kalo meletakkan telur dalan lumpur panas tersebut bisa matang. Tapi entah rasanya seperti apa.

Disekitar danau banyak sampah berupa pakaian yang ditinggal para pengunjung. Karena konon yang disyaratkan bagi para pengunjung yang datang dan mandi/berendam di danau ini untuk mengobati aneka penyakit kulit, pakaian yang mereka kenakan pada saat berendam harus ditinggal untuk membuang penyakit. Sayang ya, danau ini jadi kotor oleh sampah pakaian.

Kami tidak lama berada di danau air panas, dengan dipandu Pak Jenggot kami kembali ke tepian jalan. Pada perjalanan kembali ke pasar Sukaraja, kami sempatkan berkunjung ke rumah Pak Jenggot karena tadi belum sempat mengucapkan terima kasih telah diantar ke danau air panas.
Kami diterima Pak Jenggot dan kelurganya dengan sangat ramah. Sungguh keramahan yang tulus dari seluruh anggota keluarga.

Entah mengapa walaupun di luar panas terik tapi di rumah Pak Jenggot ini terasa teduh dan adem dengan semilir angin. Kami disajikan teh dan pisang yang membuat kami terheran2. Pisang tersebut berbenduk dempet2 yang oleh masyarakat setempat dinamakan pisang campit. Bahkan kami di oleh2in pisang campit untuk dibawa. Rasanya masih pengen berlama2 di pondok Pak Jenggot tapi kami harus kembali.

Balik lagi ke warung soto ayam untuk ambil tas dan makan pecel yang menurut saya lebih mirip karedok karena memakai kencur.

Kami menuju jalan raya untuk menunggu bis yang akan mengantar kami ke terminal Liwa sesuai dengan perintah panitia. Sepanjang perjalanan Sukaraja – Liwa kami disuguhi pemandangan yang sangat Indah dengan jalan berkelok2.

Gw jadi tau desa yang namanya Liwa. Dulu pernah terjadi gempa cukup kuat di daerah ini.

Sekitar 3 jam dari Sukaraja menuju Liwa. Ternyata meeting point dipindah ke rumah makan sebelum terminal dan kami kelewatan. Informasi dikirim telat kami terima karena signal hp antara ada dan tiada. Kondisi pada saat itu gerimis dan sepertinya akan turun hujan.

Jam 15.00 semua peserta yang sudah berkumpul menuju Tanjung Setia. Belum semua peserta berkumpul karena ternyata ada yang lokasi cukup jauh menuju Liwa. Tanjung Setia tidak terlalu jauh tapi pemandangan ciamik! Tebing Bukit Barisan Selatan yang juga terdapat air terjun dan goa di beberapa tempatnya. Air terjun dan goa ini terlihat dari jalan raya bahkan jika sempat dapat mampir dulu tanpa perlu trekking. Indahnya…

Penginapan yang kami tempati berupa rumah panggung yang lokasinya dekat dengan pantai berombak tinggi. Kabarnya para surfer banyak yang mengunjungi pantai ini.

Setelah makan malam dilanjutkan dengan aneka games dan pembagian doorprize. Jangan sedih jangan kecewa karena semua peserta kebagian doorprize. Juga ada penilaian laporan/catatan perjalanan tiap kelompok yang pemenang mendapatkan beasiswa kursus menulis dari Tempo Institute.

Blind Travel 2 - Hari Kedua

Kamis, 15 November 2012
Jkarta - Lampung

Tengah malem ngider Karawaci, pake truk pula. Hadeuh... biasanya gw & temen2 ke Karawaci buat ngopi leyeh2 di kedai kopi eh ini keluyuran pake truk.

Dengan truk kedua ini kami turun di seberang Mall Tang City. Sumpah... gw gak tau di daerah manakah tempat ini berada. Cukup sulit mendapatkan tumpungan berikutnya. Sepi dan jarang truk berseliweran. Akhirnya ada pick up yang bersedia di tumpangi sampai daerah Bitung. Lumayan deh, manjatnya gak terlalu tinggi :D. Ternyata sopirnya malah nganterin kita ngelewatin tempat dia. Secara rada miskom gitu, dia cuma minta dibeliin 1 bungkus rokok. Okeh deh, kali ini keluar duit Rp 12ribu dibagi 9 orang.

Dari Bitung ke Serang nunggu tebengan lama banget. Bis pun jarang dan ongkosnya lumayan mahal. Sempet disamperin polisi yang lagi nyamar dan ngira kita lagi “jualan”. Gila apa, mana ada orang “jualan” tampangnya kucel & bawa backpack.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kami mendapat tumpangan pick up sampai Serang. Dari sana menuju masjid An Nur di samping RS Sari Asih Serang untuk sejenak beristirahat dan menunggu adzan Subuh.

Dari Serang sepertinya tidak ada kendaraan yg dapat ditebengin pun langit semakin terang. Akhirnya naik bis sampai Merak dan harus mengeluarkan Rp 5ribu/orang.

Ah... akhirnya sampe Merak juga. Ini kali kedua gw menginjakkan kakai di pelabuhan Merak. Sebelumnya pernah kesini waktu mau berkunjung ke Krakatau.

Di Merak, dengan berat hari ketiga group ini harus berpisah (beneran!) untuk mencari tebengan yang akan mengantar sampai Bakauheni. Kali strategi yang dipakai adalah kita cobe nitching dengan mobil pribadi. Dengan pertimbangan kalo mobil pribadi kan prioritas masuk ferry jadi ngantrinya gak terlalu lama. Kecuali kalo gak ada mobil pribadi yang mau ngangkut kami, barulah kita beralih ke truk (lagi!) :P.

Akhirnya kami bertemu dengan Iqbal, Rizky & Kabay dengan Avanza hitamnya yang bersedia kami tebengin. Dapet mobil tumpangan trus dapet ferry yang bagus dengan ruang tunggu yang ber AC dan listrik charging yang gratis. Alhamdulillah… Atas kepiawaian Rikky ngobrol2 sama Iqbal akhirnya Iqbal dkk bersedia mengantar kami sampai lapangan Saburai. Thanks for that, mate…

Gw akhirnya tau yang namanya kota Bandar Lampung yang oleh warga lokal leboh dikenal dengan nama Tanjung Karang. dengan jalan yang menanjak & menurun. Juga tau Siger (mahkota di kepala) menjadi simbol Provinsi Lampung ini. Dimana2 terdapat Siger seperti di bunderan, depan gedung dll.

Ternyata gak gampang nyari yang namanya lapangan Saburai, sempet nyasar2 juga yg bikin gak enak hati. Secara udah nebeng dan dianterin plus pake nyasar pula. Sebetulnya group gw udah sepakat, kalo sampe gak ketemu juga, biar deh kita turun di jalan. Tapi Iqbal dkk mau mencoba untuk antar kami ke Saburai.

Akhirnya nyampe juga di lapangan Saburai sekitar jam 13.00 dg matahari lagi lucu2nya alias terik banget.

Dan ternyata, Team 2 adalah team pertama yang sampai di lapangan Saburai. Padahal sebelumnya kami kira kami adalah team terakhir yang sampai karena sudah jauh melebihi jam yang ditetapkan. Padahal dari berita yang kami terima griup lain berada cukup jauh di depan kali, bahkan ada yang dapat tumpangan yang nyaman, mobil gress dari showroom yang akan diantar ke Lampung. Siriiikkk...

Setelah makan siang dan bersih2, kami mengambil undian untuk menuju destinasi berikutnya. Kami harus mencari air panas Sukaraja yang entah ada dimana tempat itu. Sementara tujuan lain yang diundi adalah Goa Matu, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Batu Brak, Pulau Tangkil dan Gunung Pesagi.

Kembali kami di beri uang saku sebesar Rp 80ribu/orang. Dengan uang sebesar itu, saya pribadi sudah menebak2 tempat tersebut berada jauh dan transportasinya akan sulit.
Hal pertama yang kami lakukan adalah menanyakan kepada polisi yang kebetulan banyak berada di sekitar GOR Saburai. Kebetulan di Saburai sedang berlangsung berbagai acara, sehingga cukup ramai. Informasi dari Pak Polisi, tempat tersebut memang jauh dan tidak ada kendaraan yang langsung menuju kesana. Ternyata hanya sedikit warga lokal yang mengetahui lokasi air panas Sukaraja.

Pertama yang harus dilakukan adalah mencari halte BRT (Bus Rapid Trans) semacam Trans Jakarta-nya Lampung yang menuju terminal Kemiling. Eh sempet kita ngadem loh di Central Plaza Lampung dan senangnya ketemu counter-nya si Ronald belang2 (you know what it is lah…). Lumayan... berada ada di kota. Hihihi...

Sebetulnya niat awalnya sih mau nge hitching untuk menghemat tapi kog ya susah banget dapet tumpangan. Sampai di Kemiling, agak bingung untuk melanjutkan ke Sukaraja secara gak ada kendaraan yang langsung menuju kesana. Akhirnya naik angkot menuju terminal Rajabasa. Disini kami coba mencari angkutan yang menuju Sukaraja atau sukur2 bisa nge hitching. Udah mondar mandir gak dapet juga tuh kendaraan. 

Kami bertemu Denny yang seorang pengusaha member Kaskus dan temannya (?) yang anggota mapala UNLA. Malah Denny menawarkan bantuan donasi kepada kami, berupa uang Rp 50ribu/orang. Juga menawarkan mampir ke peternakan luwak miliknya jika kami sempat/ada waktu. Denny juga menyarankan agar kami naik travel saja ke Sukaraja. Terharu deh, ternyata masih ada orang yang bersimpati sama kami para pengelana. 

Ternyata bis yang menuju Sukaraja sudah tidak ada. Pelajaran dari berkeliling di terminal, jangan nanya arah sama tukang ojek. Yang ada malah dipingpong kesana kemari kagak jelas.

Setelah nego harga dengan calo travel di terminal Rajabasa akhirnya sepakat harga yang diberikan adalah Rp 60ribu/orang sampai ke Sukaraja.

Ternyata travel baru berangkat jam 8 malam dari pool-nya sementara itu baru jam 18.00. Akhirnya pesen mie instant rebus dengan telur dan cabe rawit. Aih… nikmatnya. Agak2 bete juga sama sopir travelnya. Ternyata setelah jemput para penumpang lainnya, mobil travel balik ke poolnya lagi entah untuk apa. Baru sekitar jam 10 malem mobil benar2 pergi menuju Sukaraja. Udah gitu nyupirnya gak beres, si sopir cuma tau pedal gas dan rem.

Blind Travel 2 - Hari Pertama

Rabu, 14 November 2012

Rencana awal adalah semua peserta berkumpul di Monas pintu masuk deket Patung Kuda tapi akhirnya dipindah ke Gambir karena cuaca yang sepertinya kurang bersahabat, agak2 mendung gimana gitu. 

Saat berkumpul di Gambir semua peserta belum tau mau kemana dan siapa teman satu team-nya. Setelah pembagian t-shirt Blind Travel 2 yg warnanya kuning gonjreng tapi keren itu baru dibagi kelompok melalui undian.

Akhirnya terbentuk 6 group @ 3 atau 4 orang. Gw, Vieka dan Rikky di team 2.
Target pertama adalah semua team harus mencapai Lapangan Saburai (dimana yah?) dan ditunggu sampai jam 11.00 WIB hari Kamis. 15 November 2012. Tanpa informasi lebih lanjut. Dan diberikan uang saku Rp 60.000/team.

Setelah googling ternyata… tempat tersebut berlokasi di Lampung!

Langsung mengatur strategi bagaimana mencapai lapangan Saburai dengan uang Rp 60 ribu/group. Satu2nya cara untuk bisa mencapai Lampung dengan pengeluaran yang minim adalah nge-hitching! Tanpa nge-hitching gak mungkin banget deh nyampe Saburai dengan bekal Rp 60 ribu/group. Itung aja sendiri: dari Gambir ke Merak (eh ada gak sih bis dg rute kek gitu?) trus nyebrang selat Sunda antara Merak & Bakauheni dengan ferry dilanjutkan bis/angkot dari Bakauheni ke Saburai. Rp 60 ribu/orang juga kurang kali.

Akhirnya kami memutuskan untuk jalan dulu ke arah Harmoni karena kecil kemungkinan dapet tebengan dari sekitar Gambir yang menuju ke Grogol, ataupun Kalideres.
Selain group kami ada 2 group lainnya yang bersamaan menuju Harmoni. Dan dapatlah tebengan pertama berupa truk yg berenti di lampu merah perempatan Harmoni. Truk tersebut akan menuju Grogol.

Turun di Grogol tepatnya di seberang terminal Grogol, kami harus berjalan kaki menuju lampu merah perempatan Grogol. Setelah mengamati ternyata kesempat untuk dapat tebengan truk lebih besar didapat pada saat lampu merah daripada memberhentikan truk di pinggir jalan atau bahkan di halte. Ya iyalah emangnya bis atau taxi, namanya juga hitching.

3 group berpisah dengan harapan untuk memudahkan mendapat tumpangan, mungkin mobil yang isinya terbatas. Tapi ternyata 3 group ini tak terpisahkan. Kembali bersama2 dalam 1 truk dari Grogol menuju ke Karawaci.

Eh ternyata lumayan ribet loh naek truk itu. Kebayang kudu manjat itu truk dengan kondisi trus yang nyaris jalan gara2 kita berentiin di lampu merah. Masih mending lah kalo trus-nya kecil nah kalo dapet yang gedong?

Blind Travel 2 - Get Lost and Create Your Own Story

Naaahhh... sekarang saya mau cerita pengalaman waktu ikutan Blind Travel 2 yang diadain 14-18 November 2012.


Apa sih Blind Travel itu? Jadi ini ada programnya Traveler Kaskus & Backpacker Community yang menggabungkan petualangan dan kekompakan team dengan menggunakan uang seminimal mungkin :D.

Nantinya para peserta yang sudah mendaftar, akan diundi dan dijadikan beberapa kelompok. Jadi dalam satu kelompok kita akan ketemu dengan teman2 yang baru dikenal pada hari H.
Destinasinya pun baru dikasih tau berupa clue pada saat akan berangkat. Juga diberikan ongkos kepada masing2 kelompok untuk mencapai destinasi yang sudah ditentukan.

Jangan bayangkan bakal dikasih uang banyak loh. Boro2 buat makan foya2, buat ongkos aja kalo diitung2 pasti kurang. Nah tinggal pinter2 ngeliat peluang/kesempatan yang ada tuh biar uangnya cukup.

Pendaftaran untuk acara ini Rp 300.000 dibayarkan via transfer. Jadi kita baru ketemuan sama panitia dan peserta yang lain ya pada hari H itu. 

Hmmm... sepertinya seru nih. Kalopun pada akhirnya saya merasa gak cocok dengan acara ini ya untuk berikutnya gak perlu ikutan lagi. Paling enggak saya punya pengalaman dengan program yang agak2 mirip kayak amazing race gitu deh :D

Posting-an berikut adalah pengalaman2 waktu ikutan Blind Travel 2. Tertarik untuk mencoba???

Tuesday, February 7, 2012

Barang2 standard yang kudu dibawa

Sementara yg akan saya bawa setiap berpergian:

1.    Pakaian yg sesuai (paling aman sih bawa celana pendek, celana panjang, stok kaos dan jaket). Eh akhir2 ini saya lagi seneng bikin baju casual dari batik yang berbahan katun loh. Adem, cepet kering kalo dicuci juga lumayan ringan dan gampang digulung waktu packing.
2.    1 backpack untuk pakaian, toiletries dan peralatan snorkeling (kalo diperlukan). Ini nantinya disimpan di penginapan
3.    Extension kabel dengan 4 colokan. Jadi gak perlu begadang untuk gantian ngecharge aneka gadget dan kamera.
4.    Folding duffle bag alis traveling bag yg bisa dilipat yg disisipin di backpack/koper. Siapa tau ada benda2 bagus yg patut dibeli untuk koleksi pribadi ataupun oleh2.
5.    1 pouch untuk tempat dompet dan dokumen penting lainnya, payung lipat, tissue basah dan kering, kamera dll. Pouch ini akan selalu dibawa kemanapun.
6.    Kamera, payung, smart phone dan kacamata adalah benda yang pasti dibawanya.

Kadang saya juga bawa door stopper dengan alarm loh. Parno? Ah enggak juga. Berhati2 kan lebih baik.

Saya sudah bisa dan terbiasa ngepak baju dg menggulung sehingga lebih ringkes walaupun hasilnya rada2 lecek gitu. Pokoke untuk keberangkatan masih bisa rapi jali tapi... saya masih belajar ngepak untuk pulangnya. Karena pasti ada baju kotor dan belanjaan yg cukup bikin ribet.

Itu persiapan2 yg saya lakukan untuk plesiran. Enaknya kalo ikut grup, itinerary sudah ditentukan, tinggal ngikut aja. Tapai kadang tempat2 yang dituju bukan yang kita mauin.
Sementara untuk pergi sendirian harus merencanakan sebaik2nya sehingga waktu yang ada bisa digunakan secara maksimal.

Kedengerannya rempong ya, tapi ternyata begitu dijalanin enggak kog. Mungkin keribetan2 yg ada ketutup sama excited mau jalan2 kali ya. Saya selalu ngingetin diri saya sendiri bahwa setiap perjalanan ada kemungkinan untuk terjadi hal2 yg bikin kesel dan saya harus sudah siap dengan hal tersebut juga apapun yg terjadi dibawa seneng aja.

Friday, February 3, 2012

Persiapan sebelum plesiran

Sebelumnya, setiap kali saya mau berpergian saya selalu berusaha untuk cari info mengenai tempat yg akan dikunjungi.

Jadi persiapan yg saya lakukan tuh:
1.    Punya impian suatu saat mau kemana, biar tambah semangat pas denger ada tiket promo
2.    Browsing tiket promo yg murah meriah merintih (itu kata temen saya loh!)
3.    Cocokin sama jadwal kantor. Jangan pernah ambil cuti disaat jadwal meeting para boss. Selain cutinya jadi gak tenang, juga jadi ngerepotin orang yang saya titipin kerjaan.
4.    Cari info mengenai tempat tersebut; budaya dan kebiasaan penduduk di daerah tersebut, tempat2 yang akan dikunjungi, transportasi umum yang akan digunakan, kuliner lokal juga cuaca. Jadi gak saltum. Please deh, hari gini banyak info bisa didapat dengan kecanggihan teknologi. Noh dari milist dan browsing si mbah Google.
5.    Bikin itinerary; tempat mana aja yang mau dikunjungi, apa yang akan dilakukan disana. Hal ini berkaitan dengan pengaturan waktu. Juga biar gak terbengong2 saat tiba di suatu negara atau bingung mau kemana dulu.
6.    Budget yang terdiri dari transportasi, penginapan, makan, tiket masuk museum dan nonton pertujukkan tradisional dan oleh2.
7.    Cari penginapan yang sesuai dengan budget dan lokasi. Tapi… keamanan dan kebersihan tetap menjadi prioritas.

Oiya, untuk budget ini, saya selalu melebihkan sedikit dari budget sebagai dana darurat. Kalo untuk berpergian ke luar negeri saya akan bawa USD, yang nantinya apabila diperlukan ditukarkan di negara tujuan dengan mata uang negara tersebut.

Untuk penginapan, saya akan cari di website/online reservation. Setelah dapat beberapa penginapan, saya akan liat review di masing2 hotel itu di Trip Advisor. Selama ini sih, saya sangat terbantu dengan review2 mengenai calon penginapan yang saya perlukan.
Memang dalam review tersebut ada komentar yang positif tapi ada pula yang negatif. Tinggal diliat dari prosentasenya aja. Kalo yg ngereview negatif cuma beberapa orang, bisa lah dipertimbangkan untuk menginap di tempat tersebut. Karena bisa jadi yang kasih review negatif tuh tipe yang rempong atau yang super resik. Nah… tapi kalo yang review negatif lebih banyak daripada yang positif, mending lupakan aja deh itu penginapan.
Kalo sampe kejadian, saya sudah berusaha memilih tempat penginapan yang sesuai tetapi pada kenyataannya saya mendapati kejutan, yah anggap aja itu pengalaman dan gak perlu di sesalin.

Dan semua persiapan ini, sudah beres dari jauh2 hari. Selain tiket pesawat promo yang biasanya udah dibeli dari berbulan2 sebelumnya, daftar yang lain sudah beres paling lambat 1 bulan sebelum kepergian. Jadi sisa waktu yang ada buat beres2 kerjaan kantor dan review itinerary deh.

Wednesday, February 1, 2012

I love traveling...

Siapa sih yg gak seneng jalan2? Saya termasuk orang yg suka banget sama kegiatan ini. Blusuk2 nyari tempat makan dan tempat2 unik tuh sangat menarik.
Selama ini kalo plesiran keluar kota pasti rame2, belom pernah sendiri. Emang sih beberapa kali traveling sendirian dalam arti kata dalam satu rombongan gak ada yg saya kenal. Ngiri banget baca di milis banyak yg melakukan perjalanan “sorangan wae” dan menikmatinya.
Akhirnya kesempatan untuk solo traveling datang juga. Emang kalo udah waktunya, ada aja jalannya. Ada promo tiket pesawat yg harganya gak mungkin dilewatin. Mau kemana dan mau ngapain itu nanti dipikirin. Kebetulan yg ditawarkan adalah tujuan Jakarta – Surabaya pp. Cuma Rp 160ribu pp! Siapa juga yg gak pengen. Gak perlu pake pertimbangan macem2, cuma perlu nyocokin jadwal kantor langsung deh cari “hari baik”.
Sempet kepikiran atau lebih tepatnya sedikit khawatir apa yg akan dilakukan disana tapi secara tiket udah terbeli, the show must go on. Untuk mengantisipasi kekacauan akibat ketidaktahuan mengenai apa yg akan dilakukan, saya browsing tempat2 menarik dan kuliner yg ada di Surabaya. Juga dilengkapi dengan membeli peta Surabaya.
Oiya, saya bukan tipe traveler yg suka dengan kejutan yang tanpa persiapan, ikutin hati kemana kaki melangkah. Buat saya semua kudu dipersiapkan. Juga saya bukan tipe backpacker. 
Betul… kemana2 saya bawa backpack, tapi saya masih nginep di hostel, masih menikmati kuliner khas suatu daerah walaupun adanya di resto, masih berkunjung ke museum2, nonton kesenian tradisional khas suatu negara juga masih suka belanja dan bawa oleh2 jika memungkinkan. 
Oiya, walaupun saya lebih suka bikin intinerary dan jalan sendiri juga naik turun bis serta kendaraan umum lainnya tapi kalo saya merasa tempat yang dituju itu cukup sulit, saya gak segan2 memutuskan untuk ikut tour lokal yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Biasanya ini terjadi kalo saya plesiran ke luar negeri. Bahkan kalo ada museum/pertunjukkan kesenian tradisional yang jual tiket online, saya bakal beli tuh. Biasanya nih, harga lebih murah dan gak perlu ribet ngantri di loket. Kata orang2 sih, yang kayak gini namanya flashpacker.
Intinya sih saya hanya meminimalkan resiko dalam suatu traveling. Tapi kalopun terjadi kejutan (amit2 deh) yah anggap aja itu pengalaman & pelajaran buat plesiran selanjutnya.