Pages

Saturday, March 22, 2014

Journey to The East - Sulawesi Selatan (Day 3)

Senin, 10 Maret 2014
Makassar - Tanjung Bira
  • Pete2 pool bus Litha - Jl Sultan Alauddin Rp 4.000
  • Pete2 Jl Sultan Alauddin - Malengkeri Rp 4.000
  • Angkutan Malengkeri - terminal Bulukumba Rp 45.000
  • Pete2 terminal Bulukumba - Tanjung Bira Rp 20.000
  • Penginapan Salassa (Tanjung Bira) Rp 100.000
  • Nasi goreng Rp 13.000
  • Salad di Amatoa Rp 25.000
  • Hot Cappuccino di Amatoa Rp 20.000
  • Pisang goreng di D'Perahu Rp 30.000
  • Es cokelat kopi di D'Perahu Rp 25.000
Sekitar jam 04.00 terasa sudah masuk wilayah Makassar. Jam 5an subuh sudah sampai lagi di pool bus Litha. Sempat bingung mau naik taxi atau pete2 menuju terminal Malengkeri. Beberapa kali nyetop pete2 tapi gak ada yang langsung ke Malengkeri. Ada satu pete2 dengan seorang penumpang Ibu2. Ibu itu bilang memang gak ada pete2 yang langsung ke terminal Malengkeri. Harus naik pete2 yang ke arah Cendrawasih dan ganti pete2 untuk ke terminal Malengkeri. Ya sudahlah, secara ada penumpang lain ini dan akan ditunjukin dimana harus turun untuk ganti pete2.

Sampai di jalan Sultan Alauddin, saya berganti pete2 yang akan menuju ke terminal Malengkeri. Gak sampai masuk terminal sih, karena sopir pete2nya bilang itu ada mobil plat kuning ke Bulukumba dan turun disini aja.

Jadi angkutan umum menuju Bulukumba itu seperti mobil pribadi Panther, Avanza atau sejenis Kijang lainnya dengan plat kuning. Sama seperti angkutan dari Rantepao ke Makale pp gitu deh. Beruntungnya, mobil yang saya naiki sudah nyaris penuh dan gak perlu nunggu lama untuk jalan. Total dalam mobil ada 10 penumpang yang terdiri dari 4 orang perempuan dan selebihnya laki2. Alhamdulillah... semua penumpang baik, paling tidak itu yang saya rasakan.

Sepertinya kalo angkutan ini agak kosong, akan sering berhenti untuk ambil penumpang tapi karena mobil yang saya tumpangi sudah penuh, jadi bablas langsung deh.

Angkutan ini gak pake AC dan penumpang juga sopir ngerokok seenak jidat mereka. Sayangnya saya tuh minoritas disini. Kalo komplen bisa2 saya diturunin di tengah jalan :P 

Secara saya masih punya nasi dan bekal lauk kering, maka ketika mobil berhenti untuk makan pagi di tempat makan, saya makan tuh bekal. Mobil gak pake berhenti2 lagi, langsung bablas.

Jadi dari Makassar menuju Tanjung Bira itu akan melewati 4 Kabupaten; Gowa, Jeneponto, Bantaeng dan Bulukumba. Pantesan aja perjalanannya lama. Jauh bo...

Bulukumba

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 4 jam non stop dan tanpa macet, akhir mobil sampai di terminal Bulukumba. Agak2 bingung nih, dari terminal Bulukumba harus naik apa untuk menuju Tanjung Bira tapi gak lama ada Bapak2 sopir pete2 yang teriak2 akan jalan ke Tanjung Bira dan sudah ada 2 penumpang di dalamnya. Daripada saya bingung nunggu pete2 lain, langsung saya naik pete2 itu.

Tanjung Bira

Setelah menempuh perjalan hapir 90 menit akhirnya saya sampai di Tanjung Bira. Bapak pengemudi pete2 mengantar saya sampai depan guest house Salassa, tempat saya menginap. Jadi sebelumnya saya melewati dermaga Tanjung Bira dimana kapal dan ferry akan menuju pulau Selayar kemudian melewati gerbang Tanjung Bira terdapat beberapa guest house searah menuju pantai Tanjung Bira.


Setelah memberikan ongkos pete2 sebesar Rp 20.000, saya bertanya apakah besok pagi pete2 ini akan lewat Tanjung Bira untuk menuju terminal Bulukumba dan Bapak itu mengatakan akan melewati. Ya sudah, saya janjian akan naik pete2 si Bapak lagi besok pagi.

Ternyata saat saya datang, Salassa guest house ini sedang kosong. Jadilah saya satu-satunya penghuni dengan 6 kamar kosong. Saat saya mengambil kunci, saya hanya ditemui oleh family si pemilik penginapan. Kamar berada diatas dengan bentuk rumah panggung dari kayu dan terdapat 2 kamar mandi di luar. Kamar terasa hangat karena dibuat dari kayu. Di dalam kamar dilengkapi dengan kipas angin dan tanpa tv.

Saat saya sampai di penginapan, hujan turun lumayan deras. Wah... tertunda untuk jalan-jalan nih. Ya udah sementara menunggu hujan reda, saya beres2 dan bersih2 dulu.

Setelah hujan berhenti saya mulai berjalan2. Dimulai dari menuju dermaga kapal dan ferry Tanjung Bira. Eh ada warung makan Jawa Timuran nih. Pas bener buat ngisi perut yang belum makan siang. Tapi sayaaang... dari menu yang dipajang seperti soto ayam dan lainnya menu tersebut tidak tersedia, cuma ada nasi goreng. Yaelah... jauh2 berkelana sampai Tanjung Bira masa' masih makan nasi goreng. Tapi secara gak ada warung/tempat makan lain di sekitar Tanjung Bira ini ya sudah dengan sangat terpaksa pesan 1 nasi goreng :(

Setelah makan, saya melanjutkan jalan2. Melihat2 sekeliling dermaga. Walaupun kecil tapi dermaga ini terlihat selalu ramai.


Meneruskan berjalan kaki tidak jauh dari dermaga ada desa tempat membuat kapal kayu Phinisi. Saat saya mendekat, ternyata saat itu sedang dikerjakan pesanan 5 phinisi. Wow... keren!


Puas berkeliling area ini, sekarang saya balik ke arah pantai Tanjung Bira. Pantainya bagus dengan pasir putih dan laut dengan gradasi biru-nya. Ombak di pantai ini tenang, jadi gak bisa digunakan untuk selancar. Terlihat di kejauhan pulau Liukang. Sedangkan pemandangan arah ke Tanjung Bara terlihat ada restoran berbentuk Phinisi diatas bukit karang. Keren euy!

Etapi kog saya gak liat pedagang yang jual kelapa muda di sepanjang pantai. Ada berderet warung2 tapi semuanya menjual mie instant dan minuman softdrink. Gak usah berharap ada yang jual seafood barbeque deh. Gak ada tuh...

Puas ala ala berjemur saya penasaran dengan resort terbagus di tempat ini; Amatoa Resort! Ya cuma sekedar ngopi2 atau ngemil2 cantik :D.

Duuuhhh... akses ke resort ini gak banget deh. Masa' harus melalui jalan becek. Udah gitu gak ada signage-nya. Bingung pintu masuknya, gak ada tanda2nya sih. Cuma ada satu bangunan dengan pintu kusam yang tertutup. Sempet tanya orang di jalan, emang udah bener arahnya dan dia bilang ketuk aja pintunya. Jalan agak jauh lagi, kog malah tambah sepi. Akhirnya pintu kusam itu saya ketuk karena terdengar di dalamnya seperti orang sedang menyapu. Gak lama kemudian pintu dibuka dan saya tanya apakan benar ini Amatoa Resort dan dijawab iya. Resort yang aneh.

Ternyata resort ini lagi bersih2 karena pada saat saya kesana kondisi kamar yang kosong alias tidak ada tamu yang menginap. Di restorannya terlihat cuma ada 2 orang tamu; bertiga dengan saya.

Saya pesan salad dan cappuccino. Voila.... apa yang datang? Aneka sayuran dengan potongan besar2 dan saus cuka. Berasa seperti kelinci yan lagi makan potongan wortel deh. Tadinya saya membayangkan salad sayuran dengan saus mayonnaise dan thousand island. Bagaimana dengan cappuccino saya? Yaaahhh... itu sih seduhan kopi bubuk yang dicampur susu! Kalo ditambahkan whipped krim masih mending. Ini sih benar2 kopi susu. Untuk harga, ya sesuai lah dengan tempatnya. Maksudnya pasti lebih mahal dari sekitarnya dan untuk ukuran daerah.

Kecewa banget deh dengan menu yang disajikan. Tapi... agak terobati dengan pemandangan dari kolam renangnya. Keren banget! Menghadap langsung ke laut. Udah gitu ini resort punya akses langsung nyebur laut yang berwarna biru muda.


Saya gak tau apakah kolam renang tersebut boleh untuk semua tamu (walaupun cuma makan di restoran) atau hanya untuk tamu yang menginap.

Sepertinya kamar2 di resort ini pun menghadap ke laut. Pasti keren banget deh. Sayang saya belum mampu untuk menginap di resort ini.

Setelah puas di melihat pemandangan dari resort ini saya kembali ke penginapan.

Setelah mandi yang agak sore, saya memutuskan kembali lagi ke pantai untuk melihat sunset. Sempet ngobrol2 dengan 2 penduduk setempat. Informasi darimereka nyeberang ke pulau Liukang Loe dengan perahu bermotor hanya sekitar 15 menit. Tapi sayang.... saya cuma menginap selama 1 malam.

Pada bulan2 awal tahun memang pantai Tanjung Bira ini sepi pengunjung. Baru mulai bulan Juli sampai September ramai bule2 berdatangan begitu juga pada akhir tahun. Semua penginapan yang ada di ada di Tanjung Bira akan penuh.

Dari ngobrol2 itu juga didapat informasi memang tidak ada warung yang menjual makanan kecuali mie instant juga gak ada yang jual kelapa muda. Walaupun sedang ramai pengunjung! Bahkan tidak ada tempat makan yang menyediakan hidangan seafood atau barbeque. Sayang banget tuh, potensi bisnis dibiarkan.

Setelah matahari menghilang, saya kembali lagi ke penginapan. Oiya, sederetan dengan guest house Salassa, terdapat guest house lainnya yang direkomendasikan untuk backpacker seperti Riswan guest house dan Sunshine guest house.

Sepertinya Sunshine guest house keren tuh. Letaknya lebih tinggi dari guest house lainnya tapi harus masuk ke dalam, tidak persis di pinggir jalan raya.

Sekitar jam 19.00 saya turun ke front desk yang sekaligus merupakan restoran mungil guest house Salassa dan saya bertemu dengan pemiliknya, Kak Shanti. Orangnya ramah loh...

Saya pesan besok akan check out pagi eh malah ditawari breakfast dibungkus aja dan mau dibikinin apa? Duuuhhh... Kak Shanti ini baik banget deh. Akhirnya dia bilang besok pagi akan dibuatkan nasi goreng aja untuk dibawa.

Kak Shanti bilang sunrise akan muncul di area dermaga sekitar jam setengah limaan gitu. Oke, besok saya akan kesana menanti matahari terbit.

Restoran Salassa terlihat penuh, sebagian besar tamu2nya adalah bule. Eh kog saya sebelumnya gak ketemua dengan bule2 itu ya? Nginep dimana sih mereka? *kepo. Pengen juga sih nyobain makanan buatan Kak Shanti di resto ini tapi masih banyak tempat yang harus dikunjungi.

Saya menuju restoran D'Perahu. Itu loh restoran yang berbentuk phinisi. Jalan menuju tempat ini lumayan sepi. Restoran D'Perahu merupakan restoran yang menyatu dengan hotel Anda Beach. Bangunannya terpisah antara hotel dan restoran namun masih dalam satu area.

Saya sempat tanya ke Bapak2 yang nongkrong di depat hotel Anda Beach kalo mau ke D'Perahu lewat mana, eh dia bilang lurus aja. Saya sempat mengikuti arahan Bapak itu, tapi akhirnya meutuskan kembali karena jalannya semakin sepi. Hiy... saya gak berani deh.

Saya sampaikan ke Bapak itu saya gak berani untuk jalan terus karena sepi, eh dia bilang ya udah sebetulnya bisa lewat tempat Bapak itu nongkrong karena memang itu merupakan samping Hotel Anda Beach dan hanya untuk jalan kaki. Sedangkan pintu masuk yang sesungguhnya dan untuk dilewati mobil ya lewat jalan sepi tadi. Saya diantar Bapak itu sampai pintu masuk D'Perahu.

Sayang saya datang kesini malam. Pemandangan dari restoran ini keren banget! Sembari makan bisa langsung memandang laut biru. Eh makanan disini juga lebih oke dari di resort kondang tadi walaupun sama mahalnya :P. Saya pesan pisang goreng dengan es cokelat kopi, biar gak kecewa kalo ternyata hasil kopinya tidak seperti yang diharapkan :D.


Pisang goreng datang dengan parutan keju dan coklat juga es cokelat kopi sangat nikmat. Pas deh untuk teman leyeh2.

Malam itu tidak terlalu banyak tamu yang makan di D'Perahu. Hanya saya, sepasang oma & opa bule dan 3 orang cewek2 traveler. Kalau berkunjung ke Tanjung Bira, mampirlah ke restoran D'Perahu untuk sekedar ngopi2 atau ngemil2 cantik. Pemandangannya ciamik dan romantis :P.

Perut kenyang dan begah (kebanyakan ngopi nih) tandanya harus kembali ke penginapan. Ternyata saat sampai di kamar, kamar sebelah saya sudah terisi, 2 orang bule. Eh gak ngeliat wujudnya sih, cuma kedengeran suara mereka lagi ngobrol. Oiya, kalo nginep disini, jangan berbuat yang aneh2 di dalam kamar ya. Karena akan terdengar sampai ke kamar sebelahnya loh :D

No comments:

Post a Comment