Pages

Saturday, April 12, 2014

Journey To The West - Sumatera Barat (Day 3)

Sabtu, 5 April 2014
Padang - Jakarta

Citilink QG 971 ETD 20.10 ETA21.55
  • Lemper dan es cokelat di Chris dekat klenteng
  •  Christine Hakim Rp 67.000
  • (2 keripik balado @Rp 16.000, 2 dakak tipis @ Rp 12.000, 1 dakak tebal Rp 11.000)
  • 2 keripik balada Nan Salero @ Rp 17.000
  • Tiket masuk Museum Adityawarman Rp 2.000
  • Shirley Rp 78.000
  • (3 keripik balada @ 15.000, 3 dakak tipis @ 11.000, 1 dakak tebal Rp 11.000)
  • Nan Salero (2 keripik balado @17.000)
  • Es Duren Ganti Nan Lamo
  • Makan siang di Sari Raso
  • DAMRI Taman Melati - bandara Minangkabau Rp 22.000
  • Airport tax Rp 35.000
  • Makan malam di bandara Minangkabau Rp 24.000
  • DAMRI Jakarta Rp 30.000
  • Mikrolet Indosat - rumah Rp 5.000
Sekitar jam 1an dini hari saya dengar suara ramai. Sepertinya ada beberapa orang datang dan menginap di kamar dorm sebelah. Saya ikutan kebangun karena mau mindahin kabel2 isi ulang batere kamera dan ponsel.  Kayaknya sih 3 atau 4 orang deh. Karena kamar dorm ada penghuninya, berarti kamar mandi diatas tidak dapat saya gunakan. Gak pa2 juga sih, kan saya jarang2 ke kamar mandi :D

Tidak seperti di Bukittinggi, di Padang terlebih di tempat saya menginap tidak terdengar suara adzan. Tapi secara alarm tubuh sudah otomatis bangun sekitar jam 5an pagi, ya gak bisa tidur lagi. Setelah menunggu sampai matahari muncul sedikit, saya keluar penginapan untuk jalan2 pagi.

Pondok

Sayangnya dari depan penginapan tidak ada angkutan umum yang ke arah Pondok, terpaksa deh jalan kaki. Kalau semalam saya berbelok ke kiri dari kedai es duren Ganti Nan Lamo, kali ini saya berjalan lurus yang ternyata di ujung jalan adalah area Pondok juga.

Dan di ujung jalan saya berbelok ke kiri. Eh kedai Om Chris tempat semalam saya menikmati kopimil ternyata buka juga disini. Selain kedai Om Chris juga beberapa kedai di sampingnya juga sudah buka. Kebanyakan sih mereka menyiapkan makanan untuk sarapan. Ah... kalo ngomongin pecinan mah, gak ada matinya deh untuk makanan. Selalu tersedia searah jarum jam.

Di dekat sini juga ditemukan toko oleh2 Nan Salero, yang katanya nih keripik singkong balao-nya gak kalah enak dengan merk kondang lainnya.

Di kedai Om Chris ini saya memesan es cokelat dan ngemil lemper. Es cokelatnya endeus bo... Entah kenapa minuman cokelat dan kopi milo disini terasa enak banget. Setelah saya perhatikan, bungkus sachet dari cokelat bubuk dan milo berbeda dengan yang saya biasa lihat demikian juga SKM yang digunakan kemasannya beda. Hmmm... sepertinya mereka menggunakan barang2 import tuh. Pantesan rasanya beda.

Kelar dari Om Chris saya mampir ke toko oleh2 Nan Salero untuk membeli keripik singkong balado. Untuk dibandingin rasanya dengan merk lainnya :D.

Melanjutkan perjalanan, di daerah Pondok ini banyak sekali ditemui rumah perkumpulan keluarga China yang memiliki nama marga yang sama. Juga ada klenteng, pada akhirnya saya tau klenteng ini tidak digunakan lagi karena rusak berat saat gempa Padang.

Berkeliling di daerah Pondok. Rupanya kopimil memang menjadi minuman favorit disini. Terlihat di beberapa tempat tumpukan sachet bekas pembungkus milo.

Hanya mengikuti kemana kaki melangkah, eh... saya menemukan rumah tua; diatasnya tercetak angka 1908. Wow... Sayang... kondisi rumah ini dalam keadaan tidak terawat. Kusam, kotor dan kaca jendelanya banyak yang pecah. Di sekitar rumah itu kelihatan banyak bangunan tua tapi sepi. Dibelakang rumah tua itu adalah.... bukit!

Cukup sudah saya tercengang di Pondok, sekarang waktunya meneruskan ngubek sekitar. Nah kali ini pulang lewat rute yang semalam. Lewat pasar Tanah Kongsi. Seru... Selalu suka sama pasar tradisional terlebih yang berada di pecinan. Sayur, buah, ikan dll. Oiya, disini juga dijual bermacam makanan/jajanan. Saat ngubek pasar Tanah Kongsi ini, teman saya sewaktu kerja di hotel dan saat ini berdomisili di Padang menelepon dan mengajak ketemuan. Okesip, agak siangan kita akan ketemu. Eh dia kaget loh waktu saya bilang saya lagi keliling pasar pagi2 :D

Jembatan Siti Nurbaya, Jalan Nipah dan Jalan Batang Aur

Jalan terus sampai melewati penginapan. Sekarang menuju Jembatan Siti Nurbaya. Jalan sepanjang menuju jembatan Siti Nurbaya bernama jalan Nipah



Di dekat jembatan Siti Nurbaya terdapat toko oleh2 Christine Hakim. Banyak orang berolah raga/jalan kaki yang melintas di jembatan ini. Menyeberang jembatan Siti Nurbaya terdapat kota tua jalan Batang Aur. Mirip2 di daerah sekitar kota tua Jakarta dan disini juga ada gedung Bank Indonesia juga bangunan tua yang saat ini digunakan sebagai gudang perbekalan/logistik TNI AD Bukit Barisan.



Pulangnya saya mampir ke toko Christine Hakim untuk membeli keripik singkong balado dan dakak. Dakak adalah potongan atau irisan singkong yang digoreng kereng dengan berbagai bumbu. Ada 2 macam dakak; berbentuk kotak seperti dadu atau irisan tipis. Walaupun bebentuk kotak, namun dakak tersebut tidak keras. Saya suka banget dakak yang irisan tipis daripada singkong balado secara gak pedes sih...

Sampai penginapan saya tanya apakah disediakan sarapa dan dijawab iya. Saat saya masuk, ternyata rombongan yang semalam sampai di penginapan sudah keluar. Saya lihat ada satu tamu perempuan bule yang menginap di kamar bawah. Berarti saya bisa pakai kamar mandi diatas dong :D

Selesai mandi saya ngepak barang2. Karena nanti saat teman saya menjemput saya akan sekalian check out tapi masih menitipkan barang2 di resepsionis. Sarapan sudah tersedia berupa pancake dan potongan pisang serta beberapa potong pepaya, semangka dan nanas.

Kelar sarapan dan beberes, saya keluar rumah lagi. Kali ini tujuannya jalan Diponegoro. Penginapan ini memanglah angat strategis. Cuma selemparan batu untuk ke pantai Padang. Tapi pasir di pantai Padang ini gak keren karena berwarna cokelat seperti di Pangandaran.

Museum Adityawarman

Di jalan Diponegoro terdapat museum Adityawarman yang berisi busana tradisional pengantin dari tiap wilayah beserta dengan jenis makanan hantaran yang dibawa saat acara pernikahan juga ditampilkan aneka senjata tradisional dan rumah adat tiap wilayah.



Oiya, jika hendak menggunkan bus DAMRI dari kota Padang menuju Bandara Internasional Minangkabau, calon penumpang menunggu di Taman Melati yang terletak di depan museum Adityawarman ini. Dan persis di seberang museum Adityawarman adalah toko oleh2 Shirley. Saya membeli beberapa keripik singkong balado dan dakak di sini. Dan karena makanan yang saya beli cukup banyak, maka saya minta untuk dikemas dalam kotak kardus tapi tidak di lakban dulu karena saya akan memasukkan barang2 lain ke dalam kardus tersebut. Sekalian bagasi lah... :D

Tidak jauh dari museum Adityawarman, di jalan Bundo Kanduang terdapat hotel Axana yang dulunya bernama hotel Ambacang yang luluh lantak ketika Padang diguncang gempa pada tahun 2009. Di jalan ini juga ada hotel Bumi Minang yang bentuk depannya seperti rumah gadang.

Es Duren Ganti Nan Lamo

Puas keliling disini saya kembali ke penginapan. Packing terakhir dan cek ulang semua barang. Setelah beres, saya check out tapi menitipkan backpack dan kardus makanan. Kemudian saya melanjutkan jalan ke daerah Pondok (lagi). Kali ini mau nyobain Es Duren di Ganti Nan Lamo. Saya juga janjian sama teman saya di tempat ini.

Itu es duren emang mantap bingits deh. Full durian yang dihaluskan. Restoran ini juga menyediakan menu lain selain yang berbau durian, bahkan ada empek2 juga loh. Untuk harga saya gak tau karena ditraktir sama teman saya :)



Gak lama kemudian teman saya beserta adik iparnya datang. Wah... bakalan seru nih ngobrolnya. kahirnya kita bertiga keliling kota Padang dengan mobil teman saya. Kita gak mampir ke pantai Air Manis tempat batu Malin Kundang karena menurut teman saya, gak terlalu bagus untuk dikunjungi apalagi waktu saya terbatas.

Lewat ke pelabuhan Teluk Bayur dan jalan melingkar bukit dengan sisi seberangnya adalah pantai. Cantiiikkk...

Menuru teman saya, ada 2 pelabuhan di Padang; Teluk Bayur dan Muara. Banyak orang2 yang akan ke Mentawai melalui pelabuhan Muara. Hari beranjak siang dan teman saya menawari kita makan siang di restoran Padang tapi tidak otentik. Artinya rasanya tidak terlalu pedas. Akhirnya kita terdampar di restoran Sari Raso di jalan Karya dekat soto Padang Simpang Karya.

Sepertinya teman saya dan keluarganya langganan restoran ini karena beberapa pelayan sudah kenal dengan teman saya dan adik iparnya dan tau menu favorit teman saya. Saya terkejut karena beberapa pengunjung restoran ini ternyata kenal teman saya! Sampai saya tanya apakah teman saya ini sering beredar di wilayah Padang sehingga banyak orang kenal? Tapi dia jawab kekerabatan di Padang sangat erat apalagi di kalangan warga keturunan. Dari generasi terdahulu sampai generasi sekarang nyaris semua orang saling kenal. Begitu juga dengan iparnya. Walaupun lahir dan besar di Jakarta tapi leluhurnya asli Padang, bahkan keluarganya memilihi toko oleh2 keripik singkong balado yang cukup terkenal di Padang.

Waktu saya bilang toko oleh2 itu juga nama jalan di Padang, teman saya kaget karena saya bisa sampai ke jalan itu. Ya saya bilang kan saya naik angkutan umum yang keliling kota seperti city tour :D

Aneka makanan hadir dalam piring2 kecil seperti layaknya di restoran Padang. Voila... semua bisa saya makan karena gak pedas. Udah gitu enak semua lagi :P. Oiya, salah satu jus yang disediakan di restoran ini adalah jus merah putih yang terdiri dari buah pinang dan sirsak.

Selama kita makan siang, diluar ternyata hujan besar dan Alhamdulillah setelah selesai makan hujan berhenti. Sempat mampir sebentar ke rumah teman saya untuk mengambil bunga yang akan ditebar di laut karena saat saya ke Padang masih dalam suasana Ceng Beng, ziarah ke makam para leluhur. Dan kakek teman saya ini meninggal kecelakaan pesawat Merpati di pantai Padang pada tahun 1971.

Ngobrol2 dengan teman saya, leluhurnya yang lain di makamkan di daerah perbukitan yang harus sedikit trekking saat ziarah. Menurut orang Cina, ada keyakinan tempat.lokasi pemakaman itu sebaiknya menganut filsafat bersandar ke gunung menghadap ke laut.

Setelah tadi hujan, kota Padang berubah menjadi panas cetar membahenol. Dan di beberapa jalan utama di Padang ada kemacetan juga walaupun tidak separah di Jakarta dan macet di Padang pada jam2 masuk dan pulang kantor ini lebih disebabkan karena banyak angkutan umum yang ngetem di sembarang tempat.

Teman saya ini juga akan mengantar saya kembali ke penginapan loh. Dan kejutan lainnya adalah restoran ayam penyet yang semalam nyaris saya singgahi ternyata milik dia!

Duuuhhh.... makasih banyak yah. Saya berasa seperti turis hari ini tapi tanpa bayar. Ditraktir es duren dan makan siang, keliling city tour dengan mobil keluaran baru plus diantar sampai kembali ke penginapan.

Saat saya sampai di penginapan, hujan turun lagi yang membatalkan niat saya untuk foto2 di pantai Padang dan ke jalan Nipah demi mengejar si Milo Dinosaurus.

  Akhirnya berakhir sudah petualangan saya keliling sebagian wilayah di Sumatera Barat. Saya menuju Taman Melati untuk naik bus DAMRI menuju BIM.

No comments:

Post a Comment